Senin, 16 Juli 2018

Einsamkeit

Kehilangan membuatmu berubah. Seakan-akan setiap bagian dari dirimu hilang satu persatu menyertai kebekuan kenangan. Aku rindu dirimu yang dulu.

Kemarin pikiranmu tak ada henti-hentinya, mulutmu tak ada kering-keringnya, mengungkapkan semua hal yang ingin kau ungkapkan pada dunia. Mempersiapkan dirimu di atas panggung yang akan kau jejaki beberapa tahun lagi. Aku tersenyum mendengar semua pidato yang kau sampaikan. Ini dirimu yang kurindukan.

Sebuah dunia yang ada dalam pikiranmu, kau deskripsikan. Semua pertanyaan yang datang dari dirimu, kau jawab. Semuanya kau sempurnakan untuk membangun sebuah peradaban yang seharusnya dibangun. Kau korbankan kehidupanmu untuk dunia. Kau adalah kau yang kukagumi.

Sepanjang hari, tanpa henti. Di tengah-tengah semangatmu mencerna sesuatu yang baru, sesuatu yang selalu tidak pernah bisa kau sempurnakan kecuali sampai sebatas ide. Kau tidak bisa berhenti, seakan-akan kau lupa ada rem yang bisa kau injak di bawah sana. Hanya lelah yang dapat menghentikanmu. Entah karena alasan apa, malam itulah malam pertama kau bisa tidur. Ya, setelah berkutat dengan segala pikiranmu.

Aku tau alasannya. Pertemuanmu dengan dua orang teman dekatmu, membuatmu melihat dunia nyata lagi, membuatmu melihat dunia dari sudut berbeda lagi. Hari itu mengapa tidak kau ceritakan sesuatu yang ingin sekali kau ceritakan pada sebanyak mungkin orang? Aku tau bahwa kau takut, kau takut tak ada yang mampu menerima dirimu.

Hari ini aku melihatmu kelelahan. Setiap kali kelelahan, kau memaksa dirimu semakin lelah, agar tak ada yang mampu menghentikan kejatuhanmu nanti, termasuk dirimu sendiri.

Hari ini kau menyerah lagi. Hari ini setan itu datang lagi ke dalam pikiranmu. Hari ini kau berpikir ingin melarikan diri lagi dari segala kesia-siaan yang kau lakukan. Hari ini kau menyadari lagi keterbatasanmu. Kau tau kau tidak mungkin sanggup menerjang badai di tengah samudra yang dingin, sekedar goyangan ombak saja pun tak mampu membuatmu menahan diri dari rasa mual. Apa penyebabnya?

Aku ingin tau apa penyebabnya. Tapi aku tak tau.

Aku rindu dirimu yang kemarin.

Aku tau kau tak pernah benar-benar ingin mati. Setiap kali keputusasaan datang kau dengan penuh harapan mencari deskripsi yang tepat menggambarkan apa yang kau rasakan. Tanpa henti, hingga menemukan mereka yang dapat menggambarkan perjuanganmu bernapas di tengah-tengah kabut yang membatasi pandangan matamu.

Kau mencari, karna kau ingin merasakan bahwa kau tidak sendirian. Di atas bumi ini ada orang-orang yang memahami apa yang kau rasakan. Setelah kau lega menangis, kau merebahkan dirimu dengan kepuasan yang tak kau sadari. Kau tak pernah sendirian.

Aku tau apa yang kau cari. Kau sendirian selama ini di tengah keramaian. Dan yang kau cari adalah orang yang membuatmu merasa bahwa kau tidak sendirian sebagai orang yang sendirian di dunia ramai.

Dan, apa lagi yang kau cari?

Kau sendiri, tapi kau tidak sendirian.

Tapi kau ingin ada orang yang menemukanmu di bawah sumur ini. 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar