Minggu, 30 Maret 2014

Sebuah Kejadian


Sebuah kejadian menggangguku. Tepat di saat aku memutuskan memilih suatu hal baru untuk kulakukan. Tepat di saat moodku sedang naik. Hampir selalu seperti itu. Dan sudah kubilang, Tuhan memang luar biasa!

Kalau kubilang aku stress luar biasa, meskipun bagi banyak orang ini adalah hal kecil yang harusnya diabaikan saja, akankah ada yang terganggu lagi? Dari sejak aku terjun dalam perdebatan antar keyakinan, aku selalu merasa aku perlu membuat orang paham apa yang aku maksud. Ya, disalahpahami itu sangat mengganggu, begitu juga salah paham terhadap orang lain. Aku mengerti mengapa mereka tak bisa lagi mengontrol kejengkelannya padaku. Dan setidaknya akhirnya aku tau bahwa aku telah menyusahkan orang lain dan membuat mereka jengkel.

Aku kaget, sedih, kecewa, dan aku marah. Ya, marah, dan tak tau mesti kuekspresikan bagaimana kemarahan ini. Hari jum’at kemarin, di depan dua orang kawan aku menangis, aku tak bisa mengontrolnya lagi. Segala emosi bercampur aduk tak karuan. Ternyata aku belum pernah memperbaiki segalanya. Segala yang kualami adalah apa yang pernah kualami sebelumnya. Aku marah pada mereka dan pada diriku sendiri. Dan tak bisa kulanjutkan. Aku berpikir, tanggung jawab terakhir yang minimal yang bisa kuberikan adalah menghilang dari hadapan mereka.

Menyerah? Oh, sialan! Terserah mau pikir apa tentang tindakanku. Rencana untuk pergi memang sudah ada sejak dulu. Dan kejadian ini seperti mendorongku dengan kuat untuk benar-benar pergi. Tapi aku tak akan pergi begitu saja. Aku akan memanfaatkan waktuku di sana untuk mendapatkan apa yang kuperlukan. Dan bukan berarti yang tersisa selamanya adalah kebencian, aku tetap akan menghargai mereka seperti dulu. Hanya saja aku tak bisa, tak mau ada dalam kehidupan mereka lagi. Ya, dunia mau mengatakan aku pecundang, lemah dan kalah, terserah. Ini hidupku dan aku tau apa yang kulakukan.

Meneruskan segalanya berarti aku belajar untuk berbohong pada diriku sendiri. Setelah aku melepaskan diri, pasti akan aku dapatkan kelegaan. Meski aku tau, masalah lain akan datang. Terjadilah.

Aku hanyalah salah satu jenis makhluk bernama manusia yang seperti halnya makhluk bernama manusia lainnya, sedang berjuang menjalankan kehidupan ini sambil berusaha mencari makna apa yang ada dalam perjalanannya. Memikirkan apa yang sudah dilewati kadang terpikir “sudah sejauh ini, dan aku masih saja gagal, sudah waktunyakah menyerah?”. Aku tau banyak sekali manusia lainnya yang berada dalam masalah yang jauh lebih berat dan banyak daripada aku. Tapi aku pun sadar bahwa kita semua tumbuh dengan kecenderungan yang berbeda. Kita diatur oleh gen, apa yang kita baca, pola asuh, apa yang kita dengar, dan sebagainya. Karna itulah memaksakan sebuah solusi ata masalah kepada orang yang berbeda adalah hal salah. Sejak aku bertobat dari kesalahanku memperlakukan orang yang bermasalah, aku menyadari itu. Dan salahnya aku, aku memaksakan keyakinanku ini pada orang lain, oh bodohnya!

Dan kejadian ini sukses membuatku bingung, bagaimana aku harus menyikapi kehidupan?

Ah, aku harus berjalan lagi. Tak boleh kubiarkan dadu ini terlalu lama tak bergerak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar