Senin, 08 Oktober 2012

Dari Rasa yang tak dikenali hingga Peradaban yang dihancurkan


Ah, sepi seringkali menenangkanku.
Tanpa ada yang harus dipikirkan.
Tanpa sibuk dengan soalan sistem-sistem organisasi atau sosial.
Luang dalam kesibukan orang lain,
di tengah rutinitas sendiri.
Ah, I can’t describe how does it feel.
Kesepian yang menggoda.
Ah~

気持ちが悪い。
Aku terus berkata-kata.
Kukira hari ini akan hujan.
Pagi di Ulujami cukup dingin.
Nyatanya,
panasnya cukup luar biasa.
Ditambah keputusan kami yang berani,
meminta bantuan
山さん yang baru kemarin bertemu.
気持ちが悪い。
Aku terus berkata.

“was-was”.
Yah, itu juga cukup mengangguku, kawan.
Bolak-balik dari sana ke sini berkali-kali.
Aku tak yakin apa yang sudah kita dapatkan.
Hanya perasaan yang tak bisa kulabel.

Today, I met Moshi.
But she didn’t say any word except “Levi”.
And also today I talked to Yama with Japanesse (sukoshi dake demo).
Sebuah rasa yang tak bisa kulabel.

“Meiwaku”.
Aku khawatir pada setiap yang kulakukan.
Direpotkan itu menjengkelkan.
Tapi semoga, rasanya sama seperti rasa kami.
Meiwakujanakute..

Tapi tetap, ada suatu rasa yang tak bisa kulabel.
Ada suatu rasa yang tak bisa kukenali.
Aku tak yakin apa yang sudah kudapat hari ini.
Minum kopi?
Makan somay yang mazui?
Makan es krim?
Ah,

Meski ini hari begitu luang,
meski beberapa hal menyenangkan,
semua terangkum dalam suatu rasa yang tak kukenal.
Keraguan membungkusku.
Aku yang sekarang, berubahkah?
Yoku wakaranai.

Dan sebuah kisah peradaban.
Rayap dan koloni kerajaannya.
Maha besar Tuhan.
Dalam beberapa jam saja,
sepasang rayap membentuk kerajaan besar,
dengan segala bukti “peradaban”nya.

Detik segala aktivitas hidup mereka terdeteksi,
segala peradaban luar biasa mulai terancam.
Layaknya tanpa rasa bersalah mereka merusak
jendela ilmu manusia.
Tanpa berat pun kami menghancurkan segala
kerajaan-kerajaan mereka.

Bapak,
maaf.
Buku-buku yang dulu begitu kau sayang dan kau rawat.
Kini, tak berdaya di “tangan” rayap.
Pak, dunia ini menyatakan dirinya fana.
Dunia ini berkata sendiri tentang segala kehancuran
yang ianya adalah keniscayaan.

Maha besar Tuhan.
Laron, rayap, kerajaan dan peradabannya
“menyentil” kesadaranku.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar