Rabu, 14 November 2012

Dan Segalanya Menghilang...


Lagi, aku benar-benar egois dan tak masuk akal
Tapi sedikit mampu untuk berpikir normal dan berhadapan dengan orang lain sekarang
Hari ini aku membacakannya!
Alasan mengapa aku belajar bahasa Jepang
Dan semuanya tentang Islam!
Dan aku bangga dalam hati
Aku cuek pada apapun komentar orang lain
Ini aneh, tapi ini ada
Aku benar-benar bangga
Dan Rima juga membanggakannya, aku semakin bangga!

Dan cuek seakan aku tak pernah menulisnya
Aku tetaplah berakting biasa, sebagai diriku
Yang suka meremehkan orang lain,
Yang tak perduli kata orang,
Yang suka nyuekin orang ?!
Dan aku tertawa
Semuanya hanya permainan

Lalu hari ini benar-benar terpikir tentang sifat orang Jepang
Sensei mengatakannya, meski aku sudah tau
Tapi kini sedang kuhayati
Lemah sosial, kesepian, akrab dengan robot
Sifat manusia yang merobotkan dirinya
Orang Jepang memang gila
Aku yang begini saja, menganggapnya gila
Ya, jika aku adalah mereka, sudah mungkin..
Aku gila
Tapi entah kenapa, aku ingin merasakannya
Bukan jadi otaku
Karna aku benar-benar tak bisa mengerti otak mereka
Dan mengapa mereka begitu mencintai semua itu
Apa mereka tidak lelah, bosan?
Nino saja bosan, bukan?!
Tapi dalam hatiku yang terdalam, aku memahami mereka!
Dan mereka lebih bisa dipahami dibandingkan “kalian”!

Dia bercerita tentang kekesalannya yang kemarin padaku
Aku tertawa-tawa tidak jelas
Sausan ikut bertanya, “kemarin kamu kenapa sih?”
Kai pun, “kemarin kenapa?”
Dan aku hanya tertawa, sudah
Kukatakan padanya, kau tak kan mengerti

Aku berjalan hingga menuju kelas, sendiri
Aku sedang muak dengan tingkah yang tidak kumengerti
Lagipula aku harus tetap mengikuti langkahku sendiri
Kelas yang berisik, berantakan, dan hati yang sepi, pikiran yang melayang
Aku hibur diriku dengan menikmati kucing bersamanya
Dan sambil melupakan segala kesepian hati, pikiran yang jauh melayang
Lalu menyueki kelas yang berisik dan berantakan
Kunikmati keindahan makhluk Tuhan yang luar biasa itu, bersama dia

Hari ini setiap momen terasa sesuatunya
Namun aku tak bisa memutuskan emosi apa untuk hari ini
Lalu apa yang kurasakan ketika Nino dibilang tidak menarik
Hah, pernyataan yang sama sekali tak masuk akal untuk seseorang yang tak tau apa-apa tentangnya

Hujan melengkapi emosi kami tentang penjara sialan yang belum berani kami ajak ribut ini
Apa-apaan?!
omong kosong!
Jika kalian membencinya, lantas mengapa?
Mengapa kalian harus pura-pura tersenyum?
Ajak saja orang tidak ada kerjaan itu untuk ribut denganmu
Kalau mereka yang mengerjaimu adalah orang-orang tak ada kerjaan
Kalau begitu kau yang menyediakan waktu untuk dikerjai mereka, jauh tak ada kerjaan!
Apa-apaan?!

Seperti dunia yang menyediakan film-film munafik ini
Dan Tuhan yang menciptakan orang-orang munafik ini
Waktu yang mengiringinya biasa
Dunia dan kita sudah sejak lama terbiasa
Aku sudah lama menoleransi dan sudah terbiasa ada di dekatnya
Karna aku pun adalah salah satu pemeran munafik itu
Ya, salah satu

Mereka sedang begitu serius tentang segala omong kosong
Kami bicara sendiri
Bicara tentang omong kosong mereka di dalam penjara mereka
Lihat, lucu kan cerita ini?
Hujan terus turun, belum juga berhenti
Dan mereka terus bicara, hal-hal tak penting, tak juga berhenti, sambil memenjarakan kami
Hingga hujan berhenti, dan mereka juga sama berhenti
Kami pergi, mereka masih melanjutkan bicara
Tak habis pikir

Kami berjalan ke gramedia Depok, pukul setengah 5
Sebuah rencana dadakan yanag pasti tak kan kusetujui jika besok tidak libur
Kami lapar, dan kami beli roti dulu di Alfamart

Hujan telah berhenti dan omong kosong kicauan itu sudah jauh
Tapi, apa yang akan terjadi
Persetan, aku senang karna bisa menyapa Gramedia yang terlengkap katanya itu
Meski aku tak bawa uang untuk beli apapun

