Kamis, 22 November 2012

Kabar Hujan


Musim hujan sudah benar-benar datang
Setiap hari hujan turun, dan angin bertiup kencang
Indonesia sedang dimandikan
Di satu sisi yang benar-benar kuat, aku menyukainya
Aku benci panas dan aku rindu suasana dingin
Tapi pula hujan membuat kami repot setiap hari
Sepatu yang basah, banjir, longsor, dan kereta api tidak beroperasi
Hujan mampu mengubah segala

Aku menunggu waktu belajar dengan Song-oppa di perpustakaan
Ditemani hujan
Setelah sebelumnya semuanya kacau dan aku lagi tak masuk akal,
Meninggalkan ketidakjelasan dan penasaran pada mereka yang tak bersalah
Membaca tugas dan berlatih kanji
Semangatku datang tiba-tiba

Dia ada di sana, berbaju biru yang birunya bagus sekali
Kami sama menunggu tanpa tau tak ada yang ditunggu
Hanya meminta menulis surat
Meski jenuh, seperti kukatakan,
Suatu saat aku akan merindukan suasana macam ini
1 minggu ke depan akan ke Thailand
Hari-hari semakin bergerak dan bergerak
Lambat dan cepat,
Seperti waktu memang ilusi yang tak pernah ada

Bapak dosen MPK Agama
Dosen yang kuakui paling cerdas diantara dosen di kampus yang pernah mengajarku
Aku mengakui kebijaksanaannya dalam berpikir dan berbicara
Aku tak pernah berlebihan memuji orang lain
Tapi kali ini, beliau benar-benar kuakui
Meski namanya tak kuingat, sengaja tak kuingat
Dia menyapaku, masih mengenaliku
Dia bertanya, “sudah semester berapa?”
Ah, kekacauanku seperti terlupakan saat itu
Hanya duduk sebentar di selasar masjid sambil minum Pocari Sweat
Awan hitam berjalan di atasku, angin meniupkan kabar kedatangan hujan
Segera aku berbalik menuju perpustakaan lagi
Menunggu waktu mengajar Song-oppa

Setengah empat
Hujan mereda, dan aku menuju FIB
Dia menunggu supirnya menjemputnya di perpustakaan
Aku menunggu Rima di musalla
Hujan datang lagi
Sangat deras, hingga airnya membanjiri latar musalla
Menimbulkan korban-korban yang mulai terpeleset jatuh
Aku bertemu Lina dan Rima
Kami bercengkrama dalam balutan hujan yang semakin deras
Bicara apa saja yang meredakan segala stress sepanjang hari ini
Dia membeli gorengan untuk kami bertiga
Aku lapar sekali, karena kekacauan tak masuk akal tadi..
Aku membeli lagi banyak untuk mengobati laparku dan menghangatkan kami bertiga
Lalu kami bicara tentang mimpi..
Hingga panggilan Tuhan berkumandang dan kami memenuhinya

Hujan mulai reda setelah ibadah kami selesai
Aku tak mengerti tapi..
Ada semacam cerita hangat yang kurasa diatur oleh sesuatu

Kami berangkat pulang, kami berdua..
Rima akan naik bis karena kereta belum bisa beroperasi secara normal
Aku pulang dengan rasa khawatir, sejak musim hujan datang
Kopaja itu sudah penuh, dan aku harus berdiri
Tapi itu ada, dan rasa khawatirku berkurang

Bapak itu menunggu di sana, di tempat biasa
“kenapa berdiri?”, dia tanya berbasa-basi
Kami bicara tentang banyak
Aku ingin cerita lebih banyak lagi
Tapi suasana dan kondisi ini sedang membuat tak nyaman
Oh, aku agak muak dengan kopaja dan sejenisnya
Aku berharap Pak Joko Widodo mengubah Jakarta secara drastis
Butuh banyak pengorbanan untuk sebuah perubahan
Mengapa tidak?
Bukankah dunia bukan tempat tinggal kita selamanya?

Kabar tentang banjir datang dari orang rumah
Kabar tentang lalu lintas yang tak lancar
Tentang musibah yang terjadi di rumah
Nyatanya macetnya hanya sampai seskoal
Sampai cipulir lancar total
Dan ITC Cipulir memang banjir


Tidak ada komentar:

Posting Komentar