Senin, 17 Maret 2014

Aku bukan lagi anak-anak


Lagi, moodku jatuh. Akhir pekan kemarin kepala pusing hampir seharian. Tak ada hal yang benar-benar dikerjakan kecuali baca buku dan nonton. Dan akhir pekan benar-benar membuatku tidak terbiasa lagi dengan kegiatan kampus. Aku benar-benar hampir tak menyisakan nafsu lagi untuk kuliah. Tugas dilalaikan dengan sengaja, tidak lagi belajar di rumah mempersiapkan untuk kuliah esok harinya. Aku tak menemukan semangatku lagi.

Kini aku hanya menikmati perkuliahan yang benar-benar “kuliah”, mendengarkan dosen bicara di depan kelas. Hanya mata kuliah Filsafat Bahasa yang benar-benar membuatku nafsu untuk datang setiap selasa. Yang lainnya, hanya kujalani tanpa niat apa pun kecuali sekedar melewati segala yang harus dilewati.

Aku datang dengan keceriaan aneh. Seperti “aahh, rasanya bebas sekali jika bisa keluar dari jeratan peraturan yang sedang mengelilingi dibandingkan benar-benar bebas tanpa jeruji apa pun”. Keluar dari lingkaran orbit sementara, aku menyebutnya. Dengan mood yang bercampur-campur, ingin kunikmati waktu ini dengan menenggelamkan diri ke dunia Rumi tanpa pusing memikirkan nasib perkuliahanku yang berantakan. Ya, hidup terlalu singkat untuk distreskan. Dan terlalu fana juga untuk dikejar. Kita kini hanya berada dalam permainan sambil menunggu keberangkatan masing-masing.

Di pertengahan hari, ketika aku bertemu dengannya dan mereka, seperti biasa, secara spontan aku menjadi aku yang mereka kenal. Ketika kami bicara tentang segala hal di luar hal perkuliahan, semangatku naik lagi. Tapi ketika mulai bicara tentang tugas dan tetek bengek sialan itu aku mau muntah. Kemuakanku sudah benar-benar hampir mencapai batasnya.

Di pertengahan hari, kami bicara tentang masa depan dan pernikahan. Pembicaraan tentang sesuatu yang membuatku merasa “ah, aku sudah bukan anak-anak”. Kestabilan hidup orang dewasa, atau berpetualang mencari pengalaman. Dengan siapa dan kapan harus menikah. Pembicaraan orang-orang yang baru memasuki remaja akhir dan dewasa awal. Aku merasa aku sudah berubah. Ya, jadi orang dewasa, sebentar lagi.

Seandainya waktu bisa diperlambat di kala itu. Aku masih ingin mencari jati diri. Aku masih ingin mengetahui banyak hal dari orang lain. Aku belum ingin menjadi orang dewasa. Seandainya boleh memilih, aku ingin jadi kanak-kanak sampai mati.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar