Rabu, 25 April 2012

Atarashii Kimochi!


Entah apa lagi yang sedang Tuhan inginkan.

Manusia berkata, dengan mulut atau dengan hatinya, tentang perjuangan dan semangat yang harusnya ada di dalamnya. Seakan tidak pernah memahami orang lain, mereka berkoar, entah apa pengaruhnya pada orang lain.
Hari ini, di hari di mana aku semakin menyadari kebencianku pada banyak hal, aku bermimpi tentang dia yang pernah kudosai, yang kehilangan cahayanya karena aku. Entah, apakah takdir sedang membalas semuanya.

Aku percaya pada takdir. Tapi takdir bagiku adalah urusan Tuhan semata. Orang-orang menuduhku sebagai orang yang tidak bersyukur. Terserah! Aku berjalan, dan aku berpindah. Tidak ada dalam kamusku kata penyesalan. Jika semua yang kulakukan salah, maka semuanya harus baik-baik saja. Dan yang terpenting adalah membuat diri ini nyaman di sana. Karna sudah tak ingin ku ijinkan lagi diriku menabung kebencian terhadap orang lain.

Levi adalah orang yang sangat munafik yang pernah ku kenal. Dia pura-pura tersenyum dan senang, padahal dia berpikir “ini semua buang-buang waktu”. Ketika tak ada sedikit pun mood tersisa dalam dirinya, maka jangan paksa dia tersenyum atau menikmati lelucon yang garing. Hidupnya adalah kejujuran dan bukan basa-basi. Kesenangan adalah kesenangan nyata, bukan kesenangan yang dibuat di pikiran padahal nyatanya itu basi!

Manusia adalah hal yang paling membuatnya muak. Entahlah. Tapi hanya manusialah yang bisa berkata-kata basi atau terlampau jujur  hingga menabrak tembok.
Aku sudah bosan, demi DIA yang paling agung di dunia ini, bosan membohongi hati. Aku ingin berjalan dan belajar. Dan aku tak ingin mengizinkan aku menangis karena hal fana, bullshit!

Aku bertanya “mengapa dunia ini penuh basa basi, penuh kerumitan, apakah dengan segala basa basi dan kerumitan itu ada tujuan pasti yang mereka ketahui?”. Dan berkata “jalani saja, kau akan tau dan belajar banyak”. Lantas, mengapa kau menyamakan semua manusia di dunia ini? Aku butuh tujuan, bukan belajar dari hal yang belum ku ketahui tujuannya. Aku berhenti bicara, dan mulai tidak menyukai setiap manusia di dunia ini.

Mereka menyamakan manusia, aku mulai rindu pluralism. Ketika mereka menoleransi hingga ke batas yang tak seharusnya ditembus, aku membela mereka yang dianggap penjahat. Oooh! Dimanakah kebenaran, kapankah dunia berubah, aku sudah bosan menonton hal memuakkan seperti ini!

Aku berjalan kesana kemari mencari tempat yang nyaman dengan penuh perhitungan, lalu aku bosan aku tak menemukannya, aku berpindah dan di cap pecundang. Aku mulai membenci manusia lagi.

Mereka berpikir, hasilnya akan bagus membahagiakan bila meskipun prosesnya menempamu seperti baja. Mengapa proses harus segitu mengerikannya untuk sebuah hasil yang fana? Apakah baja tempa itu tidak berpikir bahwa hasil tempaan mungkin akan bertahan sebentar dibandingkan proses penempaannya, bukankah semua ini fana?

Mungkinkah segala kebahagiaan sempurna yang sementara itu didapat dari perasaan bisa mengakhiri penderitaan? Konsepku yang lalu sangat buruk! Permainan macam apa? Bukankah ini penuh kebohongan? Mengapa manusia harus selalu membohongi pikirannya untuk bahagia?

Dunia ini sementara dan sebentar. Bila segala proses menuju keabadian adalah hal penderitaan, aku bisa memaklumi. Tapi sebuah tujuan fana diproses dengan penderitaan? Tidak! Proses ini harus penuh kenyamanan, karna aku hidup di dalam proses.

Jika memang tidak menikmati suatu proses maka pergilah, ke tempat dimana semuanya bisa kau nikmati. Suatu proses yang menyiksamu secara nyata, membohongimu bahwa hasilnya akan kau cintai padahal itu fana! Dan kau mengagung-agungkan penderitaanmu untuk sebuah hasil yang fana? Bukankah itu bodoh?


Dan untuk apa aku peduli pada mereka yang menangis? toh mereka juga seringkali tak memikirkan aku yang menangis. Dan hanya bisa bilang “gitu aja nangis” atau “terlalu membesar-besarkan masalah”. Dan menyenangkan sekali rasanya bisa lepas dari semua omong kosong manusia yang egois. Karna aku ingin jadi peduli, tapi aku telah terlalu egois untuk percaya bahwa dunia ini menyenangkan dengan bermacam-macam manusia di dalamnya. Ya! Sebagai pengamat! Tapi sebagai pemeran di dalamnya? Hahaha, apa aku yang sudah terlalu sakit ya?

Ya, bilang saja aku tidak perduli pada orang lain, cuek, dingin, terserah. Tapi apa yang terjadi di dalam Levi, kau tidaklah tau! bagaimana mudahnya di suatu waktu kau membuatnya kehilangan semangat hidup sama sekali. kau tidaklah tau apa-apa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar