Minggu, 24 Oktober 2021

Kamu yang Kucintai

Kepadamu yang sangat aku cintai sekarang ini.

Kepadamu, yang hidupku kutujukan sekarang ini.

Aku sadar sepenuh jiwa, bahwa aku bukanlah kesempurnaan yang kamu harapkan. Aku bukanlah bayangan ideal tentang sebuah hubungan yang ada dalam pikiranmu.

Aku tau betul bahwa kamu begitu berusaha berkomitmen, begitu menjebak dirimu sendiri dalam penjara kecintaanmu terhadapku dan dunia yang ingin kau bangun denganku. Aku paham.

Aku tau kamu mencintaiku, aku tau kamu peduli padaku, dengan keterbatasan yang kamu punya. Aku tau kamu berusaha menginjak egomu yang sebesar raksasa, agar bisa tetap berdampingan denganku.

Hingga akhirnya kamu runtuh. Hingga akhirnya aku membuatmu hancur berkeping-keping.

Aku tau kamu begitu membenciku, mendendam sambil berusaha mencintai.

Aku tau bahwa kata-kata apa pun yang kuucapkan, perilaku apa pun yang kutunjukkan, bahkan pengorbanan apa pun yang kulakukan, tak akan membuatmu semakin mencintaiku, tak akan membuatmu memahami bahwa aku amat sangat mengabdikan seluruh kehidupanku yang sekarang agar bisa hidup dalam dunia mimpi bersamamu.

Bahwa aku ingin lari, secepat yang kubisa, bersama kamu, ke dunia mimpi, jauh dari dunia nyata, jauh dari hingar bingar dunia yang memuakkan ini. Aku bahkan sudah hampir tak peduli apakah kamu mau pergi bersamaku, menghilang di balik kabut, dilupakan manusia-manusia, dan memulai hidup yang benar-benar baru.

Aku ingin menarikmu, memaksamu. Aku mungkin tak ada bedanya denganmu, egoku sebesar raksasa. Aku menyembah diriku sendiri. Dan aku ingin membangun dunia sendiri, dengan kamu ada di dalamnya, dengan kamu sebagai pemeran utamanya.

Aku bukanlah perempuan yang membiarkan nasibku kamu bawa kemana pun, aku tidak pernah menjadikanmu pemimpin dalam duniaku. Sebesar apa pun aku berkata bahwa aku ingin menjadi perempuan patuh, aku sadar semua kata-kata konyol itu hanyalah omong kosong.

Putus asa sekali aku berusaha meyakinkanmu untuk mengikuti keinginanku, keinginanku yang sudah bertahun-tahun aku rawat, keinginanku untuk kabur, sejauh mungkin dari kehidupanku yang sekarang. Hingga akhirnya kamu mengajakku ke sana, secara tiba-tiba, “aku siap, besok..”, dengan keahlianmu memutuskan secara impulsif, ayo pergi sekarang, katamu.

Dan akhirnya aku sadar, akulah yang berputar-putar dalam pikiranku yang tidak kupahami. Aku menolak pergi. Aku menolak semuanya, aku menolak semua yang kamu ajukan. Tidak, tidak ada yang kumaui, bukan, bukan itu yang kumau. Lalu apa yang kuinginkan sekarang? Apa lagi yang kutunggu?

Padahal Tuhan memberikanku kamu yang dengan kemampuanmu memutuskan sesuatu secara ekstrim, dengan segala kenekatan yang kamu punya, aku bisa benar-benar pergi, sejauh mungkin. Meskipun aku dan kamu tak mampu menjamin apa yang akan terjadi pada kita selanjutnya.

Aku tak tau apa yang kurasakan tentangmu. Entah apa dan siapa yang mempengaruhi, aku begitu membencimu. Kamu dan kerasnya kepalamu, besarnya egomu, dan segala hal tentangmu dan duniamu, aku sangat membencinya. Tapi aku lebih benci lagi ketika kamu mengatakan padaku bahwa kamu akan keluar dari tanggung jawab, bahwa kamu akan meninggalkanku seorang diri, tersesat di dunia yang sudah tak ada tujuan lagi. Bahwa kamu membenciku, dan ingin balas dendam, bahwa kamu membela orang lain dan bukan aku.

Entah kamu sadari atau tidak, aku ingin sekali disembah seperti aku menyembahmu. Aku ingin dibela seperti aku membelamu setengah mati.

Padahal aku tau, bukan hanya kamu yang memenjarakan pikiran dalam dunia idealmu sendiri, terjebak dengan bayangan ideal tentang dirimu sendiri, aku pun tak ada bedanya. Aku terjebak dalam bayangan dunia ideal di kepalaku. Karena itulah, kita berdua akan selalu menjadi musuh di panggung perdebatan. Lawan yang saling membela dunianya masing-masing.

Aku tau kamu pun membenciku seperti halnya aku membencimu. Pun aku tau bahwa kamu terjebak dalam penjara cinta, sepertiku.

Segala yang aku pikirkan tentangmu mungkin salah. Mungkin kamu sebenarnya amatlah setia padaku. Mungkin kamu akan kehilangan tujuan tanpaku. Mungkin aku salah. Aku harap aku salah. Aku amat berharap segala yang aku pikirkan tentangmu salah.

Tapi jika kamu selalu ingin menyelesaikan apa pun dengan perdebatan, apa pun, maka aku akan berdiri tanpa pernah jatuh, meladenimu hingga kiamat, hingga kamu mengaku kalah, atau hingga aku menyerah kalah.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar