Selama ini ceramah-ceramah agama “hampir” tidak pernah
menekankan pentingnya akhlak kepada hewan dan tumbuhan, kecuali hanya sekilas
lalu. Rahmat semesta alam hampir selalu ditekankan hanya kepada seluruh
manusia, tanpa mengenal ras dan agama. Untuk apa hewan dan tumbuhan diciptakan,
kalau tidak disertakan dalam isi-isi ceramah itu?
Nun beberapa abad lalu, hewan-hewan ikut serta dalam sejarah
kenabian. Gagak yang menjadi saksi pembunuhan pertama di muka bumi dan
mengajarkan kepada manusia cara menguburkan mayat (maka ketika kita belajar
sejarah darimana muncul ide manusia untuk menguburkan manusia yang sudah mati,
burung gagak ikut serta dalam sejarah itu), serigala yang pernah difitnah
memangsa nabi Yusuf, unta nabi Shalih yang pernah disia-siakan kaum Tsamud,
paus yang “memelihara” nabi Yunus dalam perutnya atas “wahyu” dari Allah
padanya, laba-laba gunung yang membuat sarang di pintu gua untuk melindungi
Nabi SAW dari kejaran kaum musyrikin, dll.
Sulaiman as nyatanya punya mukjizat mengerti bahasa hewan
dan bisa berbicara dengan mereka.
“Dan Sulaiman telah mewarisi Daud, dan dia berkata ‘Wahai
manusia, kami telah diajari bahasa burung dan kami diberi segala sesuatu.
Sungguh ini benar-benar karunia yang nyata.’” (al-Qur’an surat an Naml ayat 16)
Bukankah ini luar biasa dan memperlihatkan kepada kita bahwa
hewan pun punya bahasa dan respek terhadap manusia. Kalaupun bahasa hewan
begitu sepele dan tidak berarti, mana mungkin Tuhan mengajarkan bahasa mereka
kepada Sulaiman dan Daud?
Beberapa abad sebelumnya, binatang dianggap sebagai sesuatu
yang menjijikkan, kotor, tidak berakal, tidak merasa, tidak dapat mengetahui
(belajar), tidak dapat bicara, tidak bernilai kecuali ketika bisa dimanfaatkan
untuk dimakan atau sebagai hewan tunggangan. Tapi kemudian al-Qur’an datang
dengan berbagai kisah tentang hewan, yang seakan memberitaukan bahwa binatang
punya kehidupan dan mereka hidup berdampingan dengan manusia dengan makna
khusus bagi kita. Mereka punya bahasa sendiri, emosi dan pemikiran (meskipun
tidak ada dari mereka yang bisa mengalahkan analisa rumit terhadap sesuatu seperti
yang bisa dilakukan manusia).
Ingatkah bagaimana Abu Hurairah, yang dijuluki bapak para
kucing, mempraktikkan “rahmat bagi semesta
alam” yang tidak hanya menekankan pada manusia. Dan sikap ini pun menunjukkan
bahwa berteman dan memberi makan mereka dengan kasih sayang BUKANLAH HAL
SIA-SIA.
Masihkah kita akan menafikkan mereka, hewan-hewan yang
berjasa dalam perang dunia 2? Mereka (hewan-hewan) yang telah berbaris untuk
menyelamatkan manusia. Dan berapa banyak nyawa manusia selamat karena jasa
mereka? Atau kisah Hachiko yang terang-terangan mengajarkan pada kita tentang
kesetiaan. Atau kisah seekor kucing dalam drama Jepang “Juui Dolittle”, yang
sakit secara fisik dan psikis karena kakek (tuannya) yang setiap hari mengelus
dan memberinya makan sudah meninggal dunia. Juga cerita seekor kucing yang jadi
sangat galak dan tidak mau makan setelah dia dibawa oleh tuan lain dan
dipisahkan dari tuannya yang lama.
Ada banyak kasus nyata dalam kehidupan ini tentang “cerita
emosional” para hewan. Betapa makhluk yang otaknya didominasi dengan system
limbic ini begitu peka terhadap kasih sayang dan gertakan. Kasus-kasus adanya
kucing yang penakut terhadap manusia dan ada yang “songong”, sebenarnya dapat dijelaskan
dari kacamata psikologi hewan. Hewan sangat peka terhadap sikap-sikap kita,
sehingga sifat dia selanjutnya akan terpengaruh oleh perilaku kita terhadapnya.
Seorang ilmuwan Jerman terkenal, Brehm, penulis ensiklopedi
besar tentang kehidupan binatang yang menghabisskan hidupnya untuk meneliti
kehidupan binatang, mengatakan:
“Mamalia memiliki daya ingat, kecerdasan, dan perasaan.
Sebagian besar mamalia memiliki watak tertentu, seperti ia dapat membedakan
benda-benda serta mengetahui perbedaan waktu, tempat, warna dan irama. Selain
itu, ia mampu mengenali benda-benda, mengawasinya lalu memikirkannya. Ia
mengetahui bahaya dan memikirkan cara menjauhinya. Ia dapat menampakkan
cinta dan kebencian, mencintai pasangan dan anak, serta mengungkapkan rasa
terima kasih dan kesetiaan, penghormatan dan penghinaan, kemarahan dan
keramahan, tipuan dan kemahiran, amanah dan pengkhianatan. Binatang itu
mahir memperhitungkan benda-benda sebelum mendekatinya. Binatang yang sensitif
dan cerdas itu dapat memikirkan kehidupan dan kebebasannya untuk kebaikan
kelompoknya.”
Otak hewan mamalia (khususnya) diciptakan Tuhan dengan porsi
system limbic yang mendominasi otaknya (bahkan beberapa hewan hanya memiliki
system limbic dan reptilian brain saja, tanpa punya neocortex). Sistem ini memegang peranan penting dalam
emosi dan motivasi. Manusia memiliki
bagian ini hanya sekitar 10-20% dengan porsi neocortex (otak khas manusia untuk
berpikir kritis dan menganalisa) 80%. Sedangkan hewan sebaliknya. Bagian otak
yang memproses emosi ini mendominasi otak mereka. Itulah alasan mengapa Hachiko
bisa “lebih” setia kepada sang profesor daripada istri kepada suaminya. Hewan-hewan
ini diciptakan untuk bersikap sesuai perasaan, tapi tidak dilengkapi kemampuan
untuk berpikir ulang secara kritis terhadap apa yang akan dilakukannya, seperti
“mana yang lebih baik untuk dilakukan dan mana yang sebaiknya tidak kulakukan
dengan alasan begini dan begitu?”. Alasan atas perilakunya didasari oleh
kemampuan persepsinya. Mereka menilai perilaku manusia dan hewan lain dengan
persepsi, lalu bertindak dipengaruhi oleh persepsinya itu.
Itu juga dapat menjelaskan, mengapa seekor harimau bisa
menyerang pawangnya sendiri. Jauh di dalam system otaknya yang “primitive”, dia
punya alasan emosional untuk menyerang pawangnya yang biasanya dia patuhi. Atau
seekor buaya dan ular yang tiba-tiba menyerang kita. Mereka memiliki alasan
pertahanan diri dan kelangsungan hidup.
Ini adalah refleks atas alarm waspada, bahaya dan rangsangan lapar yang
diterima otak reptilnya. Mereka tidak diciptakan untuk bisa berpikir dan
menimbang bahwa perbuatannya akan menyebabkan keluarga korban sedih dan merasa
kehilangan. Inilah mengapa “alasan emosional” seekor harimau menyerang
pawangnya dan “alasan pertahanan hidup” buaya dan ular jauh lebih bisa
dimengerti dan ditoleransi daripada “alasan” manusia (yang otaknya 80%
didominasi oleh otak analisa dan berpikir kritis) menyerang manusia. Jika
manusia memakai alasan emosional untuk membunuh seseorang, bukankah ia sama
primitifnya dengan hewan? Bahkan ini tidak bisa diterima. Jelas hewan akan
protes, “manusia bisa berpikir kritis, tapi mereka masih menggunakan alasan
emosional untuk menyerang dan membunuh!”. Bukankah ini lebih tidak bisa
dimengerti daripada alasan sang harimau menyerang pawangnya?
Dan, masihkah kita menafikkan semua itu?
Fakta bahwa hewan peliharaan yang mendapatkan perhatian dari
teman manusianya lebih punya usia hidup yang panjang (panjang umur) daripada
hewan peliharaan yang tidak mendapat perhatian dari teman manusianya (meskipun
makannya teratur), menjelaskan dominasi system limbic pada otak mereka. Hachiko
menunggu sang professor akan datang untuk memberi makan dan bermain dengannya.
Dia setia untuk tetap menunggu kedatangannya. Dia keras kepala untuk tetap
menunggu sebanyak apapun waktu telah berlalu (jika Hachiko punya neocortex, dia
mungkin akan berhenti menunggu karena menyadari ada yang tidak beres dengan
sang professor, dan tidak ada gunanya dia menunggu lebih lama). Hingga ia
sakit, dan mati karena itu.
Islam diciptakan sebagai RAHMAT BAGI SEMESTA ALAM. Bukan
hanya teori belaka! Tuhan menciptakan yang lain selain manusia “bukan hanya”
untuk bisa dimanfaatkan (dagingnya atau jasanya) dan dijadikan pelajaran (sifat
dan perilakunya). Tapi untuk disikapi dengan semestinya. Bahwa kita butuh hewan
dalam banyak hal. Dan ketahuilah mereka pun membutuhkan kita sebagai teman dan
pemimpin bagi mereka untuk memberikan kehidupan sejahtera kepada mereka (tapi
apa yang kita lakukan? Berapa banyak spesies hewan telah punah karena kita? Masihkah
kita menafikkannya?).
Berapa spesies telah punah di Negara Indonesia ini? Negara
selain Negara-negara di benua Afrika yang memiliki jumlah spesies hewan paling
kaya di dunia! Berapa gajah telah mati dibunuh, diracun, untuk diburu
gadingnya?! Berapa orangutan dibantai (agar ladang tidak dirusaknya)?! Berapa
banyak anjing disiksa dan dilempari batu (dianggap anjing adalah sumber rabies)?!
Berapa banyak kucing ditangkap, dibunuh dan dibuang (merasa mereka mengganggu
peradaban kota)?! Mereka menyimpan rasa takut pada manusia, dendam dan
kemarahan yang tidak bisa dijelaskan oleh otak “bodoh” dan penuh ambisi dunia!
Bagaimana kita akan mempertanggungjawabkan amanat dari Tuhan yang kita khianati
ini? Berapa banyak orang yang tau hal ini, tapi dia diam, bungkam, “ini bukan
urusan saya”. Maka saya tanya pada mereka, “siapakah kalian? Untuk apa kalian
diciptakan di atas dunia ini?”. Dunia ini beserta segala isinya selain manusia,
bahkan iblis dan jin, berkata dengan sepakat, “tidak ada makhluk paling
menakutkan diciptakan oleh Tuhan, selain manusia. Mereka memiliki hati yang
tulus tapi di sisi lain mereka dipenuhi ambisi dunia dan dipersenjatai dengan
senjata paling menakutkan di dunia ini, akal.”
“Dan Kami kirim kepada mereka burung ababil. Melontari
mereka dengan butiran batu kecil panas. Yang menjadikan tubuh mereka
berlubang-lubang seperti daun dimakan ulat.” (al-Qur’an surat al-Fiil ayat 3-5)
“Dan Kami mudahkan bagi Daud, gunung-gunung dan
burung-burung bertasbih bersamanya dan Kamilah yang melakukannya.” (al-Qur’an
surat al-Anbiyaa ayat 79)
“Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah, ‘buatlah sarang-sarang
di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin
manusia.” (al-Qur’an surat an-Nahl ayat 68)
“Hingga ketika mereka sampai di lembah semut, berkatalah
seekor semut, ‘wahai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu
tidak diinjak oleh Sulaiman dan bala tentaranya, sedangkan mereka tidak
menyadari.” (al-Qur’an surat an-Naml ayat 18)
(TIDAKKAH KAMU MEMIKIRKAN?!)
“Dan dia (Sulaiman) memeriksa burung-burung lalu berkata,
‘mengapa aku tidak melihat hud-hud (hud-hud adalah sejenis burung pelatuk),
apakah ia termasuk yang tidak hadir?. Pasti akan kuhukum dia dengan hukuman
yang berat atau kusembelih dia, kecuali jika dia datang kepadaku dengan alasan
yang jelas. Maka tidak lama kemudian (datanglah si burung) ia berkata, ‘aku
telah mengetahui sesuatu yang belum kau ketahui. Aku datang kepadamu dari
negeri Saba’ membawa suatu berita yang meyakinkan.” (al-Qur’an surat an-Naml
ayat 20-22)
(MAHA BESAR ALLAH!)