Aku bermimpi, beberapa hari yang
lalu. Tentang seorang kawan lama yang kukenal di sebuah universitas yang
memberikanku tempat untuk merasa bebas menjadi diriku sendiri. Kawan ini,
adalah salah satu dari tiga orang yang berusaha mempengaruhiku untuk tetap tinggal
di tempat kita bertemu. Dialah yang paling berusaha untuk meyakinkanku bahwa
keputusanku adalah salah dan terpengaruh emosi sesaat.
Bisa kukatakan, hatiku tergerak. Aku
merasakan sebuah kebanggaan ketika dia datang untuk meyakinkanku. Dia yang tak
pernah bolos kuliah kecuali dengan alasan mendesak, hari itu membolos untuk
menemuiku. Kami pergi, berdua, berbincang, dia menemaniku kemana pun aku
membawanya. Orang itu, yang bahkan tidak pernah jalan-jalan berdua denganku
sebelumnya.
Orang yang kuceritakan ini adalah
salah satu orang menarik di kampusku sebelumnya. Salah satu dari banyak
orang-orang menarik yang kutemui di sana (well, semua orang adalah menarik jika
kita mengambil waktu untuk mengamati mereka). Aku merasakan dorongan ingin
membuat tanda tentang aku dalam kehidupannya, mempengaruhi pemikirannya dalam
beberapa hal. Seorang kawan yang di waktu senggangnya di sela-sela jam kosong
kuliah, membaca kamus Jepang-Indonesia dan menuliskan kanjinya satu persatu
sambil menghapalnya. Dia yang mencatat setiap kata-kata penting dosen dengan
rapi sekali. Dia yang nilainya selalu A. Dia yang pergi ke Jepang, mengalahkan panasnya
ambisiku yang dulu dengan ketenangannya.
Aku tidak sedekat itu dengannya. Kami
tidak lagi menghabiskan waktu-waktu senggang di kampus seperti
semester-semester awal, ketika kami berempat disebut F4 karena kami selalu
berempat dan memisahkan diri. Kami berpisah, dan mungkin sebaiknya begitu,
karena dia mungkin tak akan tahan dengan segala celotehan negatif dan tak biasa
yang selalu aku bincangkan dengan teman-teman dekatku. Karena dia, ya, dia
orang yang lurus.
Katanya jalanku bengkok-bengkok,
dan dia berjalan di jalan yang lurus. Dia tau kita berbeda. Dan dia tau aku
hampir selalu membohonginya untuk bersenang-senang. Dia kenal Nino, salah satu
orang berpengaruh dalam hidupku. Aku senang, karena setiap orang yang bisa
kukatakan dekat denganku akan selalu kukenalkan dengan sosok Nino. Ya, dia
adalah salah satu orang berkesan dalam kehidupanku di kampusku yang sebelumnya.
Sekarang, dan setelah kami
berpisah jalan, setelah dia merantau ke jepang dengan beasiswa, aku hampir tak
bisa lagi menghubunginya. Kupikir teman dekatku R adalah orang paling privatif
yang pernah kukenal, ternyata ada orang yang jauh lebih privatif lagi. Aku? Aku
tak ada apa-apanya.
Aku bermimpi. Aku lupa cerita apa
yang kualami di mimpiku, yang kuingat dengan jelas adalah aku memimpikannya. Di
saat dimana kupikir aku sedang tidak memikirkannya belakangan ini. Dan setelah
itu, aku mulai memikirkan bagaimana perasaannya ketika dia mengorbankan
kelasnya untuk menemuiku.
Fatimah, bisakah kita bertemu
lagi?
Kukorbankan rasa gengsiku untuk menuliskan
ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar