Jumat, 22 Agustus 2014

Anger of Satan


Ternyata aku bukan orang yang bisa sabar terus menerus. Tuhan, karena aku tak memfokuskan diri seperti para sufi, karna aku membiarkan diri berada di pertengahan, maka dengan mudah aku terseret ke kiri dan kanan.

Memangnya apa yang bisa dia lakukan ketika aku bosan? Di saat dia sedang asik dengan kesibukannya sendiri. Apa bisa dia meninggalkannya untukku? Aku sudah memberikan waktu di tengah jadwal yang kutetapkan sendiri. Yah, memang baru-baru ini, seakan aku menebus dosa padanya dengan memberikan waktu dan menerimanya. Ya aku tau pula akhir-akhir ini dia hampir selalu ada ketika aku butuh sesuatu. Ya aku tau, aku memang bodoh. Aku bahkan tak tau apakah semua yang kulakukan aku benar-benar ikhlas. Bodoh sekali.

Aku bodoh sekali ketika merasa bahwa aku yang paling stress dan sebagainya. Ya aku tau itu. Bodoh sekali. Apakah aku sakit? Bodoh sekali kalau aku merasa aku sakit dan butuh ditolong, dan bukannya mengulurkan tangan membantu orang lain yang jauh lebih menderita. Ya, aku bodoh sekali. Aku benci. Dan aku tak tau kepada siapa aku benci. Kepada siapa aku harus mengekspresikan kemarahan, aku bahkan tak tau. Sebenarnya apa yang ku tau?

Rendah hati apanya? Di dalam diriku ada bibit kesombongan iblis. Aku bisa merasakannya. Apanya yang hebat? Persetan! Omongan beberapa dari mereka itu benar-benar racun bagiku. Karna aku tau hal semacam itu adalah racun, aku tak kan memberikannya pada siapa pun!

Apa yang ku inginkan? Apa yang membuatku nyaman? Dasar setan! Aku benar-benar tak tau! Ketika orang-orang mengkritikku dan menghinaku habis-habisan aku marah, dan ketika orang memujiku aku juga jijik pada diriku sendiri. Sebenarnya apa yang membuatku nyaman? Oh, demi Tuhan!

Oh, aku benar-benar sok suci, seakan-akan hanya aku yang tau tentang dunia dan kehidupan. Oh, iyakah?! Tolol sekali. Dia itulah yang memandangku dengan penuh persepsi. Oh, kini kebencian di dalam diriku tiba-tiba muncul, dengan pemicu yang sangat sepele, tiba-tiba menyebar dan didorongnya. Bagaimana aku harus mengekspresikannya?

Tuhan, bolehkah hamba terus membiarkan kemarahan ini? Aku kah yang memang tak menghendaki koneksi yang tanpa putus padaMu? Oh, sungguh aku tak paham dengan diriku sendiri. Kalau begitu benarkah aku sudah memahami sedikit dari rahasia dunia yang Kau ajarkan?



Tidak ada komentar:

Posting Komentar