Minggu, 26 Januari 2014

Sebuah Ruang Rahasia


Buku harian itu sudah penuh debu di dalam sana,
tanpa pernah disentuh..
Sejarah sudah terasa semakin berat untuk dituliskan..
Di masanya, segala pertanyaan dan kekhawatiran pernah ditinggalkannya..
Di masa yang terus berubah, orang-orang yang datang dan pergi dalam kehidupan.

Mengapa dunia berubah?
Dan pertanyaan lain yang hampir tak pernah terjawab.
Pada setiap masa, peristiwa demi peristiwa singgah atau lewat begitu saja..
Dilupakan, atau menyisakan sebuah tanda yang tak kan terhapus sampai tutup usia persinggahan.

Mengapa mereka datang untuk kemudian pergi?
Mengapa ada perasaan yang terbawa dan hilang dalam beberapa kepergian kenangan?
Kemana hilang?
Mengapa ada orang-orang spesial di hati setiap manusia?
Rasa heran yang tak terhitung lagi, sering pula ikut terbang bersama angin.

Pada banyak kesempatan, segala rutinitas “wajib” menekan segalanya,
segala kepolosan warisan masa kecil.
Kesibukan, dalam usaha terus bertahan di atas permukaan bumi, dalam usaha menunjukkan eksistensi sebuah nama yang begitu besar di depan individu masing-masing, dalam kewajaran narsisme makhluk bernama manusia, telah menutupi segala kepolosan dan “kecerdasan”-potensi makluk penyandang gelar Pemimpin.
Kesibukan memenuhi segala keinginan, memenuhi segala rasa puas duniawi di dalam diri,
ditutup-tutupi alasan-alasan suci, dibungkus begitu saja dengan kalimat “segalanya tergantung pada niat”.
Bagaimana tidak kemuakan menjadi keniscayaan?

Rasa “ada yang tidak benar” memenuhi..
Panggilan “idealis”, salah satu macam sifat dari sifat-sifat lainnya, memaksa bertanya,
“mengapa ‘hanya’? mengapa tidak sama?”
Dari pihak penanya, segala pertanyaan berputar-putar di kepala, bersarang,
hampir membuat gila..
Di sana, satu-satunya pendengar, menjadi misteri yang tak terdeskripsikan..
“Kau dimana?”, tanpa benar-benar menujukan pertanyaan pada siapa,
sebuah suara datang tanpa melewati pita suara seperti manusia,
“Aku di sini”.
Dan selalu, selalu..
Suara yang tidak pernah berubah,
di tengah masa-masa yang berubah, orang-orang yang datang dan pergi..
Pada setiap masa, kelelahan dan kerinduan menjadi pasangan yang tak terpisahkan.

Buku harian itu, yang dibuat untuk menggoreskan sejarah pemikiran pribadi pada eksistensi Pemimpin lainnya, kini tak lagi menjadi teman akrab yang benar-benar mengetahui segalanya.
Ada rasa dan pikir yang jauh lebih dalam, yang tak tertuliskan, yang tak terlukiskan..
Tentang orang-orang yang singgah, tentang peristiwa yang memberi tanda sangat jelas di hati.
Sebuah ruang rahasia yang tak tersentuh,
yang adalah cermin dari misteri terbesar keberadaan segala sesuatu,
terus tertutup, setia pada esensinya hingga habis masanya.

Misteri segala sesuatu di balik segalanya,
yang menyisakan pertanyaan tanpa jawaban pasti.
Tak ada tempat lari, dari segala kejaran ini,
sampai kapan pun..
Hanya ada menang dan kalah.
Sebuah kemenangan dan kekalahan yang jauh lebih dalam dibandingkan apa yang ada dalam perlombaan olahraga atau cerdas cermat.
Sedalam makna dari kalimat yang disampaikan Sang Pendengar pada utusanNya.

Apakah kau telah melarikan diri dengan membohongi dirimu tanpa kau sadari?
Hingga mata dan telingamu tertutup, hatimu tak lagi berfungsi sesuai tugasnya.
“tak ada gunanya segala yang kau lakukan di dunia”, kataNya.
Jika..
Seorang hamba telah diutus dengan menyandang gelar pemimpin di depan makhluk lain,
dengan membawa SEBUAH tugas,
lalu apakah gunanya segala hal lain yang sang pemimpin lakukan selain tugasnya?

Buku harian itu menjadi salah satu saksi,
tapi bukan menjadi yang tau segalanya.
Tentang apa dan siapa yang memenuhi hati dan pikiran.
Di tengah dunia yang terus berubah, berputar, dalam masa dan ruang,
sebuah suara terus bergema,
namun di antara manusia, siapa saja yang tidak melarikan diri dan mendengar gema suara sang PEMBERI TUGAS? Suara Sang Pendengar?
Suara Sang Pendengar segala pertanyaan atas misteri yang meliputiNya.
Siapa?



Tidak ada komentar:

Posting Komentar