Kepingan-kepingan muncul. Seperti image yang datang padamu ketika suhu badanmu panas.
Ada sebuah pengukur di dalam diriku yang bekerja dipengaruhi
oleh kesunyian dan kebisingan. Dan sekarang pengukur itu memberitaukanku dua
hal, aku tak punya energy lagi, atau toleransiku sudah hampir batas maksimal.
Aku tidak tau apa yang orang lain pikirkan di dasar
pikirannya, dan sekarang kupikir aku tak akan bisa tau sepenuhnya, tapi banyak
hal yang sekarang membuatku berpikir bahwa orang bodoh banyak sekali di dunia
ini. Aku tak tahan, toleransiku sudah hampir di batas maksimal.
Aku butuh sunyi, aku ingin bertemu sepi, aku ingin kembali ke
diriku sendiri. Ini membuatku berpikir perlukah suatu saat nanti aku
benar-benar pergi? Aku ingin bebas. Tentu, Nino punya semua yang kuinginkan
itu! Tak ada alasan untuk menahanku!
Hidup normal? Persetan! Kembalikan sunyiku!
Mungkin aku terlalu banyak bersandiwara? Atau selama ini aku
hanya benar-benar menoleransi? Aku bisa membohongi orang lain tapi aku tak bisa
mengkhianati diriku sendiri. Aku juga tidak tau apa yang Nino pikirkan di dasar
pikirannya!
Oh Tuhan aku butuh ruang. Dimana disitu aku bisa berbincang
dengan diriku sendiri, berkencan dengan diriku sendiri. Semoga saja aku cukup
penakut untuk bisa menjadi berani.
Aku sangat menyadari aku berada di dalam jeruji yang terbuat
dari berbagai macam hal. Budaya patriarki, budaya kekeluargaan, tradisi agama,
perspektif umum social, moralitas, pengabdian dan omong kosong lainnya. Aku tau
aku bisa keluar secara langsung dengan merusak semua bangunan itu. Tapi ada
yang menghalangiku. Apakah itu? Apakah yang menghalangiku dari merusak
semuanya?
Ada hal penting yang kupelajari. Bahwa aku tak seharusnya
membuktikan apapun pada orang lain. Aku tak seharusnya berusaha mendominasi
orang lain, menjadi pemenang dan ambisi sialan lainnya. Aku butuh menjadi
diriku sendiri. Aku butuh melakukan apapun yang kusuka.
Hidup, aku ingin menuju ke arahmu..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar