Rabu, 01 Juni 2016

Skeptis



Orang suka bilang “saya kenal dia”. Omong kosong. Kata Hume, manusia itu tidak mempunyai diri yang sejati. Katanya relasi tentang diri yang esensial dan tidak terpengaruh apapun adalah pemikiran yang tidak mempunyai bukti. Karna ide tentang “diri” muncul hanya dari kesan yang sekilas, perasaan-perasaan yang selalu berubah dan dibolak-balikkan. Setiap orang pasti pernah marah, pernah ceria, pernah murung. Apakah intensitas dari emosi-emosi sekilas itu bisa membuat kita berpikir bahwa kita telah mengenal seseorang? Bagi orang yang berpikir secara intuitif, mungkin tidak benar-benar perlu pembuktian atas pernyataan tentang diri yang esensial. Tapi bagi Hume, kita harus melihat matahari bersinar sebelum membuat statement tentang matahari bersinar.

Intinya seperti Sartre bilang, bahwa manusia adalah makhluk kontingen. Manusia akan selalu berubah, mengikuti perkembangan di sekitarnya. Tapi apakah ada sesuatu yang esensial di dalam diri manusia? Apakah jiwa mempunyai sifat? Apakah setiap jiwa dibuat dengan keistimewaan masing-masing? Jika jiwa memang merupakan bagian tak terpisahkan dari Tuhan, apakah Tuhan pun bisa kita sifatkan dengan penyifatan tertentu? Apakah Tuhan mempunyai sifat tertentu yang dibedakan dari sifat yang ia ciptakan sendiri? Bagaimana mungkin?!

Manusia berubah tapi manusia tidak berubah, jika kita mengambil jalan aman. Aku oraang yang berpihak pada rasionalisme. Tapi skeptisisme Hume dan Sartre bisa kuterima. Tapi lihatlah nanti  Hume, akan kucari kebenaran tentang itu. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar