Senin, 15 Oktober 2012

バカみたい! (今日はボチャンを死んだの


Seperti orang bodoh.
Aku mencoba untuk mengenyahkan segala pikiranku.
Tidak bisa, aku seperti orang bodoh.
Apa yang kuharap, apa yang kutunggu.
Ada pertengkaran dalam diriku.
Dan aku merasa bodoh.

Aku berjalan sambil mencari pikiranku.
Sedang dimana itu?
Aku tak tau, aku tak mengerti.
Apa yang kuinginkan?
Ah, seperti orang bodoh!

Hari ini, koleksi buku perpustakaan UI kami sambangi.
Seperti orang lapar yang tak berpikir,
aku melihat buku-buku.
Semua menarik , dan aku lapar.
Tapi aku merasa aku tak miliki waktu untuk makan!
Bisakah satu hari nanti aku miliki waktu untuk melahap sebagian besar koleksi ini?
Aku masih bertanya.
Dan aku masih menunggu.
Ya, tepat! Seperti orang bodoh.
Apakah waktu mau menungguku?
Orang bodoh ini terus saja bertanya.

Hari-hari aku sibuk.
Hari-hari aku tak luangkan waktu di rumah.
Tuhan menepuk pundakku.
Hari ini Bochan dijemput pemiliknya.
Ketika kami lihat dia sudah mati, dia belum lama mati.
Badannya masih hangat, meski sudah kaku.
Kepalanya basah.
Wajahnya seperti ia biasanya tidur.

Beberapa hari belakangan, kandang Bochan bau aneh.
Aku berpikir sekilas lalu,
tanpa pernah kucoba cari jawab.
Hari sebelumnya aku menyentuh Bochan.
Dia menggigit keras tanganku dan hampir terluka.
Aku menjerit, agak jengkel aku bertanya lalu,
“kenapa ya, Bochan?”
Oh, aku yang sekarang.
Yang entah, sedang memeluk dan dipeluk peradaban.
Kukantongi pertanyaan dan penasaranku,
kututup rapat kantong itu,
aku kembali pada ceritaku di permainan dunia.
Bodoh.
(saat itu Bochan ingin menyampaikan padaku “tolong, aku sedang tak beres”,
dan aku tak menangkap maksudnya!)

Ketika aku tau Bochan kehabisan cairan karena diare,
aku rasa dipukul.
Sakitkah, aku tak tau.
Aku ingin menangis.
Jauh dalam hatiku, ingin kukeluarkan air mata ini.
Aku ingin menyesal, tapi tidak.
Tak kuizinkan itu.
Kukatakan, “beraninya kau mengaku menyayangi hewan,
beraninya kau ingin jadi dokter hewan.”

Aku yang dulu dan aku yang sekarang.
Oh dunia.
Aku tak paham, mesti bagaimana menempatkan ini rasa.

Tuhan menepuk pundakku.
Dan aku dipukul oleh tanganku.
Sungguh, ingin kukeluarkan semua perasaan ini.
Tapi..
Cerita permainan ini membungkusku.
Entah..
Aku rasa dihalangi untuk menjadi diriku sendiri.
Oh, bodoh .
Bochan masih cukup muda.
Kachan dan Bochan.
Air mata ini menyeretku untuk setia pada mimpi.
Oh, mimpi ini.
Seperti tawa yang tak jelas.
Aku seperti didorong oleh rasa ini.
Apa Tuhan?
Apa maksud tepukanmu?


Tidak ada komentar:

Posting Komentar