Selasa, 15 Mei 2018

aku ingin Mati


Aku ingin mati. Seandainya saat ini di depanku ada sebuah pistol, akan kuambil, kuarahkan ke kepalaku, dan kutarik pelatuknya.

Obsesi. Mati sudah menjadi obsesi bagiku. Dalam keadaan depresi, setiap hari, setiap saat, sepanjang hari, yang aku pikirkan hanya bunuh diri. Kemarin aku melihat gedung tinggi di perjalanan. Aku terpikir loncat dari gedung, pasti sakit, sakitnya ketika sampai di tanah membuat shock dan kematian yang datang bukan hanya karna kerusakan pada kepala dan badan, tapi juga karna shock berat. Gedungnya harus tinggi, kalau tidak aku cuma akan sekarat. Sebelum aku sampai di tanah, harus kuiris dulu pergelangan tanganku, nadi yang ada di situ. Sebelum sampai di tanah aku harus pingsan kehabisan oksigen dulu sebelum aku mendapatkan shock benturan keras di kepala. Sepanjang perjalanan, itulah yang kupikirkan.

Hari ini aku berpikir bunuh diri dengan pistol jauh lebih baik. Aku takut menyakiti diriku. Aku bahkan tak tahan melihat katak dibedah di laboratorium. Aku tak ingin melihat diriku menderita kesakitan. Mati karna shock mungkin pilihan bagus. Obat tidur mungkin juga bagus, tapi sering kudengar obat tidur tidak efektif membunuh. Racun akan membuat kesakitan. Pistol. Jika kuarahkan ke tempat yang tepat, aku bisa mati seketika. Seandainya di depanku ada pistol.

Kemarin malam, aku menonton video di youtube. Hampir setiap saat aku menonton video youtube atau browsing tentang mati. Video itu menyuruhku membayangkan apa yang akan terjadi setelah aku mati. Keluargaku akan trauma berat, mungkin mereka akan depresi parah. Teman-teman dekatku akan menyalahkan diri sendiri. Semua orang membicarakanku. Kejelekanku mungkin juga akan dibicarakan orang. Bunuh diri hanya akan membuat orang lain ikut menderita.

Aku tau ini salah. Pikiran pikiranku ini salah. Seharusnya aku tidak begini. Sejak kecil aku selalu berpikir apakah orang-orang memikirkan hal yang sama denganku. Sekarang aku tau bahwa jawabannya adalah tidak. Mereka tidak mengerti apa yang aku rasakan. Kejijikan yang aku rasakan pada dunia dan diriku sendiri, kejijikan abnormal yang sampai sekarang aku tak bisa menjelaskannya. Aku tidak tahan. Aku lelah dinaik turunkan seperti ini. Aku kehabisan akal, dengan cara apa lagi aku harus kelihatan normal.

Mungkin mati secara natural lebih baik. Mungkin aku harus melakukan sesuatu supaya aku kena serangan jantung. Aku melakukan pencarian di internet, hal apa saja yang memicu serangan jantung.

Inilah aku, setiap hari, sepanjang hari, saat ini. Dua tahun lalu aku masih menyimpan list rencanaku yang detail. Aku yakin aku bisa mencapai semuanya, ini semua cuma masalah waktu. Aku mendorong diriku ke sisi ekstrim, memaksanya keluar dari zona aman. Aku berpikir untuk bergabung dengan beberapa organisasi dan komunitas sementara aku mengambil sks yang cukup banyak di kampus. Pada akhirnya, ketika perasaanku dijatuhkan, aku merasa jijik dengan diriku sendiri. Mimpi burukku tak pernah berubah. Di depanku, sekolah madrasah yang aku harus selalu datangi. Kenapa aku harus sekolah madrasah ibtidaiyah lagi? Dan aku selalu terlambat datang kesana. Aku takut, semua mimpi burukku membuatku takut.

Menit-menit yang kuhabiskan untuk memakai sepatu, menit-menit yang kuhabiskan di kamar mandi sebelum aku berangkat, jalan-jalan yang kulalui ketika pulang, jalan-jalan yang gelap, yang tidak familiar tapi selalu muncul di mimpiku, orang-orang yang mengejar dan ingin membunuhku. Aku terbiasa dengan itu semua. Mimpi-mimpi itu selalu datang. Dan semua mimpi itu menggambarkan apa yang benar-benar kurasakan.

Apakah aku harus menyerah? Putus asa? Jika saat ini aku memilih mati, aku harus mengeluarkan usaha untuk mendapatkan alat-alat untuk mati, atau setidaknya merencanakannya dulu secara matang. Karna aku tidak punya kesempatan, di depanku tidak ada pistol, hanya ada gunting dan pisau dapur yang aku tau tak kan membunuhku secara cepat, dan aku tak mau melihat darah berceceran dimana-mana, menciptakan sebuah TKP pembunuhan yang menyeramkan.

Kemarin aku juga menonton video youtube Zakir Naik dan aku menangis, aku tau aku diberkahi dengan nikmat hidayah, mengapa aku tidak bersyukur. Mengapa? Apakah Tuhan benci melihatku? Aku tidak bisa naik, sepertinya sekarang-sekarang ini aku akan menghabiskan waktuku di lubang ini. Tanpa siapapun tau. Tak ada yang bisa kuajak bercerita. Semuanya semakin membuat kondisiku memburuk, mereka tidak memahami apa yang benar-benar terjadi. Secepat itu mereka mengambil kesimpulan dan memberi nasihat. Aku tidak pernah meminta nasihat.

Seandainya di depanku ada pistol.

Aku tau dunia ini lapangan perang yang berat sekali dilalui untuk orang-orang sepertiku. Aku harus bicara pada orang lain, mereka harus tau apa yang aku alami. Aku tidak bisa sendirian terus menyimpan semuanya. Aku benar-benar ingin mati. Saat ini, seperti sebelum sebelumnya saat aku mengalami kondisi yang sama, aku berharap mukjizat.

(Hari ini aku baru menyadari bahwa ngilu ngilu yang selama ini muncul di beberapa tempat di tubuhku, berpindah pindah dari satu tempat lain, bisa jadi disebabkan karna kecemasan)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar