Selasa, 30 Oktober 2012

Terus Bermain

Aku tidak mengerti kenapa manusia begitu mencintai kesenangan-kesenangan fana itu. 
Pelangi memang datang setelah hujan. 
Tapi sampai kapan ia akan menemani kita? 
Tidakkah mereka lelah menanti? 
Menanti pelangi yg sebentar menemani. 
Lalu untuk apa hujan ini? 
Jika memang ada dunia yg abadi. 
Dan kenapa kita tertawa? 
Ah, kita memanglah tak tau apa-apa. 
Dan Tuhan menolerir, tentu. 

Segala ilusi yg kita seriusi permainannya ini, memaksaku tertawa. 
Aku semakin tidak mengerti. 
Meski tetaplah aku berdiri dan bermain. 
Aku tertawa dan aku tidak mengerti.. 

Aku tak perlu bicara dan aku tak perlu didengar, ditanggapi. 
Aku hanya berkata kepada Tuhan dan aku. 
Karna apa yg aku cari adalah agar Tuhan kukenali. 
Dan dunia mengajakku bermain. 
Tuhan menyuruhku bermain. 
Aku ingin belajar. 
Apakah permainan mereka mengajariku mengenal Tuhan? 
Dan, aku terus bermain..


Rabu, 17 Oktober 2012

God cheers me


Keramahan manusia terbatasi
Dan terbuktilah apa yang mereka dan aku yakini
Hati manusia tak ada guna
Cerdas atau pun tidak, akal manusia tetap berjalan
Hidup di atas bumi ini mestilah “adakah untungnya bagiku” atau tidak
Dan aku tak tau kemana “hati-hati” manusia itu?

Aku pula begitu
Dan aku tak pula memahami “mengapa” dan “untuk apa”

Dan nenek itu, tetap misterius
Hatiku ingin bicara di depan mereka
Namun akal menahanku
Akal-akal itu terus mengejutkan hati
Aku ragu
Kemana harus setia?

気持ちが悪い
Akhirnya tersibaklah hijabku
Aku bukanlah orang “cool” sama sekali ya
Sungguh, aku ingin tertawa lepas
Aku menjadi diriku sendiri
Biar rasa ini menyadari, apa yang sedang kulakukan di sini
Tapi tetaplah..
Aku tetap masih tenggelam dalam perananku
Karna rasa yang tertinggal itu masih mengganggu

頭が痛かったんだ。
「リマ、君は今日ソンに教えてね。私ただ見るね。」
しかし。。
あのoppa は友達の二人を連れて来た。
korean kafeで会いましょう」と、言った。
けど「no seat there 、図書館の二階で勉強しましょうね」
その前に飲み物を飲んだ、green teaで、レモンティー。
あの二人タバコを吸いた。それから、彼奴は。。
「友達はどこ?」と、言った。
「だれ?」、「名前は覚えないから」
Sausanだ!そうだ。けどどうして急に?
  
あの所はその前に決めた勉強する所だった。
にぎやかじゃないし、ちょっと暗いだし、
それに気持ちがいいから。

あの二人の名前は覚えられない。
でも「Leviは難し名前だろう」と、言った。あの二人は。
「ほんとう?!」、私は笑った。
彼ちの名前は難しほうがだよ!

面白いね。
あの叔父さんは「私はばかだ」
彼奴は難しく私たちの説明が分かる為に聞てみた。
でも先に思ったんだ!
語は複雑になるだろう。
  
別の友達は韓国のインドネシア語の学生だから。
リマはどうしてそんな事を選んだの聞た時、
話した理由が分からなかった。
上手みたいけど、もしインドネシア人と話した事がないからかも。
それでも熱心みたいよね。

私間違いをしたんだ!
あの三人は「インドネシア人じゃない?!」
「さあ」、笑笑
  
頭が痛くなくなった。
God cheers me.
笑顔をした。
アリガトウ以上言たい
神様に。

素晴らしかった、
When he said, “saya kakak”
And I asked him something I don’t know.
Then he told me everything he need to tell me about.
それは素晴らしかっただろう。

(I tried to write with nihongo, I know maybe there’re still some mistakes I made. Then, I m sorry for the mistakes a made..)


Selasa, 16 Oktober 2012

Permainan ini terus dijalani


よし!
Bisa kukembalikan siklus ini.
Atau meski aku tak benar-benar ingin menyamai gerak galaksi.
Berhasil tak terlambat!

Seperti tak benar-benar khawatir,
aku terus meyakini,
bukan karena nilai bagus kuinginkan, berdiriku disini.
Meski tetap kubutuhkan demi bertahan,
demi eksistensi dalam peran ini.
Ada yang kucari.
Dan tak sama dengan yang mereka cari.
Tapi Tuhan, doronglah aku.

Banyak tugas harus dikerjakan hari ini.
Entah, aku yang sekarang, berubahkanh?
Ke arah mana pun, aku tak yakin.
Tapi, permainan ini terus kujalani.
Kali ini hampir tanpa jeda yang cukup banyak.
Aku kini sedikir takut.
Tenggelam dalam ini cerita.
Masihkah aku mengingati Dia sang Tuan?

Setengah 8 malam di pasar minggu,
sudah banyak orang mendistribusikan sayur-sayuran yang akan dijual.
Tanpa mereka ini, bagaimanalah orang-orang yang
kerjanya hanya di depan laptop saja itu?
Yang kebutuhannya disediakan orang lain itu?
Para pekerja yang setiap hari sibuk ini,
seperti bumi yang setia dalam siklus revolusinya pada matahari.
Seperti irama dalam kehidupan ini.
Dan para “pemikir” penerima itu pula bagian dari galaksi ini.
Juga aku, aku yang sedang merenungi ini semua.
Aku sedang tenggelam dalam khusyuk “revolusi” ini.
Meski dengan tetap “berpikir sadar”.
Revolusi insan semestinyalah tetap mengaktifkan “kesadaran berpikir” ini.
Karna “dzikir” adalah “berpikir sadar”.
Dan Tuhan,
Permainan ini terus kami jalani.
Karna cerita ini belum selesai..


Senin, 15 Oktober 2012

バカみたい! (今日はボチャンを死んだの


Seperti orang bodoh.
Aku mencoba untuk mengenyahkan segala pikiranku.
Tidak bisa, aku seperti orang bodoh.
Apa yang kuharap, apa yang kutunggu.
Ada pertengkaran dalam diriku.
Dan aku merasa bodoh.

Aku berjalan sambil mencari pikiranku.
Sedang dimana itu?
Aku tak tau, aku tak mengerti.
Apa yang kuinginkan?
Ah, seperti orang bodoh!

Hari ini, koleksi buku perpustakaan UI kami sambangi.
Seperti orang lapar yang tak berpikir,
aku melihat buku-buku.
Semua menarik , dan aku lapar.
Tapi aku merasa aku tak miliki waktu untuk makan!
Bisakah satu hari nanti aku miliki waktu untuk melahap sebagian besar koleksi ini?
Aku masih bertanya.
Dan aku masih menunggu.
Ya, tepat! Seperti orang bodoh.
Apakah waktu mau menungguku?
Orang bodoh ini terus saja bertanya.

Hari-hari aku sibuk.
Hari-hari aku tak luangkan waktu di rumah.
Tuhan menepuk pundakku.
Hari ini Bochan dijemput pemiliknya.
Ketika kami lihat dia sudah mati, dia belum lama mati.
Badannya masih hangat, meski sudah kaku.
Kepalanya basah.
Wajahnya seperti ia biasanya tidur.

Beberapa hari belakangan, kandang Bochan bau aneh.
Aku berpikir sekilas lalu,
tanpa pernah kucoba cari jawab.
Hari sebelumnya aku menyentuh Bochan.
Dia menggigit keras tanganku dan hampir terluka.
Aku menjerit, agak jengkel aku bertanya lalu,
“kenapa ya, Bochan?”
Oh, aku yang sekarang.
Yang entah, sedang memeluk dan dipeluk peradaban.
Kukantongi pertanyaan dan penasaranku,
kututup rapat kantong itu,
aku kembali pada ceritaku di permainan dunia.
Bodoh.
(saat itu Bochan ingin menyampaikan padaku “tolong, aku sedang tak beres”,
dan aku tak menangkap maksudnya!)

Ketika aku tau Bochan kehabisan cairan karena diare,
aku rasa dipukul.
Sakitkah, aku tak tau.
Aku ingin menangis.
Jauh dalam hatiku, ingin kukeluarkan air mata ini.
Aku ingin menyesal, tapi tidak.
Tak kuizinkan itu.
Kukatakan, “beraninya kau mengaku menyayangi hewan,
beraninya kau ingin jadi dokter hewan.”

Aku yang dulu dan aku yang sekarang.
Oh dunia.
Aku tak paham, mesti bagaimana menempatkan ini rasa.

Tuhan menepuk pundakku.
Dan aku dipukul oleh tanganku.
Sungguh, ingin kukeluarkan semua perasaan ini.
Tapi..
Cerita permainan ini membungkusku.
Entah..
Aku rasa dihalangi untuk menjadi diriku sendiri.
Oh, bodoh .
Bochan masih cukup muda.
Kachan dan Bochan.
Air mata ini menyeretku untuk setia pada mimpi.
Oh, mimpi ini.
Seperti tawa yang tak jelas.
Aku seperti didorong oleh rasa ini.
Apa Tuhan?
Apa maksud tepukanmu?


Jumat, 12 Oktober 2012

Benar-benar HIDUP!


Sedikit rindu memang.
Tapi ah, begitu mudahnya rasa mempermainkanku.
Aku harap aku bisa mengatakan “aku khawatir padamu”.
Ah, segala fantasi menari-nari tak kupahami jelas.

