Senin, 22 Agustus 2011

"Apa" (akar pertanyaan: awal segalanya)

Merasakah dirimu bahwa kita begitu kuat terikat pada dunia materi ini?
Aku merasakannya setiap kali aku menyadari apa yg ku kejar ini membuatku sangat bosan menggenggamnya.

Tidak ada salahnya bagi kita mencetak sebagus-bagusnya nama dan sejarah hidup di dunia. Karna dunia menjadi tempat persinggahan meskipun sementara, maka akan sangat bagus jika kita menang meraih impian di dunia ini.

Kawan, aku juga punya mimpi. Aku ingin punya nama besar yg dikenal seluruh orang di dunia, lalu aku akan berjalan dgn baju kesombongan di atas bumi. Aku ingin punya nama yg disegani, dihormati. Itu saja. Intinya aku tidak ingin menjadi orang-orang biasa di dunia, aku luar biasa, aku di atas orang biasa. Ini keinginanku. Lalu aku ingin menaklukkan dunia di tanganku.

Percaya atau tidak, aku merasa aneh dengan semua ini. Meskipun kugapai setiap pijakan batu menuju atas, aku merasa setiap pijakan ini tidak bermakna.

Kita mungkin punya 1 menit bermakna di satu kegiatan, tapi selebihnya tidak bermakna. Bayangkan, berapa waktu telah kubuang di usiaku yg singkat ini?
Seperti kita makan banyak makanan, tapi hanya sedikit yg bisa terserap di tubuh kita. Apa yg harus kulakukan? Ada sesuatu yg salah.

Aku mencoba berpikir kembali tapi sayangnya aku tidak punya keberanian lebih menyimpulkannya.

Pertanyaan mendasar yg kuajukan padaku, apa yg kamu mau? (Pertanyaan ini juga yg dilatih di training ESQ dan pertanyaan ini duduk manis di pikiranku sejak lama namun tidak juga kujawab ia).

Jika ujung dari kehidupan dunia ini adalah kematian, yg kumau adalah mati dengan tenang. Lantas, bagaimana aku bisa mati dengan tenang? Jadilah seperti bunga sakura, yg dalam hidupnya yg sangat singkat itu, ia mampu memberi keindahan pada setiap orang yg melihatnya.

Itu benar. Jika hidup memang hakikatnya seperti itu, maka waktuku yg singkat harus kuhabiskan untuk mengabdi pada manusia, memimpin bumi ini dan meninggalkannya dalam keadaan yg lebih baik.

Tapi ternyata, kehidupan dunia ini terkait erat dengan sebuah kehidupan abadi di masa depan. Aku tidak bisa membayangkan, betapa tanpa tujuannya Tuhan menciptakan sebuah kehidupan fana yg begitu penuh rintangan, tapi hanya untuk menjadi seperti bunga sakura yg gugur dan hilang di tanah meninggalkan kesan di hati mereka yg juga akan hilang dari kehidupan!
Ada yg aneh dengan semua ini. Ada sebuah potongan yg belum ditemukan untuk melengkapi teka-teki ini.

Sebuah kehidupan masa depan, kehidupan yg abadi. Mengapa mesti ada dan untuk apa kita terus menjalani kehidupan itu? Kehidupan yg tak ada ujungnya cenderung tak bertujuan. Itu benar. Tujuan adalah sebuah titik perhentian dari suatu perjalanan. Maka perjalanan yg abadi tidak bertujuan.

Lalu, dimana makna hubungan erat kehidupan fana dengan kehidupan abadi? Apakah tujuan kita jika bukan sekedar mati dengan tenang? Apa mau kita?

Pencarian ini terhenti disini untuk sementara. Aku tak mampu menemukan jawabannya tanpa melihat dasar permasalahannya. Penelusuran ini akan menyita pikiran, memaksanya dengan keras.

Apakah kau akan menyerah begitu saja menemukan jawabannya? Aku tidak.

Apa mau kita, bukanlah akar dari setiap cabang pertanyaan lainnya. Itu adalah salah satu dari cabang pohon pertanyaan yg tingginya menembus langit ketujuh.

Hidup. Ya. Hidup adalah dasar mengapa kita akhirnya berteman, beragama, mengenalNya. Tanpa hidup, tak mampu kita mensyukuri nikmat iman. Maka sadarlah, nikmat yg paling penting disyukuri adalah nikmat kehidupan. Karna jika kita adalah sesuatu yg tidak tersebut, kita tidaklah tau kata "apa".

Apa itu hidup? Aku tidak yakin, ini akar setiap pertanyaan. Tapi jawablah saja. Menurutmu apa jawabannya? Tentu saja beragam. Tapi pasti hanya satu yg tepat. Dan aku tidak tau apa.

Sebelum kita lanjutkan, ada baiknya kita mengambil topik lain sebentar. Ini tentang manusia. Sebagian besar dari kita mungkin akan berpikir seperti ini, "wah serius sekali dia memandang hidup ini. Padahal kan tinggal dijalani aja apa susahnya. Buat apa kita nyari-nyari tujuannya capek-capek. Nanti juga nyampe sendiri ke tujuan. Daripada ngeladenin penasaran kita yg ga ada ujungnya. Salah-salah, malah kita yg salah jawab. Jawabannya cuma Tuhan yg tau kok. Tinggal ngikutin apa yg diajarin agama aja, gampang. Tinggal nikmatin aja hidup ini, buat itu juga kita diciptakan". Begitulah. Kesimpulannya sebagian besar kita berpikir bahwa hidup ini adalah untuk dinikmati selagi bisa. Ditambah beribadah, supaya seimbang. Hanya karna tidak ingin melewatkan kenikmatan, kita berpaling dari pertanyaan yg datang dari kedalaman hati.

Kawan, pertanyaan semacam itu datang dari kedalaman hati. Hati yg pernah bersaksi tentang keesaanNya di hadapanNya langsung. Mengapa kita berpaling?

Mari kita lanjutkan penelusuran tentang apa itu hidup. Ini terlalu sulit. Pikiranku buntu. Ini bukan awal. Masih ada pertanyaan yg jauh lebih penting dari ini.

Aku berpikir, jika kita mencari awal setiap pertanyaan, mengapa kita tidak bertanya soal awal dari segalanya? Ah, itu benar. Apakah awal dari segalanya?

Pertanyaan ini akan membawa kita jauh ke masa lalu, ketika segalanya berawal. Apa maksud dari segala? Segala di sini adalah semua yg ada, ya dengan kata lain "semesta alam".

Kita terbang jauh ke pemikiran para kosmolog. Lihat, betapa bermaknanya mempelajari kosmologi. Kita bisa mencari tau dengan khusyuk tentang awal dari segalanya, tentang akar dari pohon tertinggi yg pernah ada. Aku pernah bercita-cita menjadi seorang kosmolog. Menjadi kosmolog adalah sebuah pencapaian keinginan yg sangat tinggi bagiku.

Awal semesta alam. Kita pasti pernah mendengar teori statis alam semesta. Teori yg diakui Einstein sebagai teori yg terbodoh yg pernah dianutnya. Teori ini sudah dilibas habis oleh bigbang. Penelitian termutakhir menjelaskan bahwa alam ini terus mengembang seperti balon yg terus ditiup dari titik yg tiada hingga pecah dan hilang. Ini artinya segalanya bermula dan berakhir.

Kita tidak akan bicara mengenai akhir, kita akan bicara mengenai awal terlebih dahulu.

Awal dari objek yg mengembang ini begitu menakutkan. Bayangkan saja dirimu adalah seorang kosmolog atau astronom yg sedang meneliti alam semesta, kemudian kau menemukan bahwa setiap hari jarak antar bintang bertambah, setiap hari bulan menjauhi bumi, bumi menjauhi matahari. Apa yg akan terjadi nanti? Dan darimana mula perluasan ini? Ikuti aku kawan. Segalanya bermula dari satu titik! Titik yg entah darimana awalnya tapi mampu menciptakan alam tak terbatas.

Tinta Tuhan. Sebuah tinta yg awalannya titik mampu menuliskan beribu-ribu kata dengan jutaan makna. Ingat ini teman. Semua berawal dari tinta Tuhan yg jatuh ke ruang hampa. Tuhanlah awal dari semesta alam dan Dia bukan bagian dari semesta alam. Karna alam adalah tulisanNya.

Kita telah menemukan jawaban dari akar pertanyaan kita. Apa awal dari segala? Jawabnya adalah Tuhan. Tuhan menumpahkan satu titik tintaNya ke ruang hampa yg kemudian menghasilkan tulisan tak terbatas penyebutannya dengan makna yg juga tak terbatas.

Tuhan adalah jawaban pertama kita. Maka bersiaplah untuk pencarian selanjutnya.