Kamis, 05 Juni 2014

Pesan bagi Para Insan Sosial


Di dalam sebuah kasus yang ada di manga Dan Detective School, seseorang yang dikenal sebagai seorang pembunuh ternyata diketahui terbiasa melihat pertumpahan darah di dalam rumahnya, di antara ayah dan ibunya. Sekuat apa pun ia berusaha untuk tetap hidup biasa saja, image yang biasa ia lihat dan hadapi di dalam rumahnya masuk ke dalam alam bawah sadarnya dan membuatnya menjadi seorang pembunuh.

Kita sering mudah sekali menghakimi perbuatan seseorang tanpa melihat latar belakang permasalahan. Di dalam hukum Islam, hukuman bagi seorang pencuri adalah potong tangan. Bila ia mencuri lagi sedangkan kedua tangannya sudah dipotong karna perbuatan mencuri sebelumnya maka kakinya yang akan dipotong. Sekilas hukuman ini sangat menyeramkan. Tapi hukuman potong tangan berlaku setelah si pencuri diadili, apa yang mendasari perilaku mencurinya. Jika si pencuri adalah orang yang miskin dan tak punya uang, ia akan mati bila tidak mencuri, maka tidak semestinya ia dihukum sama dengan orang yang masih bisa makan tapi mencuri. Kita tidak tau apa-apa tentang hukum Islam, tapi mudah bagi kita mengatakan bahwa ianya tidak manusiawi.

“mestinya dia bisa kuat dong, dia kan bisa belajar, masa terpengaruh sama lingkungan dan jadi pembunuh”, blablabla, saya sering mendengar itu. Saya percaya seseorang membunuh pasti karna dia “sakit” atau dia “harus” membunuh, dia terdorong untuk membunuh. Ada yang menyesal dan ada pula yang tidak menyesal. Ilmu seperti psikologi dan kriminologi ada karna ini. Di zaman seperti ini, entah kenapa saya berpikir bahwa “adalah tidak keren kalau kita tidak tau tentang psikologi”. Kenapa? Oh man, di atas 50% orang di dunia menderita kecemasan, stress, dan depresi. Dunia di akhir zaman adalah dunia yang penuh dengan orang yang sakit secara mental dan kejiwaan. Apa penyebabnya?

Dunia sekarang meninggalkan agama. Fenomena “jangan campuri urusan agama” TANPA DISADARI membawa kita pada neraka kegelisahan dan depresi. Mana ada orang taat dan khusyuk dalam beragama mengalami depresi. Kalau pun kelihatannya dia “alim” dalam agama tapi tetap saja depresi, ada yang salah dalam keimanannya. Benar, orang beragama adalah orang yang penuh kedamaian. Karna itu Freud mengatakan bahwa agama ada karna ia dibutuhkan. Agama dibuat karna manusia membutuhkan pegangan itu. Di sisi lain dari teori Freud, orang beragama meyakini (karna keyakinannya pada Tuhan) bahwa Tuhanlah yang menciptakan agama, karna itulah insting membutuhkan agama ada dalam diri manusia.

“Jangan campuri urusan agama” berdampak buruk bagi orang-orang yang lemah secara spiritual. Itu mungkin tidak masalah bagi orang-orang yang mampu menjaga ketaatannya. Selain itu pemisahan agama dan Negara dibuat-buat untuk menjaga toleransi beragama? Karna agama adalah urusan pribadi saja, maka “Negara”lah ganti obat bagi kecemasan dan ketidakteraturan masyarakat. Artinya, kita mengingkari peran agama sebagai tuntunan kehidupan. KEBINGUNGAN, kegelisahan pun bertambah bagi orang beragama. Karena di satu sisi dia perlu mengikuti aturan di dalam agamanya, di sisi lain dia “dipaksa” untuk mengikuti aturan Negara. Fenomena ini terjadi! Tentu saja bagi orang beragama yang masih taat pada agamanya dan merasa gelisah bila tidak menaati aturan agama, ini tidak terjadi pada orang yang hanya menjaga iman dan tidak peduli pada peran agama sebagai tuntunan kehidupan (secara penuh – khususnya agama Islam).

“Agama bukan satu-satunya tuntunan moral”, ada filsafat dan sebagainya. Memang benar. Tapi seberapa sempurna tuntunan moral lain selain agama? Ini rumit, karna orang beragama (khususnya agama langit) meyakini bahwa agama itu sempurna, ia datang dari Tuhan. Sedangkan orang yang tidak beragama tentu tidak meyakini itu, dan ketidakyakinannya pula yang membuatnya tak mampu melihat kesempurnaan agama yang dilihat orang beragama (di sisi lain mereka -orang tak beragama- meyakini keyakinan orang beragama pada agama lah yang membuatnya melihat “ilusi” kesempurnaan agama. saya akan bicara dari sudut pandang orang yang meyakini agama).