Kami sampai
“titipin ya tasnya?”
“ada laptopnya kan? Ga usah dititip.”
“emang gitu ya?”
Dia ke penitipan barang juga, tapi akhirnya membenarkan kata-kataku
Aku bilang,
“kalaupun ga bawa laptop, bilang aja bawa, supaya ga perlu dititip”
Aku bersorak. Sensei mengajari kebebasan dari penjara sialan satu itu!
“iya, bener juga”, kata Rima
Akhirnya aku yang tak bawa laptop pun tak menitipkan tas
Memang omong kosong
Yah, kuakui di Indonesia yang isinya banyak maling, itu usaha yang mesti dihargai juga

Kami berkeliling
Uwaa, besar. Cukup lengkap
Meski komiknya tidak terlalu lengkap
Aku membayangkan komik yang lengkap berjejer dalam rak yang sangat besar
Segala judul komik, dengan seri yang lengkap
Atau aku yang belum final mengelilingi tempat itu?

Aku melihat segalanya dengan nafsu
Eskalator juga
Entah ini mimpi siapa yang pernah kubaca, aku tak ingat
Tapi ini telah menjadi penasaranku juga untuk melakukannya
Naik dengan escalator turun, dan turun dengan escalator naik
Aku penasaran untuk melakukannya
Dan di sana aku mencoba untuk melakukannya, tapi tidak cukup sepi untuk tidak dipergoki

Buku Noryokushiken, Botchan, Agatha Christie, semuanya
Pada akhirnya kami turun tanpa membawa apapun
Di bawah pun tak memutuskan membeli apapun
Kami naik ke atas lagi,
Karna Rima meminjamkanku uang untuk membeli Novel
Aku memilih dengan lama, antara Botchan dan Agatha Christie
Pilihanku jatuh pada Agatha Christie, setelah sebelumnya pilihanku jatuh pada Botchan
Dan dia tak jadi beli
Aku tak bisa memilih, dia memilihkan
Aku membawa pulang novel Agatha Christie, “mayat misterius”
Di luar perkiraan, kasusnya membosankan!
Aku berkata pada diriku sendiri,
Aku akan datang lagi dan membeli banyak buku di sini!
Entahlah kapan

Kami mencari tempat untuk makan
Ketoprak di pinggir jalan
Sambil berkisah tentang novel Agatha Christie, “and then there were none”
Tak terkalahkan!, kataku
Kisah pembunuhan beruntun di sebuah pulau tanpa menyisakan seorang pun pembunuh, dan tanpa detektif
“pasti merinding baca itu!”
Tiba-tiba, setelah hening sejenak, aku menggebrak meja, mengagetkan orang sekitar
Sambil tersenyum-senyum dan berkata, “tak terkalahkan!”
“aku pinjem ya!”
“dengan senang hati”

Nyatanya itu adalah novel nomor 1 nya Agatha Christie,
Dan tercatat sebagai novel misteri nomor 1 di dunia, entahlah
Tanpa mengetahui itu, aku berani mengatakan,
“belum ada yang mengalahkan novel itu, “dan semuanya menghilang””

Selesai, kami memutuskan mencari mushalla dan toilet di detos
Tapi sampai di lantai bawah, seorang wanita memaksa kami ke tempat penjualan elektronik baru
Dan ya, membodohi kami
Aku terus mencoba memahami maksud mereka
Mencurigakan, sudah kupikirkan
Tapi otakku juga melihat sebuah kesempatan yang tidak begitu merugikan
“ngerti kan mbak apa yang saya omongin?”
Rima bilang, “ya, ngerti”
Saat dia bertanya padaku,
Dia, laki-laki yang di wajahnya ada bekas luka goresan lama,
Aku menjawab sambil memberi jeda beberapa detik cukup lama,
Seakan sedang mencari jawaban yang tepat atau dibuat-buat atau mencoba kembali dari pikiran yang melayang,
“nggak, pikiran saya lagi melayang”

Mereka bilang akan menyita waktu 1 menit
Memang hal seperti itu omong kosong
“mimpi apa mbak semalem, selamat ya..”
Dengan wajah datar
Aku harusnya yakin mereka penipu
Kami pergi cepat,
Aku tanpa mengucapkan apapun dan memberi salam selamat tinggal pada mereka
Rima sering melihat padaku, seakan bertanya “ini beneran apa ya?”
Aku menyerahkan segala putusan padanya,
Karna aku sedang sibuk memikirkan kerjaan sehari-hari para pembual itu,
Ketika mereka sedang terus saja bicara, terus membual
Aku kasihan

Aku shalat, dan Rima..
Sibuk memberitakan pada keluarganya, apa yang baru terjadi padanya
Kami bertemu teman FORMASI di sini, di mushalla ini
Sialan! Mall selalu meletakkan mushalla di tempat parkir, terkutuklah!

Kami mencari toilet, ketika akhirnya sampai di toilet,
Aku tak jadi buang air, ketika tau toiletnya “terlalu modern”
Lantas kami bicara tentang segala toilet berbentuk robot manusia yang akan mencebokimu seperti bayi,
Yah, Jepang yang gila itu mungkin akan membuat toilet jadi semakin modern
Dan kami tertawa, aku ingin buang air!

Keputusan kami, aku akan buang air di toilet yang ada di mushalla di dekat stasiun UI
Ternyata toilet di sana mampet
Ini adalah perjuangan, aku ingin menangisinya rasanya, sekaligus..
Ingin menertawai semuanya
Oh, begitu sulitnya membuang air seni ini
Oh, manusia..
Kalaulah aku adalah hewan, aku sudah mengeluarkannya dimanapun aku mau!

Kami berpisah untuk pulang
Dan tanpa kusadari, malam tahun baru ini
Perjalanan dari UI ke pasar minggu makan waktu 2 jam!
Macet luar biasa
Aku kira tak akan memakan waktu selama itu
Aku keluarkan tes noryokushiken dan membacanya dalam angkot

Kami lewat jalan yang tak biasa
Gelap, bahkan aku tak bisa mengenalinya
Tidak, bahkan aku tak tau daerah apa yang kulewati
Aku sudah khawatir
Karna tak tau akan sampai jam berapa di pasar minggu
Sedangkan 614 paling terakhir ada jam setengah 9
Dari UI jam 7
Dan sekarang waktu hampir menunjukkan jam setengah 9
Masih belum mengenali daerah yang kulewati, macet pula
Akan sampai jam berapa?

Aku mengkhawatirkan diriku sendiri
Sedangkan yang di rumah menyuruhku berdoa agar 614 masih ada ketika aku sampai
Padahal aku sedang meminta bantuan!
Dan persetan ajakan pasrah itu,
Aku harus menyelamatkan diriku,
Tuhan akan menyelamatkan aku jika aku ingin menyelamatkan diriku
Kenapa aku harus pasrah?
Jemputlah sekarang juga!
Aku sudah terlalu tak bisa normal berpikir
Hingga ketika ditelpon, aku mematikannya,
Dan ketika menelpon, aku bicara tanpa kata-kataku bisa dimengerti

Aku bahkan tak bisa mengenali arah
Supir angkot menyetopkan 614,
Tapi aku larang, “bukan yang ke arah sana!”
“ke arah sana dek, mo pulang kan?”
“arah cipulir kemana?”
“iya, ke sana”
Aku tertawa tak jelas emosi apa, mereka pula
“langsung nyebrang aja!”
“iya, iya”
Ah cerewet sekali
614 meninggalkanku
Dan 614 yang terakhir…

Aku menelepon dengan sangat gugup, kata-kata diulang-ulang,
Dan belum ada yang berangkat menjemputku
Dan aku harus menunggu satu jam di pasar minggu berdiri
Dan apa yang harus kukutuk
Aku kesal sekali dengan kejadian ini
Apa karena kemarin aku membuat Rima kesal, Tuhan membalasku?

Aku terus menggerutu
Dan aku ingin membunuh mereka yang memandangku tak sopan itu
Atau yang sekedar bertanya, “nunggu jemputan ya neng?”
Jangan main-main!

Jam 9, waktu berjalan, aku terus berdiri, terlihat bingung mencari tempat yang pas untuk menunggu
Aku menyerah, aku tak bisa menyembunyikan emosi
Aku terus bermain dengan hp,
Mengirim sms pertanyaan yang tak ingin kutanyakan
Hanya untuk menyibukkan diriku
Seperti mereka-mereka itu,
Padahal sebenarnya pikiranku melayang,
Aku tak bisa melakukan itu di saat seperti ini
Tapi tetap saja kulakukan

Waktu terus berjalan,
Aku mencoba duduk, entah bersih atau tidak tempat itu
Tapi keras luar biasa, dan aku paksakan untuk terduduk
Mencoba menenangkan diri, mulai mengantongi hp agar batere tak habis
Seorang bapak yang gelagatnya kubenci bertanya, “nunggu jemputan ya neng”
Dia berjongkok di situ, di sampingku beberapa meter
Jangan main-main
Tiba-tiba hp bergetar, dan abang menelpon
Sudah sampai
Aku mengangkat, dan sifat tak sabarku keluar lagi
Jam menunjukkan pukul 10 malam di pasar minggu, masih di pasar minggu

Kami begitu lelah, berusaha cepat sampai rumah
Semua badan sakit, ngantuk, lengket, dingin
Sampai jam 11 malam di rumah
Aku tak berkata apapun
Segera menuju tempat tidur dan merebahkan diriku
Oh, Tuhan….

Mamah memasakkan mie dan baso
Aku makan dengan tak sabaran, yah begitulah aku, sangat tak terkontrol
Seperti sudah tak makan berhari-hari
Hingga TV LCD di kamar terciprat kuah mie, bodoh sekali aku!

Setengah 12 setelah shalat, aku mulai membaca “mayat misterius”
Herannya, segalanya hilang, segala yang terjadi padaku barusan, dan seharian ini
Aku membaca terus hingga mengantuk…..


Tidak ada komentar:

Posting Komentar