Minggu, 24 Oktober 2021

Wahai Dunia, Aku Muak

Aku ingin sekali memasang sebuah toa besar di sepanjang garis katulistiwa. Lalu aku ingin mengumumkan pada seluruh dunia yang tidak peduli dengan ocehanku ini, bahwa aku muak setengah mati dengan dunia ini.

Orang-orang di sekitarku mungkin sama saja denganku, mereka muak, tapi dengan ocehanku. Melihat aku menulis betapa muaknya aku terhadap ini, terhadap itu, mereka mungkin hampir ingin muntah, sampai-sampai mereka berusaha menjaga jarak atau pun langsung menjauhi karena aku benar-benar memuakkan. Begitu pula kamu. Dari awal kamu tidak pernah ada di sisiku. Kamu selalu ingin berbeda pendapat, kamu selalu ingin mendebat. Padahal kamu benci jika aku menolakmu, tapi kamu pun sama saja, kamu selalu menolakku.

Aku benci semuanya. Aku benci.

Aku sudah hampir tak mampu lagi membedakan apakah aku mensyukuri semua anugerah dan nikmat yang Tuhan berikan padaku dan pada seluruh makhluk di dunia ini, atau aku mengutuk semuanya. Aku tak paham. Aku tak memahami diriku sendiri.

Mungkin aku tak akan pernah menemukan dunia yang tepat, di mana pun. Dan mungkin nasibku hanyalah berusaha berdamai dan menghayati saja peran memuakkan yang sudah seakan selamanya aku lakoni ini.

Setelah Tuhan menjawab doa putus asaku yang terakhir kali dengan kedatanganmu, aku sudah hampir tidak pernah lagi berpikir ingin mati. Jika aku mati, maka akan ada seseorang yang sangat amat sedih karena kepergianku yang tragis, pikirku. Aku juga sangat amat menikmati hidup ditemani seseorang yang selalu di sampingku setiap saat, menjadi tempatku bersandar setiap saat aku butuh tempat bersandar. Aku sangat bahagia karena hadiah seorang teman adalah hadiah terbesar dan teristimewa yang pernah Dianya berikan padaku.

Aku tak lagi pernah ingin mati, sejak beberapa saat setelah aku hidup denganmu. Karena aku dibiarkanNya berharap lebih banyak lagi, berharap bahwa sesuatu akan segera berubah karena ada kamu di kehidupanku. Entah aku akan berubah menjadi sosok memuakkan lainnya di bumi, atau entah aku akan dibawamu ke antah berantah dunia dongeng yang di dalamnya hanya ada orang-orang yang menyenangkan.

Aku hanyut dalam duniaku yang baru. Dunia di mana di dalamnya ada kamu.

Dan jika kamu tidak lagi ingin meneruskan semua mimpi yang aku dan kamu sedang jalani ini, jika kamu sudah tak lagi berpikir bahwa kamu mampu menemaniku terus di dunia mimpi ini, maka aku tidak lagi punya tujuan.

Dan aku akan semakin mengutuk dunia ini. Aku akan semakin membenci  dunia ini. Tanpa pernah ingin lagi mati, aku akan tersiksa dalam perasaan mual yang terasa hampir selamanya kuderita ini. Dan juga perasaan benci yang tak lagi perasaanku mampu tolerir.

Akan menjadi monster seperti apakah aku nanti?

Atau mungkin aku salah, ternyata aku malah akan menjadi malaikat super sabar yang amat tahan banting menahan segala ujian di dunia ini.

Sialan, semua ini terasa sangat sialan.

Tuhan, aku benar-benar anak nakal.


Kamu yang Kucintai

Kepadamu yang sangat aku cintai sekarang ini.

Kepadamu, yang hidupku kutujukan sekarang ini.

Aku sadar sepenuh jiwa, bahwa aku bukanlah kesempurnaan yang kamu harapkan. Aku bukanlah bayangan ideal tentang sebuah hubungan yang ada dalam pikiranmu.

Aku tau betul bahwa kamu begitu berusaha berkomitmen, begitu menjebak dirimu sendiri dalam penjara kecintaanmu terhadapku dan dunia yang ingin kau bangun denganku. Aku paham.

Aku tau kamu mencintaiku, aku tau kamu peduli padaku, dengan keterbatasan yang kamu punya. Aku tau kamu berusaha menginjak egomu yang sebesar raksasa, agar bisa tetap berdampingan denganku.

Hingga akhirnya kamu runtuh. Hingga akhirnya aku membuatmu hancur berkeping-keping.

Aku tau kamu begitu membenciku, mendendam sambil berusaha mencintai.

Aku tau bahwa kata-kata apa pun yang kuucapkan, perilaku apa pun yang kutunjukkan, bahkan pengorbanan apa pun yang kulakukan, tak akan membuatmu semakin mencintaiku, tak akan membuatmu memahami bahwa aku amat sangat mengabdikan seluruh kehidupanku yang sekarang agar bisa hidup dalam dunia mimpi bersamamu.

Bahwa aku ingin lari, secepat yang kubisa, bersama kamu, ke dunia mimpi, jauh dari dunia nyata, jauh dari hingar bingar dunia yang memuakkan ini. Aku bahkan sudah hampir tak peduli apakah kamu mau pergi bersamaku, menghilang di balik kabut, dilupakan manusia-manusia, dan memulai hidup yang benar-benar baru.

Aku ingin menarikmu, memaksamu. Aku mungkin tak ada bedanya denganmu, egoku sebesar raksasa. Aku menyembah diriku sendiri. Dan aku ingin membangun dunia sendiri, dengan kamu ada di dalamnya, dengan kamu sebagai pemeran utamanya.

Aku bukanlah perempuan yang membiarkan nasibku kamu bawa kemana pun, aku tidak pernah menjadikanmu pemimpin dalam duniaku. Sebesar apa pun aku berkata bahwa aku ingin menjadi perempuan patuh, aku sadar semua kata-kata konyol itu hanyalah omong kosong.

Putus asa sekali aku berusaha meyakinkanmu untuk mengikuti keinginanku, keinginanku yang sudah bertahun-tahun aku rawat, keinginanku untuk kabur, sejauh mungkin dari kehidupanku yang sekarang. Hingga akhirnya kamu mengajakku ke sana, secara tiba-tiba, “aku siap, besok..”, dengan keahlianmu memutuskan secara impulsif, ayo pergi sekarang, katamu.

Dan akhirnya aku sadar, akulah yang berputar-putar dalam pikiranku yang tidak kupahami. Aku menolak pergi. Aku menolak semuanya, aku menolak semua yang kamu ajukan. Tidak, tidak ada yang kumaui, bukan, bukan itu yang kumau. Lalu apa yang kuinginkan sekarang? Apa lagi yang kutunggu?

Padahal Tuhan memberikanku kamu yang dengan kemampuanmu memutuskan sesuatu secara ekstrim, dengan segala kenekatan yang kamu punya, aku bisa benar-benar pergi, sejauh mungkin. Meskipun aku dan kamu tak mampu menjamin apa yang akan terjadi pada kita selanjutnya.

Aku tak tau apa yang kurasakan tentangmu. Entah apa dan siapa yang mempengaruhi, aku begitu membencimu. Kamu dan kerasnya kepalamu, besarnya egomu, dan segala hal tentangmu dan duniamu, aku sangat membencinya. Tapi aku lebih benci lagi ketika kamu mengatakan padaku bahwa kamu akan keluar dari tanggung jawab, bahwa kamu akan meninggalkanku seorang diri, tersesat di dunia yang sudah tak ada tujuan lagi. Bahwa kamu membenciku, dan ingin balas dendam, bahwa kamu membela orang lain dan bukan aku.

Entah kamu sadari atau tidak, aku ingin sekali disembah seperti aku menyembahmu. Aku ingin dibela seperti aku membelamu setengah mati.

Padahal aku tau, bukan hanya kamu yang memenjarakan pikiran dalam dunia idealmu sendiri, terjebak dengan bayangan ideal tentang dirimu sendiri, aku pun tak ada bedanya. Aku terjebak dalam bayangan dunia ideal di kepalaku. Karena itulah, kita berdua akan selalu menjadi musuh di panggung perdebatan. Lawan yang saling membela dunianya masing-masing.

Aku tau kamu pun membenciku seperti halnya aku membencimu. Pun aku tau bahwa kamu terjebak dalam penjara cinta, sepertiku.

Segala yang aku pikirkan tentangmu mungkin salah. Mungkin kamu sebenarnya amatlah setia padaku. Mungkin kamu akan kehilangan tujuan tanpaku. Mungkin aku salah. Aku harap aku salah. Aku amat berharap segala yang aku pikirkan tentangmu salah.

Tapi jika kamu selalu ingin menyelesaikan apa pun dengan perdebatan, apa pun, maka aku akan berdiri tanpa pernah jatuh, meladenimu hingga kiamat, hingga kamu mengaku kalah, atau hingga aku menyerah kalah.


Jumat, 08 Oktober 2021

Berbahagialah

Kau menyiksaku, mencambuk hatiku berkali-kali.

Karna kaulah aku hampir menolak percaya kepada manusia mana pun di muka bumi.

Aku menunggumu, berharap padamu, mengumpulkan keberanian untuk datang kepadamu,

Hingga akhirnya kau dengan lantangnya menceritakan kekasihmu di hadapanku.

Semesta ini mengutukmu, membencimu, bahkan kalau bisa merajammu hingga kau menyesal dan mati. 

Aku tau aku salah. Aku bodoh, karena percaya pada orang jahat sepertimu.

Meskipun begitu, aku terus saja berharap agar kau bahagia.

Aku ingin kau bahagia.