Saya tidak akan mengatakan lebih karna kacamata kita sekarang sudah demikian diganti dengan warna lain sehingga sulit bagi kita kembali pada kacamata kebenaran (jika anda mencurigai dunia sekarang sedang berjalan menjauhi kebenaran). Saya akan kembali pada penyakit dunia, kecemasan, atau kegelisahan. Kenapa beberapa manusia yang mendalami filsafat tiba-tiba gelisah, seperti Al-Ghazali (salah seorang tokoh filsafat Islam)? Tapi beberapa manusia lain begitu terlihat bahagia dengan teori filsafatnya sendiri. Francis Bacon mengatakan “Sebuah filsafat yang dangkal menggelincirkan pikiran manusia kepada atheisme. Tapi kedalaman yang ada dalam filsafat membawa pikiran manusia pada agama”. Benar, filsafat adalah cara kita menuju kebenaran, masalahnya hanya bagaimana kita menggunakannya. Filsafat yang dangkal akan menyesatkan manusia. Saya meyakini bahwa kebenaran adalah sesuatu yang simple dan mudah ditemukan oleh pikiran kita, tapi ia memuat misteri yang luar biasa dalam yang tak akan habis usia dunia menyelami kedalamannya. Al-Ghazali gelisah karna ia dibuat bingung oleh filsafat, selangkah atau beberapa langkah lagi dia berputar di dalam filsafat, ia akan semakin dalam tenggelam dalam lautan kebingungan. Setelah 10 tahun dalam perenungan, ia “kembali” pada agama dan menulis sebuah buku berjudul “Filsuf adalah orang-orang yang bingung”. Sampai kapan pun agama adalah tempat kembali (akhirnya saya mengatakan lebih. Yah, hal ini adalah salah satu penyebab permasalahan yang sedang kita bicarakan).

Kembali pada pembicaraan awal, bagi siapa pun yang dengan ringannya menghakimi perbuatan seseorang, kenapa anda tidak minta pada Tuhan (jika anda percaya Ia ada) agar menukar posisi anda dengan orang yang anda hakimi? Hanya untuk melihat seberapa pandai anda mengelola permasalahan milik orang lain dengan pikiran dan perasaan milik orang lain (bukan milik anda!). Memang ada orang-orang bodoh yang begitu mudah tergelincir pada hawa nafsunya sendiri sehingga ia benar-benar bersalah penuh atas perilakunya (saya tidak yakin 100%, tapi mungkin memang ada?), tapi ada banyak sekali orang yang perlu pertolongan! Karna dunia mempengaruhi dan dipengaruhi oleh kita, manusia, kita saling membuat orang lain jatuh dalam “kesalahan”. Orang yang kita hakimi pun adalah korban dari tindakan kita yang mempengaruhi orang lain, anda paham? Saya hanya ingin mengajak anda berpikir bahwa ketika anda melihat orang bersalah di hadapan anda, mulailah untuk mencari kesalahan anda yang menyebabkan perilaku orang lain terpengaruh sikap anda. Saya beri contoh untuk mempermudah.

Dalam manga Dan Detective School, ada contoh yang sangat bagus (banyak malah!). Seorang pemimpin organisasi kriminal berbahaya ternyata adalah anak dari seorang pembunuh berbahaya (pembunuh berbahaya itu adalah ibunya!). Bukan hanya itu, ayahnya yang kemudian meninggalkannya dan tidak mengakuinya sebagai anak kemudian memenjarakannya dalam ruang bawah tanah ketika ia masih usia SMP! Dengan alasan khawatir si anak akan berbuat kriminal! Ya,kekhawatiran kita seringkali malah membuatnya jadi kenyataan. Si anak belajar untuk menjadi kriminal, justru ketika ia dianggap kriminal. Lalu siapa yang bersalah atas kejahatan yang si anak rencanakan ketika ia dewasa dan menjadi pemimpin organisasi kriminal? Si ibu bersalah karna ia membuat anaknya dibully ketika teman-temannya tau si anak punya ibu seorang penjahat, dan perilaku bullying teman-temannya menabung rasa ketidakpercayaan si anak pada orang lain, termasuk pada sahabatnya sendiri yang mulai terlihat meragukannya. Si ayah bersalah juga karna melakukan hal yang menciptakan tekanan luar biasa dalam diri si anak untuk memantapkan hati dan menyusun rencana untuk membuat sebuah organisasi kriminal. Lihat, perilaku anda mungkin secara langsung mau pun tidak langsung membuat seseorang jatuh dalam dunia hitam. (dalam agama Islam, cara inilah yang diyakini dipakai Tuhan untuk menentukan seberapa bersalah kita dan siapa yang menjadi penyebab langsung maupun tidak langsung kesalahan kita. Orang-orang yang menjadi pengaruh bagi seorang penjahat akan terus mendapat bonus dari dosa kejahatan si penjahat. Jika si penjahat mempengaruhi atau mengajak orang  untuk berbuat jahat, maka orang-orang yang mendapat bonus tadi akan ditambah bonus dosanya karna ini. Seperti sistem bisnis jaringan bukan?). Orang di luar lingkaran ini mungkin mengatakan bahwa mereka semua yang ada dalam lingkaran itu sakit, dan harusnya si anak lebih kuat menghadapi segala tekanan yang dialaminya ketika kecil. Tapi si anak bahkan tak kenal agama. Bagaimana bahkan ia bisa percaya bahwa Tuhan itu baik? Tak ada yang mengajarkannya! Memang, pasti ada jalan dan kesempatan ia kembali pada kebaikan, andai ada yang menolongnya. Mereka yang tak merasakan ada dalam lingkaran setan ini tak berhak mengomentari siapa pun yang terjebak di dalam situ. Mengapa tidak mereka mengulurkan tangan untuk membantu dia yang terjebak dalam lingkaran setan bisa keluar? Percaya bahwa siapa pun punya hati yang baik adalah modal untuk mengeluarkan manusia dari lingkaran setan. Saya katakan modal, semoga tidak berhenti pada modal saja.

Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial bukan untuk menciptakan peraturan yang penuh tekanan. Kita diciptakan dengan kelemahan tidak bisa hidup sendirian agar kita saling membantu. Saling membantulah kita, dengan catatan (fokuslah pada perbuatan kita) “jangan berharap orang lain berbuat lebih dulu atau membalas kebaikan kita”, itu adalah peraturannya.

Memaafkan dan minta maaf adalah perbuatan luar biasa. Tapi memaafkan jauh lebih luar biasa. Kenapa? Kita tidak perlu menunggu orang lain minta maaf pada kita, bagi kita segalanya sudah selesai. Kita telah memberikan kebaikan pada diri kita sendiri dan orang lain dengan begitu. Dan ketika kita punya kesalahan, minta maaflah tanpa menunggu dimaafkan terlebih dulu. Meski pada akhirnya orang lain tak memaafkan kita, setidaknya kita menyesal dan tak akan melakukan kesalahan yang sama lagi. Ya, jangan tunggu kebaikan orang lain pada kita, jangan mengharapkan ucapan terima kasih, fokuslah pada perbuatan kita. Dengan begitu kita tak punya cukup waktu mengomentari orang lain. Jangan pula berharap orang lain berpikir sama dengan kita.

Bantulah mereka keluar dari lingkaran kecemasan, depresi, dan tekanan mental tanpa berpikir “dia harus bisa keluar sendiri dari sana!”. Dan bagi penderita tekanan mental yang masih bisa berpikir jernih di sela-sela kegelapan yang menyelimutinya, mari berpikir kita tidak sendirian. Ada Tuhan yang selalu mengulurkan tangan untuk membantu, hanya tinggal kitalah yang meraih tangan itu. Jangan terlalu berharap orang-orang di dunia ini begitu pintar dan kuat menarikmu keluar dari lingkaran, kumpulkanlah kekuatanmu dan mintalah kekuatan lebih pada Tuhan. Hidup adalah perjuangan. Fokuslah pada apa yang bisa kita lakukan bagi kita dan orang lain.

Tulisan ini dibuat dengan berantakan dan tanpa persiapan. Dari berbagai pengalaman dan pelajaran, saya tiba-tiba begitu ingin menyampaikan banyak hal, karna itulah ini ditulis. Saya serahkan kesimpulan kepada pribadi masing-masing. Saya hanya berharap tulisan ini mampu membuat kita berpikir banyak. Bukan karna saya merasa sudah begitu pintar dan pandai mengaplikasikan apa yang ditulis di sini, tapi agar sama-sama belajar dan berlatih. Saya minta maaf atas kesalahan yang saya buat di dunia nyata maupun dunia maya, dan insya Allah saya memaafkan dan terus belajar memaafkan atas apa yang saya temukan menyakiti perasaan dan merugikan saya. Karna kita akan selalu melakukan kesalahan, putaran maaf dan memaafkan akan selalu ada dan menjaga keteraturan di alam ini. Kita mungkin harus fokus pada apa yang bisa kita lakukan, tapi “saling berbuat baiklah” agar revolusi kita damai seperti halnya revolusi “mereka”.

(Saya tidak menyarankan anda agar seperti malaikat dan tak pernah marah. Marahlah pada orang lain, itu wajar. Tapi diamlah, pergilah untuk tenang. Lalu mulailah berpikir tentang kesalahan kita dan perbaikilah diri kita. Jika memang perlu menyampaikan kecerobohan orang lain agar ia memperbaikinya, lakukanlah dengan pikiran yang sematang mungkin agar tak menimbulkan masalah baru. Jika tidak, saya harap pihak kedua bisa lebih bijak dari anda, atau ada cara lain yang lebih cocok bagi masing-masing orang.)

Warning! Tulisan ini tidak bebas dari kesalahan. Penulisnya adalah manusia (yang masih bocah usia dan sikapnya dibandingkan anda, bisa jadi). Silahkan ambil pelajarannya, dan perbaiki kesalahannya di pikiran anda.

Salam.