Jumat, 09 November 2012

Menikmati Kebisuanku


Pagi itu, Kuro menatap pagi
Menyapa hening dalam teduh semesta
Menatap ke depan, menyatu suasana
Aku bersiap berangkat, mengikat tali sepatu
Kusapa Kuro dan Kuro balik menyapa
Suasana pagi itu
Seperti sebuah kesempatan rasa yang sulit kudapat
Rintik hujan menyejukkan jiwa-jiwa yang gersang
Sejuk suasana mengirimkan rasa yang kurindukan

Aku berjalan dengan senyum tersimpan
Seperti aku akan terus berada pada titik rasa ini
Langit meneduhiku,
Seperti kembali pada kerinduannya

Hari ini bapak itu tak lagi membayarkanku kopaja
Sesuatu yang mengundangkan tanyaku
Aku tersenyum, aku tak butuh bantuan siapapun, tapi..
Aku merindukan kebaikannya
Aku tertawa, seperti aku tak mengerti diriku sendiri

Seperti aku begitu menikmati kebisuanku
Melihat mereka bercengkrama, bicara
Suasana yang kurindukan, aku terus tersenyum dalam hati

Aku menikmati senyum bapak itu
Seperti dopamine dikirimkan banyak pada otakku
Aku menikmati kebisuanku
Memandang kisah-kisah awal pagi ini

Dan Tuhan berkata,
“mengapa kau tidak berjalan di muka bumi,
agar kau punya hati yang bisa memahami dan telinga yang bisa mendengar?”,
dalam Firmannya

Air mata memaksa keluar tanpa aku tau alasannya
Rasa yang harus keluar, memenuhi dada
Melihat suasana pasar
Yang tunduk pada irama alam
Aku bertanya dengan menyadari angkuhku
Apakah aku terlalu angkuh?
Apakah sebenarnya kesombongan memenjarakanku tanpa kusadari?
Apakah aku sedang tersesat pikiran tanpa kusadari?
Aku ketakutan
Kekhawatiran memerangkapku
Apakah ridhomu mengatapiku?
Apakah yang kuinginkan?
Ketidaktauan menyiksaku dalam bayangannya sekejap

Peradaban memeluk kuat, masih
Aku benci pada rasaku ini
Mengapa aku masih terus berjalan dan masih berharap untuk dunia
Sedang alam sedang menyelimuti kerinduanku
Akan kubawa kemana rinduku

Suasana kelas meneruskan teduh
Aku menikmati
Ya, biar kunikmati
Segala rasaku pada peradaban dan rinduku pada alam
Biar aku menikmati irama yang kumainkan

Sore yang mendung, dan angin bertiup
Seperti suasana musim gugur di Jepang
Aku membayangkannya dan meski tak sebanding, setidaknya..
Suasana daun-daun jatuh ditiup angin yang sejuk kunikmati
Hujan mulai turun, tapi masih menoleransi rasaku
Tak mampu kugambarkan
Segala rasa yang membawaku pada kerinduanku
Aku menikmatinya, suasana yang akan sulit lagi kudapatkan
Dingin udara melengkapi kedinginan sikapku
Seperti aku sedang dalam kisahku sendiri
Menikmati kebisuanku
Dan sendiri, menyatu dengan kerinduanku yang terdalam


Tidak ada komentar:

Posting Komentar