Mood selalu
menghancurkan rencanaku. Apa pun bisa kurencanakan, dengan detail, dengan
segala perasaan optimis, bahwa seandainya manusia bisa semudah robot
dikendalikan, maka semuanya akan berjalan sesuai dengan rencana.
Kenyataannya,
robot pun bisa mengalami kerusakan sistem, kerusakan yang lebih buruk dari
manusia. Mood adalah penghancur sistem yang ada di dalam kepala manusia.
Aku tertekan,
luar biasa. Tekanan yang datangnya dari dalam diri sendiri. Terhadap peranan-peranan
baru. Aku tak mampu mempertahankan kemampuan adaptasi dalam waktu yang lama. Aku
tak paham. Seandainya aku paham, seperti seorang teknisi paham dan mampu
melakukan perbaikan kerusakan pada suatu hardware atau software, maka akan
kubedah kerusakan yang ada di dalam diriku sendiri. Oh, apakah memahami
psikologi cukup untuk memperbaiki segala kerusakan? Aku skeptis.
Dari dulu,
aku tak pernah dapat menoleransi kekacauan rencana. Jika rencana rapi yang
kususun berantakan, maka mood buruk mengambil alih dan menyelesaikan ending
kekacauan rencana.
Aku benci
jika ekspektasiku terhadap diri sendiri hancur, oleh pikiran buruk, perasaan
buruk, dan segala hal yang di dalam diriku yang tidak sepenuhnya kupahami. Di suatu
waktu aku begitu berharap dan yakin dengan kemampuanku memenuhi harapanku
sendiri (oh, karna aku secara teori tau caranya) bahwa aku mampu berjalan lancar
ke depan, sesuai apa yang kuinginkan. Tapi ketika segala sesuatunya tidak
sesuai, entahlah apa yang tidak sesuai, atau ketika tiba-tiba, entah darimana
datangnya, aku merasa lelah sekali, secara fisik maupun mental, aku tertekan,
pundakku terasa amat berat, terhadap segalanya, segala tanggung jawab yang
kemarin dengan bangganya kutanggung. Oh, mengapa aku terus bertahan membawa
perasaan benci yang tak mampu kupahami ini. Apakah kecintaanku terhadap dunia
yang ideal terlalu berlebihan sehingga aku bahkan benci dengan keterikatanku
terhadap fisikku sendiri.
Inilah konsekuensi
yang harus ditanggung jika hidup dengan “orang lain”, orang-orang selain diriku
sendiri. Di sisi lain, jika aku hidup bertahan dalam kesunyian pun, akan ada
konsekuensi lain yang perlu kutanggung untuk pilihan hidupku. Pada suatu waktu
aku bahkan heran mengapa manusia sangat menyukai keterikatan emosional dengan
orang lain, atau keterikatan fisik dengan orang lain. ya, di suatu waktu. Pada waktu
lainnya, aku paham secara “rasa” karna aku pun mengalaminya.
Apakah aku
tidak normal? Atau ada apakah di dalam kepalaku yang membuatku mempunyai
pikiran dan perasaan yang “twisted” yang terasa tidak nyaman ini. Dari dulu aku
selalu ingin tahu, apakah orang-orang lain mempunyai pikiran dan perasaan yang
sama, atau apakah ini normal, dan darimana indikator kenormalan itu dibuat. Banyak
sekali hal yang tidak kumengerti.
Sekarang,
tanggung jawabku amatlah besar. Karna berkaitan dengan jiwa lain yang akulah
penanggung jawabnya (secara manusiawi). Tapi, aku tak sanggup sepenuhnya
menanggungnya. Ketidakmampuan emosi, ketidakstabilan perasaan, kelemahan mental
membuatku tertekan dari dalam. Aku tidak mau diperlakukan seperti aku
memperlakukan. Karna itulah aku tidak mampu memaafkan ketidakmampuanku sendiri.
Tuhan,
apakah kebahagiaan itu? Benarkah ia hanyalah produk ilusional kepala kita
sendiri?
Aku,
siapakah aku ini? Siapakah akan kusematkan identitas diriku? Aku kehilangan
diriku sendiri. Pengorbanan membuat siapapun kehilangan dirinya. Ego adalah
diri, maka pengorbanan adalah meninggalkan ego. Karna itulah mengorbankan diri
artinya membunuh partikel-partikel identitas diri. Benarkah begitu?
Layakkah aku
berduka? Pada apa? Kematian identitas? Apa itu identitas? Bukankah aku bisa
membuat identitas baru? Apakah identitas itu dibuat?
Aku menyadari
bahwa aku amatlah mencintai diriku sendiri dan orang-orang yang sekarang
tanggung jawabnya ada di tanganku. Tapi sampai sekarang pun puzzle bagaimana
harus mencintai tidak akan pernah sempurna kuselesaikan. Hidup ini adalah
proses pencarian dalam kebingungan. Karna mereka-mereka penafsir petunjukMu
hanyalah sekedar interpreter, yang tak akan sepenuhnya mampu
menginterpretasikan kompleksitas maksudMu.