Kamis, 14 April 2016

Perencana

Akhirnya setelah berhari-hari dilanda perasaan frustasi yang susah dikontrol, aku menyadari sesuatu.

Kemarin aku membaca-baca secara acak buku tentang introvert. Alasannya, aku benar-benar ingin mengontrol perasaan tidak nyaman yang akhir-akhir ini aku rasakan. Aku sempat mengutuki Sigmund Freud yang menurut informasi dari buku itu adalah orang pertama yang memberikan konotasi negatif pada istilah introversi. Aku masih ingat bagaimana aku merasa kecewa dan marah pada teman-teman di jurusan Psikologi dulu 5 tahun yang lalu, tentang bagaimana secara negatif mereka membicarakan introversi.

Apa yang kudapat? Hampir tidak ada. Apakah itu membuat perasaanku jadi lebih baik? Kadang-kadang setelah mandi, mendengarkan musik tertentu atau mengajar privat, aku merasa moodku jauh membaik. Tapi kemudian ketika satu hal kecil mengganggu, itu cukup membuatku melanjutkan mood burukku yang sebelumnya. Apakah suasana rumah yang sedang berantakan dan ramai penyebabnya? Dan apakah aku perlu menunggu sepi? Menunggu lagi.

Apa yang kusadari adalah betapa aku benci rencanaku berantakan. Yah meskipun aku bukan tipe pelari cepat yang hampir tak butuh istirahat. Aku butuh banyak istirahat, dan lariku lambat. Tapi aku adalah perencana. Aku pemimpi dan perencana. Ketika rencanaku bertabrakan dengan rencana orang lain yang melibatkan diriku, maka rencanaku berantakan. Dan ketika itu terjadi tanpa sadar aku gelisah dan tak tau bagaimana cara meluapkan kegelisahanku itu. Pada akhirnya semuanya kubanting.

Kenapa aku tak bisa memperkirakan terjadinya tabrakan itu? Karna aku terlalu merasa percaya bahwa aku bisa menanganinya. Aku mencoba untuk ‘hadapi apa yang ada di depan’. Tapi ternyata buatku itu butuh energi berton-ton.

Aku ingin melatih diri. Aku ingin hidup praktis. Aku ingin beradaptasi di lingkungan dimana aku perlu mengambil manfaat darinya.

Kemarin aku menonton Nino lagi. Seorang peramal bilang tentang Nino, “kamu tidak punya banyak teman, karna kamu orang yang dingin. Kamu tipe yang merasa puas sama diri kamu sendiri”, dan reaksi Nino. Nino is something, really.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar