Senin, 02 Juli 2018

Surreal

Apa artinya semua ini?

Semakin tua umur kita, kita mulai berhenti bermimpi. Kita mulai menjadi robot, kita mulai tertidur dan merasa begitu cepatnya waktu berlalu. Kita menjadi sampah. Kita menjadi sampah yang Tuhan kasihani kemudian dimaafkan karena kelemahan dan kebodohannya.

Apa yang kucari?

Berjalan kesana kemari, menikmati pemandangan yang berganti-ganti, kemudian berbalik untuk berjalan lagi. Apakah emosi kebahagiaan yang hilang kemudian datang lagi adalah apa yang kita cari? Sekedar petualangan, untuk kemudian sampai di suatu tempat yang tidak kita ketahui. Atau, kita tak akan pernah sampai dimanapun.

Apa yang kurasakan?

Petualangan dalam merasakan berbagai macam hal. Seperti pabrik makanan selalu memberikan rasa baru bagi produknya. Menikmati setiap macam emosi yang datang, menghayati emosi yang nantinya akan datang lagi, dan lagi, dan  lagi. Atau menyimpannya hingga akhirnya meledak di suatu titik. Semakin tua umur kita, semakin banyak hal yang kita rasakan, apakah kita semakin pandai bereaksi secara emosional terhadap keadaan-keadaan yang berbeda? Atau sebaliknya, kita semakin kebas, kita hanya semakin terbiasa bereaksi, tanpa merasakan apapun lagi. Sudah terlalu banyak kita merasakan segala macam emosi.

Apa yang kupikirkan?

Berbagai buku kita lahap, berbagai cerita kita saksikan, berbagai macam teori dan perspektif kita jelajahi. Kita menumpuk semuanya lalu merapihkannya untuk membentuk bangunan pemikiran kita sendiri. Atau, kita hamparkan saja di seluruh ruangan penyimpanan, tergeletak begitu saja semua hal yang pernah kita baca dan saksikan, tanpa pernah menyimpulkan apapun.

Apa yang kuyakini?

Kita terbiasa berharap. Sadisnya, kita belajar mengetahui bahwa banyak sekali dari harapan kita tak masuk akal dan tak akan pernah terwujud. Tapi, waktu belum berhenti, mengapa kita berhenti berharap? Berharap bukanlah tentang menunggu suatu kejutan akan datang di masa depan, kejutan akan terkabulnya harapan kita. Berharap adalah tentang menghidupkan keyakinan, membohongi pikiran. Tanpa dibohongi, kenyataan terlalu absurd bagi mata kita.


Bagaimana aku tau bahwa aku masih berharap, sedangkan aku tak tau apa yang kurasakan saat ini. Segalanya semakin surreal. Bertumpuknya pengalaman membebani kita dengan pekerjaan pengaturan. Jika tidak, beginilah. Seni datang dari pikiran yang berantakan. Hidup ini adalah seni yang kita lukis sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar