Minggu, 21 Mei 2017

Penjara

Jadi sebenarnya dimana letak manusia dalam kehidupan?
Pusat dari kehidupan atau sekedar salah satu bagian dari kehidupan?
Disadari atau pun tidak, perjalanan manusia selalu bertujuan mencari posisinya dalam kehidupan.
Manusia sepertinya diprogram sejak awal.
Kita tak pernah sepenuhnya hidup terpisah, karena kita adalah sebuah karya.
Yang kita lakukan hanyalah menolak kenyataan.
Menolak kenyataan itu mudah, katakan kita belum makan tepat ketika kita sedang makan.
Manusia sepertinya memang pengingkar,
seperti ada sensasi yang luar biasa ketika kita menegasikan semuanya.
Mungkin tanpa sadar kita sedang mencari perhatian. 
Atau kita sedang luar biasa ketakutan karena kita merasa terpenjara dalam imajinasi yang lain.
Wow, manusia memang cermin.
Manusialah yang memiliki imajinasi seperti Tuhan.
Membuat sebuah dunia yang ada dalam pikirannya sendiri, menjadi Tuhan bagi cerita di dalam pikirannya sendiri.
tuhan sebenarnya memang banyak, dan kita termasuk salah satunya.

Dimana letak manusia jika ada makhluk-makhluk cerdas lain di sisi lain semesta?
Apakah manusia merasa bebas dalam kontrol sesuatu?
Apakah kita seistimewa itu?
Apakah kita adalah bagian dari kesatuan?
dan kita tak kan pernah sampai pada pemahaman terhadap diri kita sendiri jika kita melihat kita sebagai individu yang terpisah.
Ya, mungkin kita tak akan pernah lepas dari semua penjara; budaya, bahasa, tradisi.
Kita tak akan menjadi sesuatu yang mampu dipahami tanpa penjara.
Kita tak akan memaknai diri kita, kita tak akan memahami apa pun tanpa bahasa.
Kita dan penjara adalah takdir yang tak terpisahkan, kalau boleh kukatakan "takdir".
Oh takdir, aku tidak mengerti takdir..
Mungkin aku hanya sedang mencari perhatian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar