Selasa, 25 Oktober 2022

Kamulah kebahagiaan

Sayang, jika aku menjauh menuju hal-hal yang kau benci,

Tariklah aku mendekat.
Bawalah aku pergi menjauhi hal-hal yang kau benci.
Jangan pergi meninggalkanku dan mencari kebahagiaan di luar aku.
Kamulah kebahagiaanku.
Dan semua di sekitarku harus memahami itu.

Konsekuensi Cinta

Sayang, aku ingin mencintaimu sesederhana matahari yang setiap hari bersinar menyokong kehidupan di bumi.

Aku tau kamu mencintaiku dengan caramu,
Aku ingin kamu tau pula, bahwa aku pun begitu.
Tapi bisakah kita menjadi diri kita masing-masing sambil saling mencintai?
Apakah seperti matahari, yang tetap menjadi dirinya, hingga suatu saat sinarnya yang terlalu kuat akan membakar bumi,
Karna bumi sudah tidak mampu lagi menahan menanggung panas sinar matahari.
Apakah seperti itu, kita akan mati karna cinta kita masing-masing?
Entah kamu yang sudah tidak kuat menanggung kelimpahan cinta dariku,
Atau akukah yang akan tumbang duluan?
Apakah kita harus mengambil jarak?
Ketika perasaan cinta sudah semakin kuat, dan semakin ingin dilampiaskan diekspresikan,
Apakah kita harus saling menjauh,
Agar tidak saling membakar?
Dan menjadi bumi yang sadar,
"Begitulah matahari, yang akan semakin kuat bersinar seiring waktu. Begitulah dia diciptakan. Dan begitu pulalah aku, sebagai bumi, yang diciptakan tak akan mampu menanggung kekuatan sinar matahari yang semakin bertambah intensitasnya."
Atau apakah kita harus seperti bumi?
Yang meskipun matahari semakin kuat menyinarinya,
Ia tetap di tempatnya,
Menunggu kematiannya sendiri,
Menerima konsekuensi apa pun dari cinta matahari.