Minggu, 11 November 2012

ミチャンの死


Seperti siklus yang dulu pernah ku sadari
Tidak lagi ku indahkan
Seperti biasanya manusia
Aku tak lagi yakin bagaimana hati berfungsi

Hari kematian Michan
Aku seperti menunggu waktunya
Entah apa dalam diriku yang bicara
Meski tak benar-benar yakin
Aku sedang menunggu dan membayangkannya

Mampukah aku menoleransi diriku
Merasa jenuh pada hidup mereka
Aku tak benar-benar yakin
Semakin aku memahami sesuatu,
Semakin aku tak memahami apapun

Mungkinkah karena waktu,
Kejenuhan ini menyiksaku?
Mungkinkah karena rasa ada waktu yang terus berjalan,
Segala sejarah yang punya akhir membawa rasa pada kematian rasa?

Aku tak kuasa menolak hukum Tuhan
Aku memang dipenjara dan aku memang tak punya kebebasan menolak hukumnya
Meski aku terus bertanya
Aku ditempatkannya dalam irama tasbih semesta
Dan tak ada yang mampu menolak

Terus rasa mengulang rekaman sejarah
Mengulang segala rasa yang pernah singgah
Seperti jauh, seperti dekat
Aku tak bisa yakin
Aku tidaklah tau apa-apa
Mengapa segala rasa pernah singgah
Mengapa segala rasa hilang
Aku bertanya dan tak ada jawab

Aku dingin, dan aku menangis tanpa tau alasan
Mengapa air mata ingin keluar hanya karena rasa yang hilang dan datang?
Aku bertanya dan terus merasa
Aku menatap dingin, aku bertanya, dan aku tak mengerti semua

Hari kematian Michan, sudah datang
Seperti semalam kulihat dia
Masih memakan popcorn yang kuberi padanya
Dengan langkahnya yang tergopoh
Tak kuasa melawan waktu yang mendekatkannya pada kematian jasadnya
Tidur di dalam tempat makannya
Dia tak bergerak meski suara kandang-kandang yang dibuka membunyikan suara-suara berisik
Hingga ketika aku datang padanya,
Dia terbangun dengan lemah,
Dan dia memakan popcorn yang kuberi padanya
Terakhir kalinya kulihat sosoknya yang bergerak dengan ketuaannya yang alami

Pagi ini
Michan tertidur untuk selamanya dari dunia
Seperti dunia ilusi ini, seperti pula jasadya yang fana
Wajah dan tubuhnya menggambarkan ketenangan meninggalkan segala kebohongan ini
Entah apa yang kurasa, aku tak yakin

Hari kematian berturut-turut,
Tanpa Ami di sisi mereka
Tuhan memanggil mereka bergantian dalam jarak berdekatan
Seperti mereka hadir bersamaan
Mereka lahir bersamaan

Waktu membunuh segala kebahagiaan
Seperti ia pula membunuh segala kesedihan
Seperti apa yang pernah dirasa dan dijalani
Hanyalah mimpi
Dunia hanyalah mimpi
Dan aku belum terbangun


Tidak ada komentar:

Posting Komentar