Jumat, 15 Maret 2019

LUKA

“ya sabar..”, katanya. 
Tapi ini tentang luka di jantung yang sudah sembuh kemudian dihajar lagi di tempat yang sama. Bukan hanya bagian yang dihajar jadi babak belur, luka yang sudah sembuh disana jadi terbuka lagi, jadi semakin lebar karena ternyata itu luka belum pernah sepenuhnya sembuh. Kemudian korban dituduh melebih lebihkan ekspresi kesakitan, tidak mau memaafkan si penghajar. Tapi ini bukanlah masalah maaf memaafkan, ini masalah bagaimana caranya luka itu bisa sembuh lagi.

Saya tidak mengerti bagaimana seseorang yang mengaku menyayangi orang lain bisa hidup tenang dan bahagia setelah menusukkan pedang ke jantung salah satu orang terdekatnya. Saya pernah membunuh orang lain dalam dua kondisi. Satu, saya sengaja melakukan itu dan tidak merasa bersalah karna orang itu masuk ke kamar saya tanpa izin atau orang itu memang pernah mengacungkan pedang ke arah saya. Dua, saya mencari cara bunuh diri setengah mati setelah saya menyadari bahwa orang terdekat saya sekarat karena pedang saya.

Mungkin itulah alasan mengapa malam kemarin saya memimpikan Nino. Di dalam mimpi, Nino saya peluk seerat mungkin, seakan saya tidak mau kehilangan dia atau melihat dia terluka. Seperti takut kehilangan boneka kesayangan, saya memeluknya kemanapun saya pergi.