Sabtu, 18 Oktober 2014

Belum Tentu Sejalan


Ada terlalu banyak hal yang tidak kita sukai di dunia ini. Tapi kita pun sadar bahwa terlalu banyak pula hal yang kita sukai di dunia. Banyak orang mengatakan apabila kita mengisi pikiran kita dengan hal yang positif, bila kita selalu berprasangka positif pada segala hal yang terjadi, dunia ini benar-benar akan kelihatan begitu indah. Sebaliknya bila kita selalu berprasangka negatif pada segala hal yang terjadi di depan kita, begitulah dunia bagi kita. Aku tau itu. Tapi pernyataan itu seakan mengakui bahwa tak ada apa pun di dunia ini kecuali imajinasi. Dunia ini dibentuk dengan imajinasi, dan dijalani pula dengan imajinasi. Lalu kita pun bagian imajinasi dari sesuatu yang lebih besar.

Pertanyaan yang sebenarnya perlu ditanyakan adalah mengapa ada seseorang yang selalu berpikiran positif, dan mengapa ada seseorang yang selalu berpikiran negatif? Benarkah bahwa sesungguhnya tak ada nilai apa pun di dunia ini kecuali prasangka kita sendiri? Absurd sekali. Mereka harus menjawab pertanyaan ini, jika mereka sangat mengedepankan prinsip “apa pun yang terjadi, berpikir positiflah”. Tapi apakah kebanyakan mereka mau berpikir? Kebanyakan mereka punya tujuan yang sangat praktis (setidaknya menurut beberapa orang), yaitu menjalani kehidupan sebaiknya, pragmatis? Berpikir postif sangat berguna agar apa yang kita lakukan ke depan punya hasil yang bagus. Karna pikiran mampu memaksimalkan usaha, katanya begitu. Tapi…mereka benar-benar buta dan tuli, mereka kata Tuhan “sama dengan binatang ternak. Tidak, bahkan lebih buruk lagi”. Apa itu terlalu kasar? No, itu kata-kata Tuhan di dalam Al-Qur’an. Tuhan hanya memberitau sesuai kenyataan, bukannya menghina manusia.

Manusia yang hidup tanpa menyadari apa yang sedang terjadi, akan terjadi dan latar belakang dari kejadian kita adalah manusia yang lebih buruk dari binatang ternak. Apa bedanya manusia dengan binatang ternak? Bisa berperadaban dan berbudaya? Laba-laba juga bisa, semut bisa, banyak binatang yang bisa. Itu adalah tasbih yang tidak disadari. Semua makhluk Tuhan diciptakan untuk bertasbih tanpa mereka sadari. Tapi manusia berbeda. Manusia diberi “penglihatan, pendengaran, dan hati”. “mengapa tidak kau pergi menjelajahi bumi, agar kau punya telinga yang bisa mendengar, mata yang bisa melihat, dan hati yang bisa merasa?”, kata Tuhan. Ya, mereka buta dan tuli, kebanyakan mereka. Apa terlalu kasar? Tuhan yang mengatakannya sendiri!

Jadi apakah segala hal yang kebanyakan manusia katakan, yang keliatannya atau kedengarannya baik sekali, ternyata belum tentu sejalan dengan kebenarannya. Saya percaya bahwa segalanya adalah relatif, sebelum Tuhan membuat aturan bagi segalanya. Seperti bahwa hukum dasar segalanya adalah boleh sebelum Tuhan mengharamkan beberapa hal. Mengapa Tuhan mesti membuat semua itu? Apa jadinya game tanpa aturan? Apakah yang kita jalani adalah game? Kalau bukan game, apalagi? Untuk tujuan apa kita ada di dunia ini? Bisakah kalian menjelaskannya?


Tidak ada komentar:

Posting Komentar