Lagi, moodku jatuh. Akhir pekan
kemarin kepala pusing hampir seharian. Tak ada hal yang benar-benar dikerjakan
kecuali baca buku dan nonton. Dan akhir pekan benar-benar membuatku tidak
terbiasa lagi dengan kegiatan kampus. Aku benar-benar hampir tak menyisakan
nafsu lagi untuk kuliah. Tugas dilalaikan dengan sengaja, tidak lagi belajar di
rumah mempersiapkan untuk kuliah esok harinya. Aku tak menemukan semangatku
lagi.
Kini aku hanya menikmati
perkuliahan yang benar-benar “kuliah”, mendengarkan dosen bicara di depan
kelas. Hanya mata kuliah Filsafat Bahasa yang benar-benar membuatku nafsu untuk
datang setiap selasa. Yang lainnya, hanya kujalani tanpa niat apa pun kecuali
sekedar melewati segala yang harus dilewati.
Aku datang dengan keceriaan aneh.
Seperti “aahh, rasanya bebas sekali jika bisa keluar dari jeratan peraturan
yang sedang mengelilingi dibandingkan benar-benar bebas tanpa jeruji apa pun”.
Keluar dari lingkaran orbit sementara, aku menyebutnya. Dengan mood yang
bercampur-campur, ingin kunikmati waktu ini dengan menenggelamkan diri ke dunia
Rumi tanpa pusing memikirkan nasib perkuliahanku yang berantakan. Ya, hidup
terlalu singkat untuk distreskan. Dan terlalu fana juga untuk dikejar. Kita
kini hanya berada dalam permainan sambil menunggu keberangkatan masing-masing.
Di pertengahan hari, ketika aku
bertemu dengannya dan mereka, seperti biasa, secara spontan aku menjadi aku
yang mereka kenal. Ketika kami bicara tentang segala hal di luar hal
perkuliahan, semangatku naik lagi. Tapi ketika mulai bicara tentang tugas dan
tetek bengek sialan itu aku mau muntah. Kemuakanku sudah benar-benar hampir
mencapai batasnya.
Di pertengahan hari, kami bicara
tentang masa depan dan pernikahan. Pembicaraan tentang sesuatu yang membuatku
merasa “ah, aku sudah bukan anak-anak”. Kestabilan hidup orang dewasa, atau
berpetualang mencari pengalaman. Dengan siapa dan kapan harus menikah.
Pembicaraan orang-orang yang baru memasuki remaja akhir dan dewasa awal. Aku
merasa aku sudah berubah. Ya, jadi orang dewasa, sebentar lagi.
Seandainya waktu bisa diperlambat
di kala itu. Aku masih ingin mencari jati diri. Aku masih ingin mengetahui
banyak hal dari orang lain. Aku belum ingin menjadi orang dewasa. Seandainya
boleh memilih, aku ingin jadi kanak-kanak sampai mati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar