Minggu, 18 September 2011

SIMBOL ILUSI

Mengitari bola waktu yang semakin cepat berputar
Aku terbawa ke dalam masa penutup zaman
Masa penuh keabu-abuan,
Ketidakpastian akan kebenaran...
Zaman peperangan terselubungi fitnah dimana saja
Tak ada yang mampu dijadikan sandaran...
Detik ini, utara bergeser ke selatan,
Pun barat saling bertukar dengan timur
Tak ada lagi beda hitam dan putih..
Karna mata tak lagi mampu melihat,
Kecuali abu-abu!
Segala hari penuh dengan kedekatan yang munafik
Simbol para hedonis menjadi titik yang diburu
Tidak lagi ada manusia dengan nurani tulusnya,
Yang tertinggal adalah robot-robot dikendalikan!
Mereka bersibuk ria dengan gadget canggih barunya,
Menghiraukan teman yang terlindas angkuh zaman ini
Ingin kulempar dan kuinjak semua mesin licik itu!
Dan kutarik kau mendekat, kemari, di sini,
bicara dari hati ke hati..
Bicara tentang hal yang telah lama kau lupakan,
Kau kubur dalam....dalam di dasar laut nan menghitam....

Gadgetmu menemanimu dari tawa hingga marah..
Namun teman shalihmu tersikapi acuh, angkuh, terlupakan
Meratapi kesedihan fana di simbol terbesar hedonis,
Melupakan suara-suara alam yang berteriak kesakitan..

Aku termenung di masjid ini,
Berdiam diri tanpa suara dan kegiatan dari pagi hingga siang datang..
Menangis dalam hati, merenungi tujuan ini,
Coba mengenali sedang apakah aku...sudah apakah aku?
Suara perut-perut kelaparan terdengar nyata
Dunia ini masih membutuhkanku
Dan kuingin keluar dari keterikatan fomal dan budaya yang membuatku muak..
Hidup di masyarakat liberal dan melangkah tanpa peduli,
Menggerakkan dunia dengan simbol ini,
Atau hidup terikat dengan alam dan sunyi sembari merenungi misteri yang tak ada habis,
Aku "galau" ...
Menangis...
Dan tidak peduli mereka tertawa sebab kekhawatiran yang terpelihara ini,
Karna biarlah saja mereka sibuk dengan cerita-cerita tidak penting, tawa-tawa basi, pamer tekhnologi terbaru
Aku bukan mereka!
Dan aku benci dengan tidur nyenyak mereka!
Pula mereka sebatas pengiring di panggung ini
Tak ada pikiran yang diluangkannya,
Kecuali remeh temeh nan sia-sia bumbu dunia fana..
Ketika di sudut-sudut sana,
Ada yang sedang merenung dalam..
Pun berjalan dari sana kemari sembari bertanya hal-hal yang terlupakan..
Dianggap gila, ketinggalan zaman, dibunuh, bukan pedang tajam yang kan menaklukkan tajam pikiran kelompok perenung...

Karna senandung lembut ini masih mengalun..
Mengiring kehidupan menuju perhentian selanjutnya..
Para pecinta menari dalam mabuknya,
Meraba keabadian dimensi tak terhingga..
Dan..
Senandung kebenaran terus mengalun,
Di tengah ilusi dunia ramai,
Kami menemukan kehampaan,
Mengelilingi titik tak terhingga kebenaran..
Ilusi mata yang diagungkan sombong dengan materialisme,
Nyatanya sekedar ilusi karna mata ini pun ilusi
Dunia ini ilusi...
Kenyataan adalah hampa di tengah titik tak terhingga kebenaran....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar