Sabtu, 23 Juni 2018

neraka


Apa artinya hidup?

Dari dulu sampai sekarang, mungkin, tidak ada pertanyaan paling serius yang aku tanyakan selain itu.

Apakah aku akan mempertahankan napasku walaupun aku hanya bisa berbaring di atas tempat tidur?

Sudah sekitar sebulan, Kiro mengalami penyakit yang tidak aku ketahui apa. Aku berubah menjadi pengecut paling parah yang pernah aku kenal. Ternyata aku sepenakut ini.

Apakah Kiro harus kupertahankan meskipun dia akan cacat? Atau haruskah kubiarkan dia mati saja? Pertanyaan yang terakhir adalah pertanyaan yang paing takut aku utarakan bahkan pada diriku sendiri. Aku takut pada diriku yang pengecut. Aku benar-benar pengecut.

Untuk apa kita hidup? Kemarin, melihat kondisi Kiro yang sudah tidak mau makan dan tidak bergerak tapi masih bernapas, aku berbisik berkali-kali pada diriku sendiri, “jigoku da, jigoku da, jikogu da”. Ini neraka, ini adalah neraka. Hidup tanpa bisa apa-apa, tapi masih bernapas. Ternyata mati tidak semudah itu. Jika tubuh kita masih ingin hidup, mati tidaklah mudah. Sebaliknya orang yang kelihatannya sehat bisa jadi langsung mati karena serangan jantung mendadak. Apakah sebenarnya Kiro masih bisa dipertahankan, seandainya aku mencari suntikan dan memberinya makan lewat suntikan, memberinya cairan infus dan obat, apakah sebenarnya hidup Kiro bisa dipermudah? Kemungkinan-kemungkinan ini membuatku takut. Aku takut bahwa ternyata akulah yang membuatnya jadi semenderita ini.

Membayangkan dirinya disana, kedinginan. Apakah dia mengharapkanku datang dan sekedar menemaninya melewati hari-hari panjang di neraka?

Kiro, aku takut. Aku tidak bisa mengontrol rasa takutku. Aku benar-benar pengecut.

Bukan hanya rasa takut, perasaan senang, sedih, marah, semuanya, aku tidak bisa mengontrol semua emosiku. Aku adalah orang paling gila yang pernah aku kenal.

Hari ini rasa frustasiku menumpuk, lalu aku menangis, marah, dan ya, kebingungan soal hari ini apa yang sebaiknya aku lakukan. Aku ingin lari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar