Kamis, 07 April 2016

Another Indicator


Kepingan-kepingan muncul. Seperti image yang datang padamu ketika suhu badanmu panas.

Ada sebuah pengukur di dalam diriku yang bekerja dipengaruhi oleh kesunyian dan kebisingan. Dan sekarang pengukur itu memberitaukanku dua hal, aku tak punya energy lagi, atau toleransiku sudah hampir batas maksimal.

Aku tidak tau apa yang orang lain pikirkan di dasar pikirannya, dan sekarang kupikir aku tak akan bisa tau sepenuhnya, tapi banyak hal yang sekarang membuatku berpikir bahwa orang bodoh banyak sekali di dunia ini. Aku tak tahan, toleransiku sudah hampir di batas maksimal.

Aku butuh sunyi, aku ingin bertemu sepi, aku ingin kembali ke diriku sendiri. Ini membuatku berpikir perlukah suatu saat nanti aku benar-benar pergi? Aku ingin bebas. Tentu, Nino punya semua yang kuinginkan itu! Tak ada alasan untuk menahanku!

Hidup normal? Persetan! Kembalikan sunyiku!

Mungkin aku terlalu banyak bersandiwara? Atau selama ini aku hanya benar-benar menoleransi? Aku bisa membohongi orang lain tapi aku tak bisa mengkhianati diriku sendiri. Aku juga tidak tau apa yang Nino pikirkan di dasar pikirannya!

Oh Tuhan aku butuh ruang. Dimana disitu aku bisa berbincang dengan diriku sendiri, berkencan dengan diriku sendiri. Semoga saja aku cukup penakut untuk bisa menjadi berani.

Aku sangat menyadari aku berada di dalam jeruji yang terbuat dari berbagai macam hal. Budaya patriarki, budaya kekeluargaan, tradisi agama, perspektif umum social, moralitas, pengabdian dan omong kosong lainnya. Aku tau aku bisa keluar secara langsung dengan merusak semua bangunan itu. Tapi ada yang menghalangiku. Apakah itu? Apakah yang menghalangiku dari merusak semuanya?

Ada hal penting yang kupelajari. Bahwa aku tak seharusnya membuktikan apapun pada orang lain. Aku tak seharusnya berusaha mendominasi orang lain, menjadi pemenang dan ambisi sialan lainnya. Aku butuh menjadi diriku sendiri. Aku butuh melakukan apapun yang kusuka.

Hidup, aku ingin menuju ke arahmu..




Tidak ada komentar:

Posting Komentar