Jumat, 15 April 2016

Imajinasi!

Aku berusaha. Hari ini aku berusaha untuk bisa tersenyum dan berkomunikasi dengan orang lain. Tapi sesuatu seperti itu tidak ada artinya jika kuberitaukan bahwa aku sedang berpura-pura tersenyum. Dan pada akhirnya aku selalu gagal. Saat ini aku sedang berusaha memikirkan apa yang terjadi pada diriku.


Sejak awal mengajar, aku menulis semua hal yang tidak boleh dilakukan. Tapi pada akhirnya aku kalah dengan toleransi. Karna apa? Karna Nino. Orang itu adalah orang yang sering mengalah pada situasi. Kenapa aku ingin berusaha jadi orang seperti itu? Sebenarnya aku berusaha tidak memikirkan apa yang harus dan tidak harus dilakukan dan berpikir secara pragmatis. Aku dapat uang untuk mengajarkan hal yang tidak diketahui tentang hal tertentu. Berarti aku tidak harus bertindak di luar itu, misalnya mengajarkan kejujuran, etika, sopan santun, dsb. Aku berhasil, dalam waktu yang cukup panjang, dan aku layak dapat pujian dari diriku sendiri.

Namun ketika aku sedang merasa terganggu, ketika aku merasa toleransiku sedang tidak bisa dipakai, semua hal yang menurutku salah, semua hal yang tidak kusukai tidak lagi bisa kutoleransi. Misalnya, ada yang mengatakan hal tak masuk akal, ada yang sedang mencoba bercanda, ada yang malas, ada yang salah bicara, semuanya langsung kuserang. Sejak dulu, ya, sejak dulu aku adalah orang yang tak bisa menoleransi sesuatu. Kini aku berubah, ada mode on off di situ.

Aku lelah, lelah menjadi keras dan tegas karna butuh energi untuk berdebat dengan orang lain. Dan lagi kenapa aku harus melakukan sesuatu untuk orang lain? Sejak aku berpikir seperti itu dan sejak aku mengenal Nino, aku berubah menjadi orang yang mencoba bersikap lunak. Sekarang aku sadar, sejak Sakurai Sho terkenal karna dedikasinya pada prinsip hidupnya yang tegas, aku merasa, ada sesuatu yang dibangunkan lagi di dalam diriku, tercampur dengan egoisme dan pragmatism.

Hari ini entah apakah aku perlu memuji diriku sendiri atau tidak, aku mengatakan hal-hal yang sudah ada lama di pikiranku terhadap beberapa orang. Aku tidak seberani dan setegas Sakurai Sho, tapi aku telah memilih hal yang benar, mengorbankan kenyamanan yang selama ini kupertahankan. Kenapa aku menahan banyak kata-kataku? Karna jika keluar, maka kenyamanan dan ketenangan yang selama ini kurasakan akan menghilang. Tapi Sakurai Sho tidak begitu. Dia berpikir keras apakah dia harus memilih ketegasannya atau bertindak sesuai situasi. Dan dia adalah tipe orang yang kuhormati. Dia adalah orang ‘kuat’ yang tak bisa kusamai.

Aku sering bertanya pada diriku sendiri, sepertinyakah aku punya hobi menghancurkan apa yang sudah kubangun? Apakah aku membenci kenyamanan? Atau apakah aku terlahir dengan sifat yang keras, yang kerasnya benar-benarnya sulit diubah? Sebesar apapun usahaku untuk menjadi orang seperti Nino atau siapa pun, di dalam catatan DNA ku tertulis sifat-sifat tertentu yang akan aktif jika diperlukan. Apakah aku harus menerima menjadi diriku sendiri? Siapa diriku sendiri?

Apapun itu akhir-akhir ini ‘diriku’ sedang berantakan. Susunan yang kucoba bangun dengan rapi, rusak, berantakan. Aku berusaha, berusaha untuk bisa bersikap normal, aku mencoba bersandiwara, tapi ketika sendirian aku berbisik pada diriku sendiri, “sialan!”. Beberapa sifat yang coba kukubur dan sebagai gantinya kuaktifkan sifat yang lain, hidup kembali, bergabung, dan kadang bertabrakan dengan sifat yang sebelumnya telah mengganti yang sudah terkubur. Aku mungkin kelihatan aneh di depan mereka. Kemarin aku seperti tidak perduli apa pun dan membolehkan hampir apa pun, tapi hari ini aku menendang mereka. Aku lega sekaligus bertambah frustasi. Aku benar-benar sedang rusak.

Dia bilang, aku tidak bisa membedakan benci dan afeksi, mendengarnya kepalaku rasanya berputar. Tiba-tiba aku berpikir, “aku benci orang baik”. Ya, orang-orang semacam itu adalah peneror. Aku perrnah diteror oleh orang semacam itu. Tapi kata-kataku membuatku terlihat sebagai orang paling buruk di dunia. Aku benci itu. Orang-orang yang tetap bersikap baik padaku meskipun aku menamparnya adalah orang paling menakutkan. Mereka membuatku merasa sebagai iblis di dunia. Itulah kenapa aku benci orang seperti itu.

Aku benar-benar tidak tau apakah aku harus berlari ke arah kanan atau ke arah kiri? Ternyata aku belum juga tau bagaimana aku harus menghadapi orang lain dan menjalani kehidupan semacam apa. Karna benar, orang lain adalah neraka. Meskipun terkadang aku suka pada mereka.

Aku pasti terlihat seperti tidak waras, 5 menit sebelumnya aku bergurau dan tertawa dengan orang lain, tapi sekarang aku tidak bisa tersenyum dan merasa terganggu dengan sapaan mereka. Aku bingung, aku terlalu bingung dengan yang kurasakan. Seperti ada A yang sudah tertidur lama, dan B yang menggantikan posisi A untuk beberapa waktu. Dan hari ini, juga hari-hari sebelumnya A bangun, tapi B belum tertidur sempurna ketika A bangun. Hasilnya mereka berdua berebut untuk mengambil kontrol terhadap diriku.

Seperti aku harus memprogram ulang kepalaku. Karna lihatlah! Betapa menakutkan kekuatan imajinasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar