Senin, 25 Februari 2013

Kegelisahan yang Sama


Tiap manusia punya kegelisahan yang sama
Tapi tidak semua manusia meresponnya dengan cara yang benar-benar sama

Akhir-akhir ini kejenuhanku datang lagi
Ia datang dan pergi
Seperti mencari celah diantara aktivitas-aktivitasku
Dan ketika ia datang, aku benar-benar ditahannya untuk terus tenggelam di dalamnya

Pagi ini tak ada pikiran yang benar-benar menyibukkanku kecuali rasa jenuh
Dan ketika Bachtiar-sensei langsung “menggenjot” kami untuk memeras otak,
saat itu, rasa jenuhku terlupakan
Tapi setelah itu, berangsur-angsur datang

Baru setelah aku mendengar hal yang sama dari mulutnya,
aku meyakini,
setiap orang punya kegelisahan yang sama,
Kejenuhan yang sama
Tapi tidak semua orang terus tenggelam di dalamnya
Melarikan diri,
menyibukkan diri
berevolusi seperti bintang-bintang di luar angkasa
Sedang aku
terus saja tenggelam dalam pencarian tujuan
Buat apa semua yang aku lakukan,
apa yang sebenarnya aku lakukan?
dan kenapa semua itu belum bisa enyah dari kepalaku?

Aku jelas tau tujuanku hanyalah berevolusi seperti bintang-bintang
Apakah aku terlalu lelah berevolusi?
Apa aku meragukan tujuanku,
atau aku membohongi tujuanku yang sebelumnya?
Entahlah, semua itu..

“Jadi hidup itu untuk….”
Kita terus membicarakan itu,
di tengah kegelisahan, kebimbangan, ketakutan, kejenuhan
Masih, kawan…
Belum bisa lepas..
Datang dan pergi..
Benarkah yang aku lakukan?
Semuanya seperti kabel kusut di kepalaku
Apa yang aku ragukan?

Kekurangan makanan bagi ruhani…
Sepertinya itulah yang terjadi,
kata-katanya tadi sore membuka semuanya
Memang benar, kami kekurangan itu,
sehingga kami tenggelam dalam kelesuan jiwa yang luar biasa

Apa yang kulakukan selama ini adalah bicara teori-teori
Untuk apa?
Sedang aku terus menenggelamkan diri pada dunia
dan menjauhi makanan ruhani
Seperti kekurangan nafsu makan
Semakin cintakah aku pada dunia?
Sudah menumpukkah dosa-dosaku?

Apa yang dulu mampu membuatku menangis, tak lagi ampuh
Apa yang kutangisi sekarang hanyalah diriku sendiri
Meratapi kemalanganku sendiri
Sialan Levi!
Apa yang terjadi?
Sampai kapan mau bermain-main dalam buih-buih lautan
Sampai kapan mau mencintai emas sepuhan?

Dan sebelum aku bisa lepas dari kemarahan, kebencian, keraguan pada banyak hal,
aku tak akan bisa menikmati ketenangan jiwa di dunia ini..


Tidak ada komentar:

Posting Komentar