Rabu, 03 Oktober 2012

Hanya Perencana dalam Batas Imajinasi


Pembohong hati!
Ah dasar..
angkuh, aku tak bisa menjelaskan.
Aku hanya berharap, dia tak salah memahami apa yang kurasa dan pikir tentangnya.
Karna sungguh, dalam lubuk hati,
aku penasaran, dan rasa itu sangat menganggu!
Tuan, aku masih penasaran..

Lalu benarlah ini,
“manusia hanya bisa berencana serapi-rapinya,
sungguh, Tuhanlah yang memutuskan cerita pada akhirnya”
Dan sudah kukatakan, aku tak paham takdir.

Tak ada yang kutakutkan, kataku.
Tetap, kegelapan memaksaku takluk pada kuasanya.
Seperti kegelapan ruang semesta tanpa batas, menghipnotis jiwa pemuja kebebasan ini.
Lorong depan yang sudah kukira-kira,
nyatanya berbeda.
Dan aku tau itu, aku takut pada akhirnya.
Iya, takut. Aku bilang “takut”.

Kitalah pembuat cerita sejarah ini.
Bukan, Tuhanlah yang memutuskan jalan ceritanya pada akhirnya.
Kita tidaklah tau apa-apa tentang jalan cerita pada akhirnya.
Kitalah perencana, bukan kitalah “pemutus”nya (aku sudah bosan menggunakan tanda kutip!).
Pada akhirnya kita tidaklah tau apa-apa.
Kita tak paham seluruhnya.

Dan hari ini, Tuhan merubah ide cerita yang telah kubuat dengan yakin.
Segalanya ditunda, dimanja.
Suatu kali dikebutkan, digenjotkan.
Segala rasa dikocok, sampai mual.
Aku tak tau lebih baikkah ini dalam batas rasio si perencana.
Tapi mestilah aku yakin,
Pembuat sejarah ini membuatnya dengan sempurna tanpa sedikit cacat pun.
Masih ragukah si angkuh pecinta tuannya ini?

Dan lagi, biar saja kunikmati jalan cerita ini.
Biarlah saja aku bermain hingga habis cerita.
Aku pemain, yang hanya perencana dalam batas imajinasi.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar