Sebuah kejadian menggangguku. Tepat
di saat aku memutuskan memilih suatu hal baru untuk kulakukan. Tepat di saat
moodku sedang naik. Hampir selalu seperti itu. Dan sudah kubilang, Tuhan memang
luar biasa!
Kalau kubilang aku stress luar
biasa, meskipun bagi banyak orang ini adalah hal kecil yang harusnya diabaikan
saja, akankah ada yang terganggu lagi? Dari sejak aku terjun dalam perdebatan
antar keyakinan, aku selalu merasa aku perlu membuat orang paham apa yang aku maksud.
Ya, disalahpahami itu sangat mengganggu, begitu juga salah paham terhadap orang
lain. Aku mengerti mengapa mereka tak bisa lagi mengontrol kejengkelannya
padaku. Dan setidaknya akhirnya aku tau bahwa aku telah menyusahkan orang lain
dan membuat mereka jengkel.
Aku kaget, sedih, kecewa, dan aku
marah. Ya, marah, dan tak tau mesti kuekspresikan bagaimana kemarahan ini. Hari
jum’at kemarin, di depan dua orang kawan aku menangis, aku tak bisa
mengontrolnya lagi. Segala emosi bercampur aduk tak karuan. Ternyata aku belum
pernah memperbaiki segalanya. Segala yang kualami adalah apa yang pernah
kualami sebelumnya. Aku marah pada mereka dan pada diriku sendiri. Dan tak bisa
kulanjutkan. Aku berpikir, tanggung jawab terakhir yang minimal yang bisa
kuberikan adalah menghilang dari hadapan mereka.
Menyerah? Oh, sialan! Terserah mau
pikir apa tentang tindakanku. Rencana untuk pergi memang sudah ada sejak dulu. Dan
kejadian ini seperti mendorongku dengan kuat untuk benar-benar pergi. Tapi aku
tak akan pergi begitu saja. Aku akan memanfaatkan waktuku di sana untuk
mendapatkan apa yang kuperlukan. Dan bukan berarti yang tersisa selamanya
adalah kebencian, aku tetap akan menghargai mereka seperti dulu. Hanya saja aku
tak bisa, tak mau ada dalam kehidupan mereka lagi. Ya, dunia mau mengatakan aku
pecundang, lemah dan kalah, terserah. Ini hidupku dan aku tau apa yang
kulakukan.
Meneruskan segalanya berarti aku
belajar untuk berbohong pada diriku sendiri. Setelah aku melepaskan diri, pasti
akan aku dapatkan kelegaan. Meski aku tau, masalah lain akan datang. Terjadilah.
Aku hanyalah salah satu jenis
makhluk bernama manusia yang seperti halnya makhluk bernama manusia lainnya,
sedang berjuang menjalankan kehidupan ini sambil berusaha mencari makna apa
yang ada dalam perjalanannya. Memikirkan apa yang sudah dilewati kadang
terpikir “sudah sejauh ini, dan aku masih saja gagal, sudah waktunyakah
menyerah?”. Aku tau banyak sekali manusia lainnya yang berada dalam masalah
yang jauh lebih berat dan banyak daripada aku. Tapi aku pun sadar bahwa kita
semua tumbuh dengan kecenderungan yang berbeda. Kita diatur oleh gen, apa yang
kita baca, pola asuh, apa yang kita dengar, dan sebagainya. Karna itulah
memaksakan sebuah solusi ata masalah kepada orang yang berbeda adalah hal
salah. Sejak aku bertobat dari kesalahanku memperlakukan orang yang bermasalah,
aku menyadari itu. Dan salahnya aku, aku memaksakan keyakinanku ini pada orang
lain, oh bodohnya!
Dan kejadian ini sukses membuatku
bingung, bagaimana aku harus menyikapi kehidupan?
Ah, aku harus berjalan lagi. Tak boleh
kubiarkan dadu ini terlalu lama tak bergerak.