Ini hari benar-benar hidup.
Meski aku tak siap jalani hari ini.
Aku merasa menjadi diriku sendiri.

Ini pertama kali aku makan makanan korea.
Song-oppa mengajak kami makan di restoran Korea.
Dan Toek Pok Ki sungguh enak!
嬉しかった!
Ini hari benar-benar hidup.
Aku merasa menjadi diriku sendiri.

その後に, bersama Song-oppa, Ki-oppa, dan Rima, pergi ke Ragunan Zoo!
Diantar mobil Pak Ben!
Oh, betapa banyaknya orang baik.
Dan Tuhan maha baik!

Aku tak benar-benar mampu menjelaskan.
Tapi lebih dari rasa terima kasih,
ingin aku berikan pada Kak Song yang sudah mengajak kami ke sana.
(yah, meski Rima tak suka binatang dan tak benar-benar menikmati, Ki-oppa juga kelihatannya
L)

Sudah cukup lama aku ingin ke Zoo.
Meski tak sempat keliling hingga lihat Unta,
Kami sudah melihat Gorilla!
本当に嬉しかった。
Mudah sekali membuat Levi senang,
ajaklah saja dia ke  kebun binatang,
atau Planetarium!

Kepada Song-oppa, Ki-oppa, dan Rima,
Toku ni Song-oppa,
Lebih dari ucapan “terima kasih, aku senang”,
ingin kusampaikan.
Memberi kami banyak pengalaman baru dan menarik,
memperkenalkan pada orang Jepang.
Lebih dari cukup.
Kali ini aku benar-benar merasa dia adalah kakak bagi kami.

「いつか SAFARI公園へ行こうよ」Song-oppa は言った。
「待ってるよ」私は心の中に話した。

Ya, ini hari benar-benar hidup.
Aku merasa Levi benar-benar menjadi dirinya.


Kamis, 11 Oktober 2012

面白い日


Tepat!
Inilah tempat yang tepat buatku!
Meski masih tersisa banyak hal yang membuat mual,
seperti dia juga pernah katakan bahwa..
tempat inilah aku nyaman.

Bahasa, budaya, sastra,
semuanya adalah bentuk paling tinggi dari
kebudayaan dan peradaban manusia.
Maka fakultas budaya inilah, sungguh!
Tempat paling “tinggi”!
Tempat kita bisa melihat segala sesuatunya dari atas.
Tempat para pengamat dan pelaku peradaban,
tempat “pemikir”.

Kalau dia bilang “orang IT itu keren”.
Aku tersenyum, dan biar saja.
Kalau dapat kau membandingkan.
Tempat inilah yang paling keren bagi pengamat pemikir!
Kau akan setuju dan aku yakin!

Betapa kuat rasa ini muncul,
di kelas kebudayaan Indonesia.
Betapa pak dosen mempengaruhiku dengan kata-kata
dan mengajakku menyetujui,
segala budaya hasil manusia yang beradab
ialah bentuk nyata dari keelitan manusia di atas bumi.

Segala hal yang mendasar macam budaya, filsafat, luar angkasa,
memenjarakanku dalam pesonanya.
Segala hal yang mendasar, universal,
mengajak kita melihat segala sesuatu dari atas.
Dan aku adalah anak kecil yang terkagum dengan segala pemandangan ini!
(mungkin kaulah orang dewasa yang menganggap segala ini buang waktu)
Demi Tuhan!
Bisa ada jiwa yang tak terkagum dengan segala hal ini?!
Aku tak habis pikir, kemana jiwa manusianya?

Ya!
Dan hari ini kami belajar dengan Atsuko-san.
Setelah Song-oppa selesai belajar, kami menunggu Atsuko-san.
Atsuko-san adalah ibu rumah tangga.
Benar kata Yama-san, Atsuko-san ramah sekali.
Kami senang sekali Atsuko-san membantu kami.
Dan Song-oppa lagi-lagi mentraktirkan minuman.

Rima datang, beberapa saat setelahnya Song-oppa pulang.
Kamilah yang merepotkan Atsuko-san,
tapi Atsuko-san berkata,
“saya takut tak bisa membantu”
Atsuko-san baik sekali ya.
Kapan-kapan ingin bertemu dan ngobrol lagi dengan Atsuko-san!

Setelah selesai belajar, kami ke pusgiwa,
mengambil hadiah adik Rima.
Kesan yang ada cukup seram.
Ya, dikelilingi tanah lapang penuh pohon, hutan, jalanan mobil yang sepi.
Anjing yang….ah ada kesan suram mengelilingi.
Tapi ada mimpi-mimpiku yang tertinggal di sana.
(dan bodohnya itu sudah jam 5 lewat, aku belum shalat!
argh, kenapa Song-oppa tidak mengingatkan aku
akhirnya mampir ke FIB dulu untuk shalat ashar sekalian menunggu maghrib)

Sungguh, hari yang menyenangkan.
Karna kami bertiga, aku, Rima, dan Sausan,
menghabiskan 1 hari bersama,
dengan pengalaman-pengalaman baru yang melukis lembar sejarah hari ini.
Tanpa peduli waktu.
Hingga matahari sudah jauh meninggalkan kami.
Tanpa benar-benar puas, kami berpisah langkah.
Masih ada satu hari, sebelum akhir pekan memanjakan jiwa-jiwa liberal ini..
Dan boleh kuakui,
Rima dan Sausan adalah 2 pribadi dengan karakter seperti timur dan barat :D,
yang keduanya kukagumi J



Rabu, 10 Oktober 2012

Apa yang mesti ditakutkan?


Jika hidup benarlah sebuah lorong-lorong gelap yang fana,
sebuah sandiwara “agung” di atas panggung ilusi.
Meski aku tak 100% paham maksud semuai ini.
Aku teringat kata-kata aa Gym,
“segala yang di depan akan segera ada di belakang”
Apa yang mesti ditakutkan?
Apa aku memang dipermainkan oleh cerita?
Oh, sungguh aku tak paham.
Mengapa hokum psikologi berjalan tak masuk akal?
Mengapa aku mesti dipermainkan oleh perasaanku?
Oleh masa laluku? Oleh tindak orang lain?
Oh, jujur, sudah muak aku di dalam peran ini.
Dan benarlah itu, benarlah Tuhan!
Manusialah pembangkang yang nyata!


Selasa, 09 Oktober 2012

だめだ!


やばい!
Entah rasa berawal  悪い.
どこから分からない。
全部まずい!
God, kurangilah penderitaan ini atau..
Biarkanlah waktu cepat bergulir.
くそ!

ごめん.
Entah, maafku ini untuk siapa.
何か、気持ちが悲しい。
悲しい。
まずい!

“ICHI GO ICHI E”
“Dalam satu kesempatan, hanya ada satu pertemuan”
だめだよ。
Bagiku, segala rasa diangkat dan dijatuhkan.
きっと, banyak hal telah terlewatkan.
Banyak sejarah lewat telah teracuhkan.
Tapi 言っただろう?
Aku tak akan menyesali apa yang kulakukan.

今日はごめん。
Benarlah segala rasa dibolak-balik.
Benarlah Tuhan.
Dan memang patut benar.
Dan karena itu aku tetap pembohong hati.
Atau aku memanglah tak mengerti pada hatiku sendiri?


Senin, 08 Oktober 2012

Dari Rasa yang tak dikenali hingga Peradaban yang dihancurkan


Ah, sepi seringkali menenangkanku.
Tanpa ada yang harus dipikirkan.
Tanpa sibuk dengan soalan sistem-sistem organisasi atau sosial.
Luang dalam kesibukan orang lain,
di tengah rutinitas sendiri.
Ah, I can’t describe how does it feel.
Kesepian yang menggoda.
Ah~

気持ちが悪い。
Aku terus berkata-kata.
Kukira hari ini akan hujan.
Pagi di Ulujami cukup dingin.
Nyatanya,
panasnya cukup luar biasa.
Ditambah keputusan kami yang berani,
meminta bantuan
山さん yang baru kemarin bertemu.
気持ちが悪い。
Aku terus berkata.

“was-was”.
Yah, itu juga cukup mengangguku, kawan.
Bolak-balik dari sana ke sini berkali-kali.
Aku tak yakin apa yang sudah kita dapatkan.
Hanya perasaan yang tak bisa kulabel.

Today, I met Moshi.
But she didn’t say any word except “Levi”.
And also today I talked to Yama with Japanesse (sukoshi dake demo).
Sebuah rasa yang tak bisa kulabel.

“Meiwaku”.
Aku khawatir pada setiap yang kulakukan.
Direpotkan itu menjengkelkan.
Tapi semoga, rasanya sama seperti rasa kami.
Meiwakujanakute..

Tapi tetap, ada suatu rasa yang tak bisa kulabel.
Ada suatu rasa yang tak bisa kukenali.
Aku tak yakin apa yang sudah kudapat hari ini.
Minum kopi?
Makan somay yang mazui?
Makan es krim?
Ah,

Meski ini hari begitu luang,
meski beberapa hal menyenangkan,
semua terangkum dalam suatu rasa yang tak kukenal.
Keraguan membungkusku.
Aku yang sekarang, berubahkah?
Yoku wakaranai.

Dan sebuah kisah peradaban.
Rayap dan koloni kerajaannya.
Maha besar Tuhan.
Dalam beberapa jam saja,
sepasang rayap membentuk kerajaan besar,
dengan segala bukti “peradaban”nya.

Detik segala aktivitas hidup mereka terdeteksi,
segala peradaban luar biasa mulai terancam.
Layaknya tanpa rasa bersalah mereka merusak
jendela ilmu manusia.
Tanpa berat pun kami menghancurkan segala
kerajaan-kerajaan mereka.

Bapak,
maaf.
Buku-buku yang dulu begitu kau sayang dan kau rawat.
Kini, tak berdaya di “tangan” rayap.
Pak, dunia ini menyatakan dirinya fana.
Dunia ini berkata sendiri tentang segala kehancuran
yang ianya adalah keniscayaan.

Maha besar Tuhan.
Laron, rayap, kerajaan dan peradabannya
“menyentil” kesadaranku.




Sabtu, 06 Oktober 2012

Sebelum Bangunkan Akalmu


Tuhan mati?
Mereka pikir mereka membunuh sang Raja?
Aku tak puas.
Sebelum aku bangunkan akal mereka.

Aku “tak peduli” betapa seringnya,
Muhammad SAW diinjak namanya.
Oh man, please.
Ketinggian nama sang Rasul dijaga sang Raja.
Marah tanpa bijak,
Membabi buta tanpa senjata akal,
Membuatmu dipenjara.
Entah oleh mereka atau oleh dirimu sendiri.
Andai boleh aku marah,
Tunjukkan taring harimau ini,
Buat mereka bungkam oleh kebesaran nama.
Oh, baginda Rasul..
Besarlah namamu, tanpa musuh sadari,
Mereka berjasa pula membesarkan namamu.

“Orang jadul yang ajarannya tak masuk akal”,
“Tuhan telah mati”
Kasihan logikamu terlumpuhkan.
Kau sangat bodoh, sebaliknya..
Kau merasa amatlah pintar.
Betapa tidak aku merasa tak puas?
Sebelum aku bangunkan akalmu.


Jumat, 05 Oktober 2012

Thankyouの日


 “Hari terima kasih”,…
Pagi ini diawali dengan kebaikan orang lain.
Bapak yang sering kutemui di kopaja..
Kenapa banyak sekali orang baik di dunia ini? Aku heran..
Kenapa aku bertanya begitu? Aku lebih heran lagi..

Hati ini tersenyum,
berturut-turut hal yang menyenangkanku datang.
Kemarin, apa yang resah kutunggu-tunggu pada akhirnya datang.
Berturut-turut datang..
“maka nikmat Tuhan mana lagi yang akan kau dustakan?”
benar, maka nikmat mana yang akan kau dustakan?
nikmat yang mana lagi…?

Aku tidak senang menerima kebaikan orang lain,
itu membuatku tidak nyaman, punya hutang pada orang lain..
Pun aku tidak senang memberi kebaikan pada orang lain,
membuat orang lain menganggap kita terlalu baik,
membuat orang lain berbuat baik pada kita demi balas budi.
Aku tidak mengerti, aku merasa dipenjara oleh “hukum” itu.

Namun pun, bila kebaikan mendatangiku,
aku ingin memuji orang lain setingginya,
aku ingin memuja Tuhan seterusnya…

Kebaikan adalah mutiara.
Dan aku menerima dari orang lain,
lantas kusimpan mutiara itu, untuk satu saat..
Kuberi pada Tuhan sambil berkata…
“Tuhan, dia orang baik….”

Meski aku tak tau seberapa baik aku pada orang lain,
Aku bukannya ingin memberi mutiara,
Aku hanya ingin menjalankan tugas sebagai manusia,
Sebagaimana Tuhan telah ciptakan..

Hari ini, terima kasih, untuk bapak yang namanya tidak pernah kutanyakan itu..,
Meski ada yang hilang hari ini..

Hidup memanglah mukijzat,
dan aku tak pernah menyangkal.
Segala yang pernah dikatakan mustahil ketika itu,
kini di depan mata.
Matahari, Pluto, ataupun galaksi Andromeda yang jauh itu,
Kini kita semua tau ada apa di sana.
Bukankah hidup ini mukjizat?
Dan aku tak pernah menyangkalinya.

Mukjizat..
Tes Kanji hari ini…
Kanji, ahhh…
Sesuatu yang paling kukhawatirkan dari diriku.
Tidak kulewatkan sedikitpun.
Tuhan menjaga segala ingatan.
Sebelum ini, selalu..
ingatanku hilang tiba-tiba..
Tapi sekarang, Tuhan menjaga…
Dengan cara yang tak pernah kumengerti dengan baik.
Meski belajarku tidak terlalu baik.
Hari terima kasih adalah setiap hari,
tapi entah, aku merasa ini hari yang benar-benar peka.
Mukjizat yang terasa.
Mengapa hari ini bisa menjadi hari yang peka?
Mengapa aku bertanya seperti itu?

Yokattaaaa~
Aku tersenyum dalam hati..
Hari ini terima kasih..
Tuhan, terima kasih untuk setiap harinya…
Aku tersenyum..
Bisakah kupertahankan senyum ini?
Setiap hari..

Kami menunggu..
Hari ini, kami pertama melihat 山さん,
Song introduced him.
Aku belum berusaha bicara dengan bahasa Jepang.
Aku ingin bicara dengannya dengan bahasa Jepang.
まだ待ってるけど.

Aku berangkat dengan Rima, Song, Ki, Ben, dan seorang supir (orang Indonesia) yang tidak tau jalan.
Hanya sebentar di Kebun Raya Bogor.
Hanya ke Masjid, Kafe di samping pohon kapuk,
yang ketika angin mengabarkan kedatangan hujan yang sudah dekat,
Kapuknya beterbangan kemana-mana seperti salju.
Kami makan es krim sambil berlindung di balik Koran.
Kapuk beterbangan mengganggu es krim dan mengganggu kami.

Tidak lama, hujan datang, deras.
Suasananya menyiratkan keraguan.
Aku mensyukurinya, melihat hujan di Bogor.
Kabarnya disampaikan oleh kapuk-kapuk yang beterbangan.
Ano Song no kao,
wajahnya menyiratkan kekhawatiran dan,
hontou ni Bogoru ga..warui tenki janai?!
Aku menafsirkan seenaknya..

Aku suka tempat itu..
Seandainya bisa lebih lama lagi tanpa ada yang dikhawatirkan..
Yabai, yabai…
Aku berkomat kamit saja, sambil tersenyum.
Apa sih yang kurasakan saat itu??
Yang pasti aku suka es krim!
Thank you Song!

Mobil datang dan kami masuk.
Kami mau pulang.
Sebentar sekali.
Song berkata, “kita akan datang lagi kesini di pagi hari. Mungkin jam 4 pagi”
:D

Kami mengunjungi sebuah mall di Bogor.
Jitensha, chiisana jitensha. Song wa chiisana jitensha o katta.
Pajangan.
Kami diantar pulang dengan mobil yang..
supirnya tidak tau jalan.
Aku benci itu tapi..
Ada kabut yang menghalangi kebencianku.

Meski akhirnya sampai juga..
Kami semua lelah tak terkecuali.
Pak supir tidak bisa menyembunyikan wajah lelahnya..

Hari ini terima kasih untuk Rima, Song, Ki, Ben dan pak supir yang buta jalan..
Songはほんとうに親切な人ですよ..
Orang yang sangat baik dan ramah.
Kenapa banyak orang baik?
Kenapa aku bertanya? Aku heran..
Aku bukanlah orang yang ramah.
Karna itulah orang yang ramah dan baik adalah sosok yang luar biasa bagiku.

Hari ini terima kasih,
atas cerita yang telah Tuhan tuliskan.
Setiap hari terima kasih…


Kamis, 04 Oktober 2012

スゲーな日ですよ~


Inilah hari yang luar biasa.
Ini, dari dulu sampai sekarang.
Dan tak akan kuceritakan!

Berawal seperti biasa.
Diproses dengan luar biasa.
Aku tersenyum saja seperti tidak waras.
Bukankah sebelumnya sudah kutulis,
aku tak ingin membuatnya salah memahami,
dan aku ingin membacanya.

Tuhan menuliskan sebuah cerita yang kupuji ini
Menghiburku?
Ah, sudah kukatakan, tidaklah aku benar-benar paham.
Aku berkata, “今日はありがとうほんとうに、神様。。

Semoga saja sampai rasa dan pikirku meski setitik saja.
Pula meski, aku tak benar-benar paham apa yang kubaca.
うれしいと言った
Senyum ini datang sendiri.
Tak bisa kusimpan.
バイバイ
Inilah hari yang luar biasa.
Meski aku tak benar-benar paham.
Meski aku tak mampu menjelaskan.

Today, again,
Tuhan rubah rencana kami.
Itu tak masuk akal bagi aku.
Karna Tuhan, itu semua tak bisa dijelaskan.
Aku mempertanyakan diriku sendiri,
sedang Tuhan membuat segala rencananya nyata.
Aku tak mampu melakukan apa yang Dia lakukan..

Aku menunggu Ami di UI hingga setengah 7, Keretanya dari Bogor sampai.
Aku sudah menunggu dari siang.
Dari perpus, mengerjakan transkip wawancara, main jigsaw, dengar musik.
Kembali ke FIB mushalla,
kembali lagi ke perpus belajar kanji, tidur…
Kabar datang..
Tidak jadi pulang dengan kereta karna ada insiden kereta.
BAKA!
Aku tau ada insiden kereta tapi aku lupa memberitaunya.
Yabai, yabai.

Angin bertiup kencang, dingin, kabar kedatangan hujan.
Aku pulang dengan sekelumit kekhawatiran.
Aku tau Ami,
Dia bukan orang yang nyaman ketika dikhawatirkan..

Di pasar minggu, barisan orang menanti angkot 04 menuju Depok.
Ah, merekalah penumpang kereta yang berhijrah angkutan untuk sementara.
Saking lama menunggu, saking banyaknya penumpang, saking jarangnya 04 yang lewat.
Mereka berdesakan di depan pintu 04, tidak mengizinkan aku dan yang lainnya turun.
Akal mereka sedang ditutup kabut.
Insiden hari ini membuatku berpikir,
Jakarta bisa mati cepat, sedikit saja bencana datang.

Tapi sudah kukatakan “hari yang luar biasa”
Semuanya karna dia.
Karna Tuhan menuliskan cerita yang kupuji ini.
Maka aku terus tersenyum dalam hati atas apa saja yang kualami hari ini.
Hujan deras dari Depok hingga Jakarta.
Cuaca ini tidak mempengaruhi hatiku.
Hari yang buruk bagi Rima,
tidak merubah perasaanku tentang hari ini.
Keras kepala.
Hari ini luar biasa,
hanya karna pagi itu.
Aku tak benar-benar paham.
Meski aku tak dapat menjelaskan..


Rabu, 03 Oktober 2012

Dunia Mimpiku


“banyak orang merasa nyaman membuat orang lain merasa tidak nyaman”

Duduk-duduk sepanjang jalan orang lewat, bergerombol seperti gagak-gagak itu,
nyaman mereka membuat orang lewat merasa tidak nyaman.

Bodoh, apa itu kebebasan bertindak?
Mereka itu hanya “bocah” yang salah mengenali kebebasan.
Biarlah saja, biarlah dunia menoleransi, meski..
Ini bukanlah dunia yang ada dalam mimpiku.

Bebas memilih,
bebas bertindak tanpa masuk batas kenyamanan kebebasan orang lain,
bebas dalam kemandirian,
contoh peradaban modern yang angkuh pada kehangatan social,
penuh segala teknologi canggih yang semakin mempraktiskan,
berjalan bebas, bicara bebas,
tanpa orang di depan menghalangi jalan,
dan kita sama-sama tau kita peradaban modern akrab dengan jeruji-jeruji waktu,
memuja kebersihan,
kesopanan individual,
keangkuhan individual,
ah….
dunia mimpi.

Tapi mengapa,
dunia berbeda dengan dunia mimpi?
mengapa,
potensi ide dunia sempurna dalam mimpi mesti ada dan kontras dengan yang sebenarnya ada?
Aku masih bertanya….

Matahari sore menyapa.
Membuka hijabnya.
Mengizinkan aku melihat wajahnya beberapa tahun yang lalu.
Aku tenggelam dalam pesona sinarnya yang tanpa hijab.
Sampai juga sinarmu kesini meski butuh beberapa tahun untukku melihat dan merasanya.
Tak peduli,
akan ku kejar matahari.
Sebelum ia hilang, benar-benar tenggelam selamanya..

Akan kukejar, kucari dunia mimpi itu di seluruh penjuru bumi,
hingga matahari benar-benar tenggelam.

Sampai jumpa wahai surya…
akankah Tuhan mengizinkan kita bertemu besok lagi?


Hanya Perencana dalam Batas Imajinasi


Pembohong hati!
Ah dasar..
angkuh, aku tak bisa menjelaskan.
Aku hanya berharap, dia tak salah memahami apa yang kurasa dan pikir tentangnya.
Karna sungguh, dalam lubuk hati,
aku penasaran, dan rasa itu sangat menganggu!
Tuan, aku masih penasaran..

Lalu benarlah ini,
“manusia hanya bisa berencana serapi-rapinya,
sungguh, Tuhanlah yang memutuskan cerita pada akhirnya”
Dan sudah kukatakan, aku tak paham takdir.

Tak ada yang kutakutkan, kataku.
Tetap, kegelapan memaksaku takluk pada kuasanya.
Seperti kegelapan ruang semesta tanpa batas, menghipnotis jiwa pemuja kebebasan ini.
Lorong depan yang sudah kukira-kira,
nyatanya berbeda.
Dan aku tau itu, aku takut pada akhirnya.
Iya, takut. Aku bilang “takut”.

Kitalah pembuat cerita sejarah ini.
Bukan, Tuhanlah yang memutuskan jalan ceritanya pada akhirnya.
Kita tidaklah tau apa-apa tentang jalan cerita pada akhirnya.
Kitalah perencana, bukan kitalah “pemutus”nya (aku sudah bosan menggunakan tanda kutip!).
Pada akhirnya kita tidaklah tau apa-apa.
Kita tak paham seluruhnya.

Dan hari ini, Tuhan merubah ide cerita yang telah kubuat dengan yakin.
Segalanya ditunda, dimanja.
Suatu kali dikebutkan, digenjotkan.
Segala rasa dikocok, sampai mual.
Aku tak tau lebih baikkah ini dalam batas rasio si perencana.
Tapi mestilah aku yakin,
Pembuat sejarah ini membuatnya dengan sempurna tanpa sedikit cacat pun.
Masih ragukah si angkuh pecinta tuannya ini?

Dan lagi, biar saja kunikmati jalan cerita ini.
Biarlah saja aku bermain hingga habis cerita.
Aku pemain, yang hanya perencana dalam batas imajinasi.


Selasa, 02 Oktober 2012

Biar Kunikmati


Hari dimulai dengan enggan menyapa matahari.
Rasa yang tak semestinya.
Langkah dimulai dengan senyum yang tak ingin bangun.
Tak usah ditebak,
hari ini telat lagi.
Meski aku benci, aku malu, dan enggan.
Biar, suara-suara tersembunyi menyapaku saja.
Aku diam saja.
Biar rasa ini bisa kunikmati.
Aah, jangan tanya bagaimana.
Senyum ini bersembunyi,
enggan bertemu siapa pun.
Namun, sudah kubilang kan?
Rasa-rasa ini dikocok-kocok.
Biar kunikmati setiap sepersekian detiknya.
Dan biar senyum ini bangkit seperti mukjizat.
Hidup memanglah mukjizat.
Seperti semangatnya matahari ditransfer ke hatiku.
Meski dengan fisik babak belur tak kuasa menyamai ini siklus.
Jiwa seperti mengejar setiap finish kecil.
Meski tanpa peduli waktu.
Ah, lupakan penjara sialan itu.
Bertahun-tahun sudah aku dipenjara waktu.
Dan, memang rasa ini dikocok-kocok.
Senyum ini labil.
Sesungguhnya bukanlah orang ramah aku ini.
Aku bertepuk tangan untuk keramahan orang lain padaku.

Bekerja, bekerja, bekerja.
Berpikir, berpikir, berpikir.
Pada akhirnya aku menyadari rasa..
Mengapa orang Jepang mati karna jam kerja berlebihan.
Ah, kepala ini sakit.
Hari ini aku pulang terlampau malam.
Meski malam membawaku menemui sesuatu yang penasarannya mengangguku sebelumnya.
Dan, semoga aku masih bisa bernapas.
Karna sungguh, belum siap mati.
Yah, bisa bernapas adalah karunia luar biasa,
nomor 1 di dunia ini, demi Tuhan!

Segala yang di depan akan segera di belakang pada akhirnya.
Ketakutan adalah bayangan yang tak masuk akal.
Hidup hanyalah permainan sandiwara,
yang pemerannya mungkin terhipnotis di dalamnya.

Hanya siklus-siklus yang fana.
Ya, fana, sementara, dan sandiwara.
Apa yang mesti kutakutkan?
Hahah

Dan,
biarlah saja kunikmati segala macam rasa ini.
Toh, aku mesti professional di atas panggung ini.
Biar sang sutradara punya alasan lain untuk memujiku.


Senin, 01 Oktober 2012

Hari-Hari


Hari berlanjut saja.
Hari seperti biasa.
Hari aku lalai, Hari penundaan.
Tak tau kapan akan merubah siklus ini.
Baru saja aku berdiri di titik start.
Untuk berlari mengejar mimpi-mimpi yang menunggu.
Aku merasa kesepian tiba-tiba.
Sepi, membawaku ke dasar jiwa.
Sepi, membawaku melihat sesuatu yang tak seharusnya dilihat.
Sepi ini, menuntunku membenci keramaian.
Apa yang salah?
Kemana kuletakkan namamu Tuan?
Apa yang salah?

Hari-hari dikocok hingga aku mual.
Hari-hari semangat ini dilempar dan dijatuhkan.
Aku rindu sunyi ini.
Langkahku akankah terhenti lagi?
Tiba-tiba keraguan menyergapku hingga bungkam.
Segala yang ada di depan akan segera di belakang.
Apa yang harus kurasa?


Aku Gagal Memulai


Aku gagal memulai.
Apa kau tunda aku?
Segala yang ada di depan pasti akan ke belakang.
Hidup ini bukan formalitas.
Individu bebas.
Segala di luar tak layak masuk sebelum diizinkan.
Maka, tidak akan pernah gagal.
Inilah rasa, inilah warna.
Inilah warna yang ku suka.
Rasakanlah saja.
Nikmatilah kelabu, terang, kocokan tinta-tinta
yang segera kan ditumpahkan di atas kertas putih.
Aku bukan orang biasa.
Pasti kau mengerti.
Aku pemberontak atas izinku.
Aku melihat yang tak ingin dilihat.
Aku begini atas pilihanku.
Aku tak mengerti takdir.
Tuhan penguasa, itulah yang kutau.
Aku tak kan menyesal.
Tidak! Tidak akan!
Aku gagal memulai.
Waktu seperti memenjarakanku.
Aku tak bisa berbalik.
Kaukah yang menundaku?
Atau, adakah sesuatu yang harus kutengok?

Aku tak bisa berpikir tenang,
Peristiwa rutin belum bisa kujalani seperti biasa….