Rabu, 31 Mei 2017

Mata Aeru ka na

Aku bermimpi, beberapa hari yang lalu. Tentang seorang kawan lama yang kukenal di sebuah universitas yang memberikanku tempat untuk merasa bebas menjadi diriku sendiri. Kawan ini, adalah salah satu dari tiga orang yang berusaha mempengaruhiku untuk tetap tinggal di tempat kita bertemu. Dialah yang paling berusaha untuk meyakinkanku bahwa keputusanku adalah salah dan terpengaruh emosi sesaat.

Bisa kukatakan, hatiku tergerak. Aku merasakan sebuah kebanggaan ketika dia datang untuk meyakinkanku. Dia yang tak pernah bolos kuliah kecuali dengan alasan mendesak, hari itu membolos untuk menemuiku. Kami pergi, berdua, berbincang, dia menemaniku kemana pun aku membawanya. Orang itu, yang bahkan tidak pernah jalan-jalan berdua denganku sebelumnya.

Orang yang kuceritakan ini adalah salah satu orang menarik di kampusku sebelumnya. Salah satu dari banyak orang-orang menarik yang kutemui di sana (well, semua orang adalah menarik jika kita mengambil waktu untuk mengamati mereka). Aku merasakan dorongan ingin membuat tanda tentang aku dalam kehidupannya, mempengaruhi pemikirannya dalam beberapa hal. Seorang kawan yang di waktu senggangnya di sela-sela jam kosong kuliah, membaca kamus Jepang-Indonesia dan menuliskan kanjinya satu persatu sambil menghapalnya. Dia yang mencatat setiap kata-kata penting dosen dengan rapi sekali. Dia yang nilainya selalu A. Dia yang pergi ke Jepang, mengalahkan panasnya ambisiku yang dulu dengan ketenangannya.

Aku tidak sedekat itu dengannya. Kami tidak lagi menghabiskan waktu-waktu senggang di kampus seperti semester-semester awal, ketika kami berempat disebut F4 karena kami selalu berempat dan memisahkan diri. Kami berpisah, dan mungkin sebaiknya begitu, karena dia mungkin tak akan tahan dengan segala celotehan negatif dan tak biasa yang selalu aku bincangkan dengan teman-teman dekatku. Karena dia, ya, dia orang yang lurus.

Katanya jalanku bengkok-bengkok, dan dia berjalan di jalan yang lurus. Dia tau kita berbeda. Dan dia tau aku hampir selalu membohonginya untuk bersenang-senang. Dia kenal Nino, salah satu orang berpengaruh dalam hidupku. Aku senang, karena setiap orang yang bisa kukatakan dekat denganku akan selalu kukenalkan dengan sosok Nino. Ya, dia adalah salah satu orang berkesan dalam kehidupanku di kampusku yang sebelumnya.

Sekarang, dan setelah kami berpisah jalan, setelah dia merantau ke jepang dengan beasiswa, aku hampir tak bisa lagi menghubunginya. Kupikir teman dekatku R adalah orang paling privatif yang pernah kukenal, ternyata ada orang yang jauh lebih privatif lagi. Aku? Aku tak ada apa-apanya.

Aku bermimpi. Aku lupa cerita apa yang kualami di mimpiku, yang kuingat dengan jelas adalah aku memimpikannya. Di saat dimana kupikir aku sedang tidak memikirkannya belakangan ini. Dan setelah itu, aku mulai memikirkan bagaimana perasaannya ketika dia mengorbankan kelasnya untuk menemuiku.

Fatimah, bisakah kita bertemu lagi?

Kukorbankan rasa gengsiku untuk menuliskan ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar