Senin, 30 Juli 2018

KEHILANGAN

Tiba-tiba kepala sesak dengan memori. Suatu kejadian bisa mendesak semua memori yang berhubungan dengannya keluar, menyesaki kepala. Tiba-tiba rasa sesal membesar, setiap kali kita kehilangan. Ternyata kepergian dan kehilangan merupakan perayaan untuk mengingat nilai mereka yang pergi itu, betapa berarti keberadaan mereka dalam kehidupan. Tanpa itu, kita lupa.

Namun, betapa lega saya, kelegaan yang luar biasa, ikut menemani rasa sesal. Seperti seorang kawan yang menepuk punggung kawannya yang bersedih. Saya lega abang saya, Muhammad Kamal Basya telah dibebaskan dari dunia. Saya ingat sekali pernah membaca tulisan di blognya yang menceritakan curhatannya kepada Tuhan tentang betapa lelahnya dia dengan kehidupan. Setelah itu saya selalu merasa bahwa abang saya itu selalu memikirkan tentang kematian, bersiap siap dengan bekal.

"mau dibawa kemana idealismenya?" adalah pertanyaan paling menusuk saya ketika saya pernah bercerita masalah kecurangan yang saya ingin lakukan ketika ujian akhir SMA. Abang adalah orang yang jujur, dengan dirinya sendiri dan orang lain. Dan juga senang berbagi dan selalu mau membahagiakan keluarga.

Yah, kita selalu menghargai dua kali lipat keberadaan seseorang setelah kehilangan. Kematian adalah perayaan untuk menghargai kebaikan orang yang mati.

Saya bangga beliau adalah abang saya. Dan saya kagum dengan cara berpikir abang.

dalam kenangan kepergian abang Kamal, 28 Juli 2018, 9 tahun setelah bapak pergi, 6 Maret 2009.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar