Senin, 12 Januari 2015

Alien

Ggaaaah…
Pernahkah kebanyakan dari mereka merasakan perasaan macam ini?
Aku kecanduan.
Dulu Tuhan sudah begitu berpihak padaku.
Lalu hasil dari proses pembelajaran adalah serangkaian perubahan.
Akulah yang paling merasakannya.
Aku adalah makhluk yang selalu nyaris.
Aku selalu merasa hampir, lalu tak berani ku lanjutkan.
Benar, manusia adalah makhluk sosial.
Keluarga dan teman adalah kehadiran yang sangat penting.
Tapi pernahkah kebanyakan dari mereka merasakan apa yang kurasakan?
Sudah kucoba tak hiraukan tapi perasaan mengganggu itu selalu muncul.
Sungguh sakit!
Kini ketika kucoba untuk membangun jalan yang akan kupilih sendiri dengan bebas nantinya, aku terbelenggu banyak hal dan banyak orang.
Ya, “mereka” yang merasa Tuhan memihak pada mereka lalu membetulkan kesalahan yang mereka pikir dibenci olehNya.
Ah sungguh aneh.
Ada yang semakin belajar semakin merasa tau, ada yang semakin belajar semakin merasa tidak tau.
Kini aku merasa “darimana kita benar-benar bisa membedakan baik, buruk, benar dan salah?”
Karena segala ketentuan ternyata memiliki nilai ketergantungan.
Sedangkan wujud yang keberadaannya berdiri sendiri adalah Realitas Tertinggi, Tuhan.
Padahal aku selalu meminta dalam hati agar Dia jauhkan ku dari kesesatan, lalu masing-masing tampil di jalan yang berbeda.
Kita tak tau, demi Tuhan, mana yang benar dan salah?
Ketika kucari, dengan sendirinya segala jenis kemungkinan terbuka.
Kemungkinan-kemungkinan yang tak pernah mengklaim kebenaran atas dirinya.
Jika tak ada satu pun kemungkinan yang benar, apakah dunia bisa berjalan?
Ahh, apakah kebodohan punya sensasi kenikmatan seperti ini?
Jealousy…
yang mungkin tak akan pernah sembuh.
Aku selalu menderita karena itu, dan mungkin tak ada siapa pun yang menyadari.
Ketika kutemukan seorang anak manusia sebaya yang memiliki penderitaan yang sama,
yang lebih tak mampu menyembunyikan..
Aku mungkin tak sendirian.
Aku hampir tak pernah benar-benar jujur sebelumnya.
Ketika kuberanikan untuk jujur, kenyataan menghantam wajahku, oh sakit.
Apakah mestinya manusia memang tidak pernah membuka hatinya pada siapa pun?
Dan sampai kapan krisis kepercayaan mewarnai dunia di sekitarku?
Aku seperti ditikam oleh diriku sendiri, pembalasan yang adil atas kehidupan.
Perlunya aku hidup sebenarnya apa?
Mencari Engkau?
Tuhan, Kau begitu ingin dicari?
Apakah ketika kucari Engkau, aku kan selamat?
Bukankah aku akan mati?
Dan ketika mereka merayakan kegemilangan dunianya, hasil kerja keras dunianya,
Aku terduduk di sudut dunia, memandang langit dengan jiwaku, tenggelam dalam kegelapan dan keheningan,
hingga berapa abad pun kulalui, akankah aku sampai padaMu?
Atau haruskah kuberanjak dan mencoba apa yang mereka coba?
Bisakah kuberitaukan padamu sekarang?
Wahai.., aku ingin pulang……


Tidak ada komentar:

Posting Komentar