Ada terlalu banyak hal yang tidak kita sukai di dunia ini. Tapi
kita pun sadar bahwa terlalu banyak pula hal yang kita sukai di dunia. Banyak orang
mengatakan apabila kita mengisi pikiran kita dengan hal yang positif, bila kita
selalu berprasangka positif pada segala hal yang terjadi, dunia ini benar-benar
akan kelihatan begitu indah. Sebaliknya bila kita selalu berprasangka negatif pada
segala hal yang terjadi di depan kita, begitulah dunia bagi kita. Aku tau itu. Tapi
pernyataan itu seakan mengakui bahwa tak ada apa pun di dunia ini kecuali imajinasi.
Dunia ini dibentuk dengan imajinasi, dan dijalani pula dengan imajinasi. Lalu kita
pun bagian imajinasi dari sesuatu yang lebih besar.
Pertanyaan yang sebenarnya perlu ditanyakan adalah mengapa
ada seseorang yang selalu berpikiran positif, dan mengapa ada seseorang yang
selalu berpikiran negatif? Benarkah bahwa sesungguhnya tak ada nilai apa pun di
dunia ini kecuali prasangka kita sendiri? Absurd sekali. Mereka harus menjawab
pertanyaan ini, jika mereka sangat mengedepankan prinsip “apa pun yang terjadi,
berpikir positiflah”. Tapi apakah kebanyakan mereka mau berpikir? Kebanyakan mereka
punya tujuan yang sangat praktis (setidaknya menurut beberapa orang), yaitu
menjalani kehidupan sebaiknya, pragmatis? Berpikir postif sangat berguna agar
apa yang kita lakukan ke depan punya hasil yang bagus. Karna pikiran mampu memaksimalkan
usaha, katanya begitu. Tapi…mereka benar-benar buta dan tuli, mereka kata Tuhan
“sama dengan binatang ternak. Tidak, bahkan lebih buruk lagi”. Apa itu terlalu
kasar? No, itu kata-kata Tuhan di dalam Al-Qur’an. Tuhan hanya memberitau
sesuai kenyataan, bukannya menghina manusia.
Manusia yang hidup tanpa menyadari apa yang sedang terjadi,
akan terjadi dan latar belakang dari kejadian kita adalah manusia yang lebih
buruk dari binatang ternak. Apa bedanya manusia dengan binatang ternak? Bisa berperadaban
dan berbudaya? Laba-laba juga bisa, semut bisa, banyak binatang yang bisa. Itu adalah
tasbih yang tidak disadari. Semua makhluk Tuhan diciptakan untuk bertasbih
tanpa mereka sadari. Tapi manusia berbeda. Manusia diberi “penglihatan,
pendengaran, dan hati”. “mengapa tidak kau pergi menjelajahi bumi, agar kau
punya telinga yang bisa mendengar, mata yang bisa melihat, dan hati yang bisa
merasa?”, kata Tuhan. Ya, mereka buta dan tuli, kebanyakan mereka. Apa terlalu
kasar? Tuhan yang mengatakannya sendiri!
Jadi apakah segala hal yang kebanyakan manusia katakan, yang
keliatannya atau kedengarannya baik sekali, ternyata belum tentu sejalan dengan
kebenarannya. Saya percaya bahwa segalanya adalah relatif, sebelum Tuhan
membuat aturan bagi segalanya. Seperti bahwa hukum dasar segalanya adalah boleh
sebelum Tuhan mengharamkan beberapa hal. Mengapa Tuhan mesti membuat semua itu?
Apa jadinya game tanpa aturan? Apakah yang kita jalani adalah game? Kalau bukan
game, apalagi? Untuk tujuan apa kita ada di dunia ini? Bisakah kalian
menjelaskannya?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar