Rabu, 26 Maret 2014

Berkomunikasi itu Sulit!


Malam ini aku mendengar cerita tentang kerumitan permasalahan di keluargaku lagi. Bahwa warisan, harta bisa menjadi hal yang sangat krusial dalam hubungan keluarga. Aku heran, karna aku tak pernah merasakan betapa perlunya harta dibagi rata, betapa pembagian itu sangat menentukan kenyamanan hubungan, aku tak paham. Tapi itulah mengapa di dalam Al-Qur’an permasalahan soal warisan dijelaskan dengan begitu detail. Di beberapa kebudayaan permasalahan warisan masih sangat mempengaruhi hubungan antar saudara di dalam keluarga.

Aku orang betawi. Suku yang dalam budayanya permasalahan kepemilikan tanah sangat penting. Mungkin juga karna terlalu bergantung pada tanah warisan, orang betawi jadi tak punya kecenderungan besar untuk mencari uang yang banyak dengan cara lain selain menyewakan tanah atau menjual tanah.

Permasalahan di dalam keluargaku bukan hanya menyangkut itu. Ramai sekali. Dari dulu ramai sekali masalah. Bukan hanya memang karna masalahnya ada, tapi juga karna sifat keluarga yang mempersoalkan hal yang kecil jadi besar. Dari sudut pandangku itu bukan suatu hal yang bisa jadi masalah yang rumit, tapi ternyata di sudut pandang mereka yang mengalami, hal tersebut sangat berkaitan dengan kenyamanan hubungan di dalam silaturahmi keluarga. Ya, “yang tidak mengalami tidak akan memahami”.

Lalu, bagaimana caranya menyampaikan kesalahpahaman tentang masalah warisan? Itu yang sedang kakak dan ibuku bingungkan belakangan ini. Ada permasalahan menyangkut kesalahpahaman yang dipupuk sejak aku belum lahir. Tanpa pernah diselesaikan, mereka hanya saling memendam ketidaknyamanan dan keganjalan dalam hati, tanpa pernah coba dibicarakan. Kini, karna suatu pemicu, terbukalah konflik itu. Bagus memang, tapi kini permasalahannya adalah bagaimana cara menyampaikan maksud sebenarnya yang baik? Komunikasi. Intinya, apa yang mesti dikatakan, dibuka dengan pembicaraan apa, bagaimana mengatur alurnya agar maksudnya tersampaikan. Bahwa ilmu komunikasi memang sesulit itu.

Ima no watashi kawaritai yo, Nino no you ni. Aku yang sekarang ingin berubah, seperti halnya Nino. Seorang introvert yang menguasai hal yang tak biasanya dikuasai seorang introvert. Ya, seperti Nino. Perasaan itu muncul lagi hari ini. Belajar berkomunikasi dengan baik. Belajar menyampaikan bahasa secara pragmatis dan performatif. Bagaimana mempengaruhi orang lain dengan bahasa, bagaimana menyampaikan bahasa dengan baik dalam situasi yang berbeda. Pokoknya persoalan bahasa performatif dan pragmatis! Ya, hidup memanglah bukan hanya tentang menginterpretasikan dunia dan kehidupan, tapi juga tentang berbuat sesuatu untuk memaknainya. Aku bertobat dari pandangan sempit rasionalis, meski aku tak berpindah total secara ekstrim. Tapi Nino memang salah satu inspirator yang membuatku menajamkan sisi pragmatis dalam diriku.

Komunikasi memang sulit, dan aku bukan orang yang berbakat dalam menyampaikan bahasa secara performatif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar