Minggu, 10 September 2017

excuse

Ada lebih dari satu orang mengatakan,

“aku orangnya malas. Karna bertemen sama kamu, aku jadi makin malas.”

“aku ketularan kamu (ngomong kasar).”

Ada lebih dari dua orang.

Kesaksian macam itu seperti tangan yang mencekik tenggorokanku. Itu tidak bisa lagi menjadi lelucon. Itu sudah di batas tidak lagi bisa menjadi lelucon.

Kadang-kadang aku merasa terbebani dengan orang-orang yang merasa dekat, yang bisa bicara apapun di hadapanku. Aku merasa aku harus mengembalikannya dengan cara yang sama. Karna aku benci hubungan yang tidak seimbang. Setidaknya aku tidak mau memberikan sesuatu yang diriku sendiri tidak suka, kecuali aku punya maksud terselubung.

Oh, aku benci rangkaian kata. Aku benci diriku sendiri.

Mungkin aku perlu berterima kasih, karna dengan kata-kata kesaksian itu aku jadi bisa melihat kebencianku pada diri sendiri. Aku adalah orang yang pendiam. Tapi aku merasa aku belum cukup pendiam.

Suatu hari ada suara yang mengatakan, “….Levi kan ceria….”

Aku kaget. Siapa sebenarnya aku?

Tali-tali itu, tali-tali yang mengikat pasangan yang menikah, orang-orang yang berbagi darah yang sama, persahabatan, guru dan murid, semua ikatan itu kadang-kadang terasa berat sekali di pundak.

Dari dulu sampai sekarang tidak ada sesuatu yang kucari selain kebebasan.