Ku kisahkan padamu sebuah cerita tentang seorang gadis yang
memaksa dirinya menjadi gila.
Kau tau, gadis ini terobsesi dengan segala hal yang membuat orang
lain kesakitan dan menderita. Ia senang ketika ia bisa menjadi penyebab luka
orang lain. Baginya ada sensasi tersendiri yang menggetarkan kulit-kulitnya
ketika melihat “mereka” menderita.
Satu hari di tengah kebosanannya dengan segala praktek-praktek
kehidupan, datanglah seseorang yang tersenyum padanya dengan senyuman yang
sangat dibencinya. Terpikir olehnya ingin merobek mulut orang itu. Orang itu
kemudian mengajarinya banyak hal yang membuatnya muak, formalitas dunia dengan
segala kepalsuannya. Gadis itu berteriak dalam hatinya, “hey bodoh, dunia ini
Cuma mimpi, betapa bodohnya kau!”
Ketika gadis ini melakukan langkah yang salah, seseorang itu
memakinya dengan segala tuduhan yang tidak penting bagi gadis ini untuk
didengarkan. Gadis yang keheranan ini merasa sangat muak dengan orang ini.
Semalaman gadis yang kesepian ini mengasah pedangnya yang lama tak
digunakan, yang sudah penuh debu. Ia berbisik, “pagi ini akan kubuat kau
mengingat setiap cabikanku seumur hidupmu”
‘Lambat, ia masuk ke rumah ke rumah orang itu. Gadis ini
menatapnya dengan ekspresi dingin, sedangkan orang itu bertanya basa-basi.
Hhaaaah memuakkan, sungguh pikir gadis itu. Orang itu berbalik dari tempatnya
untuk menyajikan minuman bagi si gadis. Tapi ini adalah kesempatan bagi gadis
itu untuk mencoba pedang lamanya. Dengan cepat, satu tebasan pedang memisahkan
antara kepala dengan tubuh orang itu. “Yea, I m a killer!”, ucap si gadis. Ia
tatap darah yang keluar deras dari leher yang telah berpisah dengan kepalanya
itu. Dan ia tenggelam dalam sensasi mariyuana yang tak terbayangkan sebelumnya.
“I m a king of my world”’
Pagi, ia terbangun dari tidur dengan rasa muak yang belum hilang.
Di depannya ia temui, si orang itu dengan senyumnya yang memuakkan. Gadis itu
membayangkan darah deras yang mengalir dari leher orang itu. Ia tersenyum
pasti, mendorong orang itu menjauh, lalu berjalan dengan angkuh, “I have killed
him in my mind and it succeded!”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar