Sabtu, 19 November 2016

Kubangan Air di Tengah Jalan

mendung lagi.
mendung, dingin.
dimana keinginan untuk lari membesar.
tapi seperti Shuichi di Ao no honoo bilang, "lari? tak ada tempat lari bagiku"
kita terjebak di sini,
di barisan ekspektasi.
memaksa kita lari maju di jalan yang ditentukan.
menjawab ekspektasi, membuktikan eksistensi.

ah, seperti anak di drama korea cinderela's stepsister itu, eun jo, ini semua demi bisa lari.
eun jo yah,
melakukan apa pun agar bisa lari.
pikiranku tumpul, apa penyebabnya?

hari ini setelah po sela meminta film bipolar dan borderline, aku merasa ingin nonton film, di tengah-tengah tugas yang sedang kukerjakan.
takdir menuntunku mendownload sebuah film tahun 2010an, 270 hours, film biografi seorang pendaki, petualang.
sepanjang pertengahan film aku terus berpikir aku ingin seperti itu, berpetualang, menempatkan diri pada resiko.
aku ingin "menikmati" hidup.
aku ingin tinggal di negara yang sepi penduduk, dikelilingi alam dan burung-burung yang bersahutan setiap pagi.
pertengahan akhir aku dipaksa menyadari,
apa yang mesti kusadari?
Tuhan berkuasa menempatkan kita pada situasi apa pun.
pada Tuhanlah kita sendirian meminta pertolongan.
dari Tuhanlah rezeki kita datang, sekecil apa pun.
setelah datang perasaan kuat menuju ke gua gelap, yang gelapnya tak berujung,
takdir menuntunku melihat ke arah lain.
becekan air di tengah jalan,
adalah rezeki bagi kucing dan anjing liar yang kehausan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar