Selasa, 13 September 2011

Dua Tipe Muslim

Ada dua jenis umat muslim. Yang selalu beribadah dan beramal sepanjang hari. Dan yang selalu belajar, menggali ilmu dan makna dari setiap simbol agama.

Ada sebuah hadits yang mengatakan bahwa derajat orang yang berilmu pengetahuan lebih tinggi daripada mereka yang hanya menyibukkan diri dengan amalan. Dan memang Islam adalah agama yang logis, bukan agama mistis.

Ada macam murid yang mengkopi semua ucapan gurunya dan tidak sedikitpun bersikap kritis karna meyakini bahwa ilmu gurunya lebih tinggi dan dia tidak berhak mengkomen pernyataan gurunya sama sekali.

Zaman sudah berubah. Perubahan ini dalam satu sisi, membawa pada kegelapan Islam. Di sisi lain, menerangi Islam. Dahulu ketika proses belajar agama adalah sebuah proses Tanya jawab, itu memungkinkan para murid untuk menyerap dan mengkritisi sebuah pernyataan. Pertanyaan “MENGAPA” masih dibolehkan. Sang guru akan menjawab dengan jawaban yang bijaksana, yang membuat mulut para murid berhenti bertanya dan membuat pikirannya berjalan serta hatinya menerima.

Zaman sekarang ketika Islam semakin terpuruk, muncul keyakinan bahwa guru-guru Islam adalah mereka yang tinggi ilmunya. Dan ilmu agama itu tidak dapat ditolak. Akhirnya para murid yang terlampau mengagungkan gurunya, mengiyakan semua kata-kata gurunya tanpa dikritisinya sama sekali.
(Saya, ketika mengagumi seorang tokoh atau pun guru, tidak secara total saya menyetujui semua pendapat dan ajarannya. Ada beberapa hal dalam ajarannya yang saya tolak karna jauh dari nilai kebenaran yang saya yakini.)

Tipe ini akan banyak melahirkan para santri yang rajin beramal. Siang malam sibuk dengan amalannya. Entah shalawat, dzikir dsb. Mereka percaya, semua kalimat itu punya nilai mujarab, selain juga dapat menambah pahala praktis. Itu memang benar, namun akankah kita temukan kegemilangan generasi muslim dari para santri yang hanya sibuk dengan amalan?

Tengoklah masa emas Islam, dimana segala peradaban dan ilmu pengetahuan bersumber dan berawal dari para muslim. Mereka, para muslim, menyibukkan diri menggali segala macam ilmu pengetahuan, aktif berpikir dan mengkritisi banyak hal. Sehingga berbagai pemikiran dan penemuan muncul dari generasi gemilang muslim di zaman ini.

“Innamal a’malu bin niyaat”

Seseorang yang berdzikir dan melakukan amalan-amalan dengan tujuan mendapat pahala dan balasan dari Tuhan, maka itulah yang ia dapat. Tapi ketika ia berdzikir dan beramal disertai dengan pengetahuan dan penghayatan ketuhanan yang mendalam, maka bukan hanya pahala yang ia dapat, melainkan juga kedalaman iman dan kecerahan jiwa.
Bisa dibedakan ibadah seorang yang berilmu dengan yang mengharap timbal balik karna sekedar dapat petunjuk dari guru bahwa amalan itu bagus, dsb

Namun masih ada macam murid dan guru yang menjadikan diskusi sebagai cara belajarnya.

“kamu mau belajar apa?, mau Tanya apa?”

Kemudian sang murid akan bertanya hal-hal yang menjadi pertanyaan dalam otaknya sepanjang hari. Cara belajar semacam ini dimungkinkan bagi para murid yang cerdas dan aktif berpikir. Dia suka berpikir dan bertanya banyak hal dalam kehidupan ini. Dia menyimpan banyak pertanyaan dalam pikirannya. Dan tipe guru yang memungkinkan dalam tipe belajar seperti ini adalah tipe guru yang ilmunya terlalu banyak untuk dijabarkan, guru yang bijak. Yang bersedia merombak pemikirannya bila muridnya membuka pikirannya bahwa pernyataannya kurang bisa diterima.

Seperti itulah cara belajar yang memungkinkan kemajuan ilmu pengetahuan. Membuat para murid berpikir dan terus berpikir. Dan jangan pernah mengira mereka tidak pernah berdzikir, hanya karna tangannya tidak memegang tasbih. Dzikir mereka adalah dzikir sejati. Bukan hanya lafadz tasbih beratus kali, melainkan perenungan lafadz tasbih yang sepanjang hari memenuhi pikirannya.

Ketika mereka bertanya dalam hatinya “Bagaimana Tuhan mampu mengatur alam yang rumit ini, bagaimana Ia membuat para bayi meminum susu ibunya setelah ia lahir”, maka mereka sedang berdzikir. Ketika nama Tuhan ada dalam pertanyaannya dan pikirannya, maka itulah dzikir. Dzikir adalah mengingat Tuhan. Tanpa ucapan “Subhanallah” seratus kali, tapi dengan aktif berpikir dan merenung, para murid cerdas ini telah berdzikir sepanjang hari. Dan tujuan dzikirnya bukanlah mendapat balasan atas amalannya, melainkan MENGENAL lebih dalam tentang Tuhannya.

Anda pasti bisa memprediksi akan seperti apa tipe pertama berkembang dan akan seperti apa tipe kedua selanjutnya.

Ya, tipe pertama mungkin akan jadi ahli ibadah. Yang kuat shalat sepanjang hari, berdzikir dan bershalawat dengan tasbih sepanjang hari. Inilah generasi ahli ibadah yang akan mendapat tempat layak di sisiNya atas usaha ibadahnya.

Sedangkan tipe kedua akan menjadi orang berilmu, yang mengenal Tuhannya. Segala ibadahnya penuh dengan ilmu. Dia sudah paham mengapa harus shalat, mengapa harus puasa, dan semua praktek agama lainnya. Dia pun telah menggali cukup banyak misteri alam dan kehidupannya. Setiap waktunya diisi dengan penelusuran pemikiran dan mencari jawaban pertanyaannya. Dan inilah ahli imu yang sebenarnya, ulama yang sebenarnya. Yang derajatnya ditinggikan di atas ahli ibadah.

Semoga kita pun adalah salah satu dari dua tipe muslim yang ditinggikan derajatnya semacam itu. Bukan kelompok yang di luar itu.

Aamiin....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar