Ternyata aku bukan orang yang
bisa sabar terus menerus. Tuhan, karena aku tak memfokuskan diri seperti para
sufi, karna aku membiarkan diri berada di pertengahan, maka dengan mudah aku
terseret ke kiri dan kanan.
Memangnya apa yang bisa dia
lakukan ketika aku bosan? Di saat dia sedang asik dengan kesibukannya sendiri. Apa
bisa dia meninggalkannya untukku? Aku sudah memberikan waktu di tengah jadwal
yang kutetapkan sendiri. Yah, memang baru-baru ini, seakan aku menebus dosa
padanya dengan memberikan waktu dan menerimanya. Ya aku tau pula akhir-akhir
ini dia hampir selalu ada ketika aku butuh sesuatu. Ya aku tau, aku memang
bodoh. Aku bahkan tak tau apakah semua yang kulakukan aku benar-benar ikhlas. Bodoh
sekali.
Aku bodoh sekali ketika merasa
bahwa aku yang paling stress dan sebagainya. Ya aku tau itu. Bodoh sekali. Apakah
aku sakit? Bodoh sekali kalau aku merasa aku sakit dan butuh ditolong, dan
bukannya mengulurkan tangan membantu orang lain yang jauh lebih menderita. Ya,
aku bodoh sekali. Aku benci. Dan aku tak tau kepada siapa aku benci. Kepada siapa
aku harus mengekspresikan kemarahan, aku bahkan tak tau. Sebenarnya apa yang ku
tau?
Rendah hati apanya? Di dalam
diriku ada bibit kesombongan iblis. Aku bisa merasakannya. Apanya yang hebat? Persetan!
Omongan beberapa dari mereka itu benar-benar racun bagiku. Karna aku tau hal
semacam itu adalah racun, aku tak kan memberikannya pada siapa pun!
Apa yang ku inginkan? Apa yang
membuatku nyaman? Dasar setan! Aku benar-benar tak tau! Ketika orang-orang
mengkritikku dan menghinaku habis-habisan aku marah, dan ketika orang memujiku
aku juga jijik pada diriku sendiri. Sebenarnya apa yang membuatku nyaman? Oh,
demi Tuhan!
Oh, aku benar-benar sok suci,
seakan-akan hanya aku yang tau tentang dunia dan kehidupan. Oh, iyakah?! Tolol sekali.
Dia itulah yang memandangku dengan penuh persepsi. Oh, kini kebencian di dalam
diriku tiba-tiba muncul, dengan pemicu yang sangat sepele, tiba-tiba menyebar
dan didorongnya. Bagaimana aku harus mengekspresikannya?
Tuhan, bolehkah hamba terus
membiarkan kemarahan ini? Aku kah yang memang tak menghendaki koneksi yang
tanpa putus padaMu? Oh, sungguh aku tak paham dengan diriku sendiri. Kalau begitu
benarkah aku sudah memahami sedikit dari rahasia dunia yang Kau ajarkan?