Selasa, 24 Desember 2013

Pengakuan

Ada dua orang di kampus yang paling kukagumi di antara sekian banyak orang lainnya.
Sekaligus keduanya adalah orang yang paling egois dan menyebalkan di antara sekian orang lainnya.

Di suatu momen, kami pernah berbicara tentang kami satu samalain.
Di momen itu, pernah kusampaikan kekurangan, hal yang benar-benar kubenci dari keduanya di depan keduanya langsung.
Namun ada yang tak tersampaikan.
Hal-hal seperti ini memang seringkali tak tersampaikan ya..

Pernah, ketika aku terlalu banyak bicara, ketika hilang segala kesabaranku,
terucaplah hal yang seharusnya tak segampang itu diucapkan
Kepada dia yang paling kukagumi,
yang kusukai tanpa jelas alasannya

Hal yang seringkali tak tersampaikan.

Salah seorang dari keduanya pernah mengatakan,
betapa disulitkannya dia dengan bahasa tanpa kata-kata

Sungguh, bukankah kau pernah mengatakan begitu, Levi?
Waktu dimana dirimu begitu dihindari orang,
ketika kau terlalu polos mengatakan “kalau marah bilang dan jelasin, jangan diem aja!”,
kan?

Di waktu itu, aku terlalu banyak menyakiti orang lain.
Aku terlalu tak memahami.
Aku yang sekarang telah belajar banyak dari mereka yang pernah kusakiti karna kata-kataku.

Aku terlalu banyak bicara jika marah.
Karna itulah aku belajar untuk diam sekarang.

Sesungguhnya benar bahwa ada banyak hal yang tidak bisa disampaikan.
Ada hal-hal yang tak perlu disampaikan.
“Ada saat dimana kita tak perlu mengatakan hal yang sebenarnya”,
Seorang lagi pernah mengatakan padaku.
Izinkan aku mengucapkan terima kasih.

Untuk orang-orang yang pernah tersakiti karna kata-kata dan sikapku.
Untuk semua orang yang sengaja dan tak sengaja merasa kuacuhkan.

Izinkan aku mengatakan,
aku bukan malaikat.
Aku bukan orang yang lebih baik dari kalian.
Aku hanya manusia yang haus belajar.
Aku hanya seorang pemberontak kekanakan,
yang tak lebih baik dari kalian.

Sesungguhnya aku belajar banyak dari orang yang kukenal.
Bahwa aku tak lebih baik dari siapapun.

Bukankah sering kukatakan bahwa aku benci sistem sosial,
dimana kita pura-pura beramah tamah dalam permainan dunia?
Bukankah aku terlalu polos?

Sekarang ini aku belajar,
tak ada yang membuatku lebih bertahan dalam menjalani hari-hari,
kecuali melihat kawanku yang egois tersenyum karna aku.
Mendengarkan cerita dan sudut pandang dari orang yang paling menyebalkan.

Aku selalu seperti ini, aku tak berubah.
Aku hanya semakin menyadari hal yang tak kusadari sebelumnya.
Aku adalah orang yang merasa sendiri dan berbeda, yang hidup dalam dunia sendiri.
Tapi bukankah aneh?
Kesendirian membuatku semakin stress.
Berada di keramaian, meskipun tak memperlihatkan keberadaanku, bersama orang-orang yang kukenal,
membuatku setidaknya merasa hidup.
Meskipun di dalam hati dan kepala penuh dengan kegelisahan, kesedihan,
tapi memaksakan untuk tersenyum di depan orang lain, membuatku merasa hidup.

Lilin, manusia hidup seperti lilin.
Kehidupannya bermakna hanya jika dirinya memberi arti bagi hidup orang lain.
Namanya ada untuk hidup di hati orang yang mengenalnya.

Bukankah aku juga banyak berubah?
Aku banyak belajar.
Dari orang-orang yang kukenal, dan dari kedua orang kawan yang paling egois dan menyebalkan.

Ada yang tak tersampaikan ketika itu.
Hal yang kukagumi dari kalian adalah…
Yappari, ienai.
Tapi, taukah,
ketika duri kalian menusuk kulitku, aku belajar mengetahui bahwa..
aku seburuk itu.
Dan aku perlu memperbaiki diri.

Sekarang akan kukatakan hanya di sini saja,
Aku minta maaf pada kalian yang pernah kusakiti dengan duriku.

Dan dari seseorang yang misterius,
aku belajar mencaritau siapa diriku..
Terima kasih atas segala inspirasi dan "bahasa"nya.
Aku mengagumi sosoknya.

Tulisan yang terlalu acak, tapi..
Let me tell you,
ini sulit sekali dikatakan!